2
Selamat hari ibu untuk para ibu semua... Semoga kita bisa menjadi ibu dan calon ibu yang hebat dan tangguh.
***
Lyo menatap beberapa temannya yang tengah berkumpul di kantin rumah sakit tempat mereka koas. Gadis itu segera bergabung. Salah seorang bernama Sissy memberikan kursi.
"Sudah selesai dengan Dokter Rahmat, Ly?"
"Sudah barusan, kepala gue pusing dengar penjelasan dia."
Pertanyaan basa-basi itu segera selesai. Topik sebelumnya kembali dibahas. Yakni tentang Bara Tedja. Lyo segera merolling eyes matanya. Karena sangat tidak suka pada pria badboy yang selalu dikagumi dan diincar beberapa temannya. Terutama yang berasal dari kalangan berada.
Apa kelebihannya coba? Kekayaan? Ok lah. Pacar dimana-mana. Gandengan tiap bulan ganti. Anehnya hampir setiap perempuan terkesan bangga kalau sudah pernah menjadi teman dekat pria itu. Seakan mereka naik kelas. Hampir seluruh instagram para perempuan sosialita pernah memajang foto kebersamaan mereka. Entah itu saat liburan bersama atau menghabiskan malam dalam sebuah pesta.
Diantara seluruh temannya, cuma Lyo yang tidak tertarik. Karena memang merasa tidak ada yang menarik dalam diri pria itu. Hampir Seluruh tubuhnya bertatto? Baginya itu bukan lagi seni, melainkan sakit jiwa! Bara Tedja bukan tipenya. Ia lebih suka pria seperti papa. Yang tidak perlu berkelakuan aneh dan selalu bersikap lembut pada maminya. Menyayangi keluarga dengan tulus. Tidak suka minum-minuman keras. Dan satu lagi, tidak suka main perempuan seperti papi!
Sekilas terdengar teman-temannya bercerita tentang model seksi bernama Katrina yang baru saja putus dengan pria itu. Segera Lyo memesan semangkok mie untuk mengganjal perut. Mengabaikan cerita seru para perempuan disekitarnya. Mengisi perut jauh lebih penting daripada membahas seorang Bara yang menurutnya tidak lebih seperti pria bar-bar.
Lyo pernah bertemu dua kali, dan itu sudah cukup membuatnya mual. Keduanya terjadi disebuah klub milik pria itu. Saat seorang temannya berulang tahun. Dengan mata kepala sendiri ia menyaksikan pria bermata elang tersebut meremas payudara dan bokong perempuan yang sedari tadi menempel padanya. Heran. Perempuan itu malah terlihat senang.
Ia tidak pernah hidup dalam dunia seperti itu. Dan segera memalingkan wajah. Sayang ketika merasa sudah lama berlalu, ia sempat melirik ke ara meja bar, dimana Bara sedang disana. Pria itu menatapnya. Namun Lyo segera mengalihkan pandangan. Bukan gugup karena senang Bara menatapnya lekat. Tapi jijik dengan tatapan tersebut.
Beruntung malam itu, tidak perlu terlalu lama disana. Karena papa sudah menjemput. Pertemuan lain juga terjadi seperti itu. Semua sudah cukup bagi Lyo untuk tahu, bahwa Bara bukan tipenya.
Kini semangkok mie sudah ada di depannya. Ia segera menyantap dengan buru-buru. Karena setelah ini harus mengikuti Profesor Ahmad untuk melakukan visit.
***
Lyo sedang menonton televisi saat Daud memasuki ruang tengah sambil membawa sepiring mangga yang sudah dipotong.
"Bagi—"
"Nih, ambil. Lo nggak ke rumah sakit?"
"Lagi libur, lo nggak kuliah?"
"Hari ini enggak, tadi habis bikin konten sama papa."
"Tentang?"
"Panen ikan. Tinggal diedit nanti malam."
Daud segera duduk dan Lyo merebahkan kepala dipangkuannya.
"Pacar lo sekarang, siapa, Ud?"
"Nggak ada, kenapa?"
"Eh, lo tahu cowok yang namanya Bara Tedja?"
"Kenapa? Lo nggak naksir dia, kan?" Tanya Daud penuh selidik.
"Nggaklah, teman gue pada cerita kalau dia baru putus sama Katrina, yang model itu."
"Dia sih bisa putus setiap bulan dengan perempuan berbeda. Bukan rahasia umum, badboy, tapi tetap dikejar."
"Menurut lo, kenapa bisa begitu? maksud gue dari sisi laki-laki."
"Mungkin para perempuan menganggap dia sebagai tantangan. Atau juga punya daya tarik tersendiri untuk ditaklukan. Ingat dia punya semuanya, boros, dan suka memberi hadiah mahal."
"Lo kenal?"
"Kenal sih enggak, cuma pernah beberapa kali ketemu. Tapi gue bukan level dia. Jadi jaringan pertemanan kita berbeda. Eh gimana kabar si Michael?"
"Baik, masih lanjut kuliah dia. Desember nanti pulang ke Indo."
"Kabarin gue ya, kemarin kita janjian hunting foto bareng."
"Siip."
***
Lyo Pov
"Lyo, ke salon yuk." Ajak mami.
Aku yang sudah lama tidak ke salon segera mengiyakan. Lumayan sekali, karena kalau nyalon bareng mami pasti dibayari. Dan itu juga berarti kalau mami sedang punya rejeki lebih. Kami pergi berdua, seperti biasa saat bersama mami, aku yang menyetir.
Sampai disana, kami memulai treatment untuk rambut. Semua terlihat biasa, sampai kemudian seseorang memasuki ruangan. Tubuh mungilnya terlihat sangat terawat. Ketika melewati kami, bisa kurasakan aroma segar parfumnya.
"Itu Ibu Serrafina TedjaMulia." Ucap pegawai yang kebetulan melintas dan melihat Tanya pada wajahku.
"Istrinya Pak Arryan?" Tanya mami.
"Iya, beliau selalu kemari kalau tidak sedang berada di Kanada." Jelasnya
Mami hanya mengangguk. Sementara aku yang sudah mengantuk akhirnya lega karena bisa rebahan untuk dilulur. Rasanya benar-benar menyenangkan saat bisa memanjakan tubuh. Masih terdengar pembicaraan tentang Serrafina. Tapi hanya sayup-sayup. Sepertinya mami mengenalnya dengan baik. Meski tidak yakin kalau dia adalah salah seorang pelanggan mami. Tidak pernah ada cerita tentang perempuan bernama seperti itu.
Kami keluar tiga jam kemudian. Tubuhku benar-benar terasa segar. Diparkiran saat akan pulang, disamping mobil kami tiba-tiba ada sebuah mobil sport berwarna merah. Aku tahu harganya mahal sekali. Namun tidak terkejut saat seorang Bara Tedja keluar dari dalamnya. Wajarlah kalau dia yang menunggangi kendaraan super mewah tersebut.
AKu dan memilih mengabaikan, dan langsung masuk ke dalam mobilku sendiri tanpa menyapanya. Karena kami memang tidak saling kenal, aku hanya sekedar tahu. Mami sendiri kelihatannya malah tidak peduli. Namun ada satu hal yang membuatku sedikit tercenganng. Saat perempuan paruh baya yang bernama Serrafina itu keluar dari salon. Dan Bara segera menghampirinya.
Itu pacar atau ibunya? Tanyaku dalam hati. Kalau pacar ketuaan, tapi kalau ibu? Rasanya kemudaan. Memilih tidak melanjutkan rasa penasaran. Akhirnya aku mengarahkan mobil keluar area parkir. Bodo amat tentang Bara Tedja!
***
Hari ini Michael kekasih Lyo pulang dari Jerman. Seperti biasa untuk liburan akhir tahun. Disinilah mereka bertemu, sebuah restoran khas Jepang disebuah mal. Saat pertama kali duduk dihadapan sang kekasih, gadis itu merasa ada sesuatu yang salah. Tatapan berbeda dari Michael. Ataukah kekasihnya marah karena ia tak bisa menjemput semalam?
"Hai. Udah lama?" Sapa Lyo akhirnya.
"Hai juga, baru kok. Duduk."
Ada sedikit keanehan. Biasanya Mike akan menjemputnya di rumah. Tapi kali ini mereka malah jalan masing-masing dan ketemu disini. Lyo penasaran.
"Kamu sedikit aneh. Masih capek?"
"Lumayanlah, perjalanan kan jauh."
"Mestinya nggak usah dipaksa, kan besok-besok masih bisa ketemu. Aku nggak masalah kok."
Mike terlihat berusaha tersenyum meski terlihat masih kacau. Lyo segera menyadari kalau ada sesuatu yang disembunyikan kekasihnya. Ada sedikit keraguan terbersit.
"Ada apa?"
"Gue mau langsung aja, bisa?"
Lyo mengangguk.
"Sorry, gue nggak bisa melanjutkan hubungan kita."
Kalimat itu bagai petir menyambar kepala Lyo.
"Maksud, lo?"
"Gue udah bohongin lo selama enam bulan ini. Gue dekat dengan seseorang disana. Dan sekarang dia mengandung anak gue."
Kalimat yang meluncur begitu mudah dari bibir Mike seketika membuat tubuh gadis itu lemah. Meski diucapkan penuh rasa bersalah. Kalau tidak mengingat ini tempat yang sangat ramai ia sudah ingin menangis dan menjerit disini.
"Kok bisa? Kenapa kamu nggak ngomong dari dulu?"
"Waktu itu aku masih ragu. Tapi sekarang dia hamil, dan aku tidak boleh ragu lagi. Ada janin diantara kami."
Seketika kemarahan Lyo memuncak. Gadis itu segera bangkit, namun masih sempat menyiramkan minuman ke wajah Mike.
"Aku nggak pernah menyangka kalau kamu sebrengsek ini. Kalau cuma mau ngomong putus kamu bisa telepon aku. Nggak perlu sampai ajak ketemuan disini!"
Selesai mengucapkan itu, ia meninggalkan sang mantan kekasih yang segera menjadi tontonan orang banyak.
***
Malu, marah, kecewa segera menghampiri pikiran putri sulung Vera. Ia menangis sepanjang jalan. Selama ini Mike adalah pria yang baik. Mereka sudah berpacaran tiga tahun lebih. Tidak pernah terbersit sedikitpun dalam dirinya kalau kekasihnya itu bisa selingkuh. Ia juga merasa sudah sangat berhati-hati dalam memilih calon pasangan hidup. Lalu kenapa masih bisa seperti ini?
Kenapa mesti pulang ke Indonesia kalau hanya untuk menyampaikan berita itu? Lyo kehilangan semangat. Ia hancur saat ini. Hubungan mereka sudah cukup lama. Bahkan ia sempat berpikir kalau Mike adalah yang terakhir. Tapi ternyata bukan.
Sesakit ini, mi? teriaknya dalam hati. Ini bukan pertama kali patah hati. Tapi kenapa tetap saja rasanya menyedihkan? Meski ia telah gagal berulang? Lalu harus mencari laki-laki seperti apa? Kenapa sulit seklai mencari seornag laki-laki seperti papa?
Atau ia harus mencari seorang badboy sekalian? Karena tampilan, perilaku, pendidikan dan background keluarga baik juga tidak menjamin laki-laki itu menajdi baik. Masih menangis Lyo kembali menajalankan mobilnya. Ia sudah belajar mengontrol diri dan emosi sejak lama. Ketika papi memberinya pengalaman buruk saat bermasalah dengan Daud.
Emosi hanya akan menghancurkannya. Dan tidak ingin karena masalah ini lalu mami, papa dan Daud menjadi khawatir. Hanya mereka yang ebnar-benar menyayanginya.
***
Hari-hari setelahnya dilalui Lyo dengan biasa saja. Meski jelas rasa sakit itu tetap ada. Pengkhianatan bukan hal yang mudah untuk dilupakan. Hanya Daud yang terlihat emosi, karena memang mengenal Mike secara pribadi. Mantan kekasihnya itupun sudah menikah. Ternyata memang sudah merencanakan pernikahan sejak dari Jerman. Dan pertemuan saat itu menjadi yang terakhir. Karena ia sudah tidak tahu dan tidak mau tahu lagi tentang Mike.
Sedikit hiburan, Daud mengajaknya untuk ikut dengan beberapa kegiatan social. Lyo suka itu, minimal disiang hari, tak perlu memikirkan Mike yang kadang masih membuatnya sesak. Sampai kemudian pada suatu hari, kebetulan harus pulang malam. Seorang perempuan muda dengan tubuh penuh luka akibat siksaan ditemukannya ditepi jalan.
Setelah menghubungi pihak rumah sakit dan perempuan itu siuman, barulah Lyo tahu, bahwa perempuan itu adalah perempuan panggilan yang malam itu menjajakan diri di sebuah klub malam. Sayang, mendapatkan seorang tamu yang menderita penyimpangan sadism seksual. Ia kemudian ditinggal begitu saja ditepi jalan. Dan yang membuat keningnya berkerut adalah, klub tersebut adalah milik Bara Tedja.
***
Happy reading
Maaf untuk typo
221220
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top