Chapter 6: Murderer Case
Setelah dua hari mengerjakan misi yang menguras tenaga, hari ini aku mendapatkan misi yang terasa sedikit lebih ringan.
Aku dikirim ke sebuah perumahan di planet bumi. Titik koordinat hanya berada di sebuah rumah biasa dari sebuah keluarga.
Anehnya, aku melihat seorang anak kecil berdiri mematung di depan rumah itu.
Aku tanya kenapa dia sendiri. Anak itu bilang kalau dia memang sering main sendirian. Anak itu terlihat tidak peduli padaku walau aku mengenakan pakaian yang berbeda dari kebanyakan penduduk di planetnya.
Mengabaikanku, anak itu memilih duduk di beranda depan rumahnya.
Hari berganti malam dan aku bertanya kenapa dia tidak masuk ke dalam.
Dia bilang kalau takut dengan ayahnya. Dia habis bermain dengan drone milik ayahnya dan tidak sengaja menjatuhkannya di kolam renang tetangga.
Ia sangat ketakutan. Lalu anak itu memutuskan untuk kabur dari rumah, tetapi niat itu pun urung karena perutnya lapar. Jadi ia pulang.
Lalu anak itu lupa dengan apa yang terjadi. Semua menjadi gelap. Begitu terbangun, ia akan mengulangi siklus yang sama. Bermain dengan drone, menjatuhkannya di kolam,bersembunyi, pulang ke rumah dan semua berubah menjadi gelap. Siklus itu sudah terulang sebanyak 217 kali.
Aku jadi penasaran dan ikut terdiam di beranda rumah itu.
Anak itu bilang, sebentar lagi adalah waktu dimana semua akan berubah menjadi gelap.
Ia berjalan ke depan rumahnya. Berdiri di tengah-tengah jalan sampai sorot lampu kendaraan menyinari tubuhnya. Mobil itu menabrak tubuh sang anak. Tubuhnya terlempar ke udara, lalu terpelanting ke aspal. Kepalanya bocor dan mengeluarkan banyak darah, tubuh anak itu tidak bergerak. Tidak ada tanda kehidupan.
Aku melotot saking kagetnya. Namun, belum sempat bereaksi, tubuhku seperti dipaksa teleportasi. Hari tiba-tiba menjadi siang, aku muncul di awal saat pertama kali tiba di perumahan tersebut.
Waktu mengulang di tempat ini, pasti ulah kekuatan Kitab All-Prevent Ubiquity.
Anak itu mencurigakan. Aku menemukan anak itu di depan rumah. Namun, ada yang berbeda darinya.
Dia tidak diam di pinggir jalan seperti tadi, tetapi kali ini memasuki rumahnya. Aku pun mengikuti anak itu ikut ke dalam tempat tinggalnya.
Anak itu mengambil kertas dan menuliskan sesuatu. Lalu ia pergi ke lantai dua.
Saat anak itu pergi, aku melihat catatan yang ditinggalkannya. Di sana tertulis, "Pelakunya adalah Paman Edward."
Aku memiliki firasat tidak enak, jadi kuikuti anak itu sampai ke lantai atas. Ia berada di depan drone milik ayahnya, meninggalkan catatan di atas benda tersebut. Tulisannya, "Jangan sentuh! Cari mainan yang lain!"
Anak itu... dia ingin memperingkatkan dirinya sendiri.
Catatan yang ditinggalkan di bawah untuk berjaga-jaga andai ia tidak bisa mengubah masa lalu.
Hatiku terasa dikoyak. Sungguh, aku ingin menolong anak itu. Namun, masa depan tidak boleh diubah, terutama yang berkaitan dengan nyawa. Setelah anak itu pergi, aku mencabut kertas yang ada di atas drone.
Tidak lama, aku melihat sosok yang sama persis sepertinya mendatangi alat itu. Membawanya keluar rumah dengan senyum sumringrah.
Maafkan aku.
Ketika aku keluar rumah, anak yang tadi sudah menungguku depan beranda. Sepertinya ia tahu apa yang kulakukan.
Aku berusaha menjelaskan padanya bahwa apa yang terjadi tidak bisa dibatalkan. Berat hati, ia mengangguk. Namun, dia bertanya apa perbuatannya yang lain diizinkan.
Aku juga tidak tahu. Aku bilang padanya bisa memastikan itu dengan membaca dari kertas bersinar yang ia pegang. Anak itu tampak terkejut karena aku tahu kertas dari Kitab All-Prevent Ubiquity yang ia simpan.
Ia akhirnya menyerahkan kertas itu padaku. Aku membaca isinya.
Pelakunya tertangkap. Sesuai dengan yang diharapkannya. Namun yang membuatku terkejut, pelaku itu Edward, ditangkap berkat sepotong kertas yang ditinggalkan misterius di atas meja.
Aku paham sekarang. Anak itu mengulangi siklus yang sama hanya untuk memastikan siapa yang menabraknya.
Orang yang menabraknya adalah rekan kerja ayahnya, pria itu sakit hati dengan ucapan ayahnya dan memutuskan untuk merenggut nyawa anaknya—yaitu dia sendiri.
Intervensi yang anak itu lakukan sebenarnya bisa terjadi tanpa harus mengandalkan kekuatan Kitab All-Prevent-Ubiquity. Namun, sepertinya anak itu juga ingin mengubah masa lalunya. Ia mencobanya berulang kali, tetapi bagaimana pun kematian tidak dapat dicegah atau diubah.
Aku mencoba tersenyum padanya. Mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.
Anak itu tampak lega. Setelah itu, wujudnya menghilang menjadi serpihan debu.
Saat itu aku baru menyadari bahwa sejak tadi aku bicara dengan arwah anak yang telah meninggal tersebut. Entah bagaimana, arwah itu mempertahankan eksistensinya di waktu yang berulang, bahkan bisa memanfaatkan kekuatan kitab All-Prevent-Ubiquity.
Kasus ini cukup menarik. Saat kembali nanti, aku akan mencoba menanyakannya pada Tim Tiven.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top