After Life
Saat membuka mata, aku terbaring di atas batu sungai. Aku mencoba mengingat apa yang sudah terjadi.
Aku memberikan bulu berkilau itu dan siren itu malah marah. Ia pun mencabik-cabik tubuhku dengan ganas. Masih disulut oleh amarah, ia membawa tubuhku yang terluka parah ke dalam air. Aku di bawanya berputar-putar sampai kehabisan oksigen dan akhirnya ... mati.
Aku sudah mati.
Aku melihat ke telapak tanganku yang setengah menerawang. Setelah bangkit, aku bisa melihat jasad tubuhku yang mengambang di atas ceruk. Jika matahari sudah terbit pastilah terlihat warna merah di sekitar jasad itu karena luka-luka yang dibuat oleh siren.
Aku menghela napas.
Pada akhirnya aku gagal. Jasadku pun sepertinya tidak akan pernah pulang ke rumah.
Kakek, maafkan aku.
Aku sudah gagal.
Aku menatap ke langit yang berbintang, bingung karena tidak memiliki tujuan lagi. Mungkin sudah waktunya aku menerima takdir. Mungkin, aku memang harus menemani si siren itu seumur hidupku.
Aku menulis catatan terakhir di jurnalku, sebelum jari-jariku kehilangan kemampuan untuk menyentuh objek-objek padat. Ku tinggalkan catatan ini dalam sebuah lubang pohon, dekat dengan air terjun. Semoga, siapa pun yang datang ke air terjun ini menemukannya dan mengembalikannya ke keluargaku.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top