Chapter 1: Ramalan

Kitab All-Prevent-Ubiquity dicuri. Aku gagal melaksanakan tugasku mencegah pencurian itu. Tidak lama berselang sejak para perampok pergi, Kepala Perpustakaan, Aldous Lanford dan pasukan Penjaga Ilmu Pengetahuan datang.

Aldous Lanford menginterogasiku. Tanganku tidak bisa berhenti bergetar, takut mengecewakan pemimpin tertinggi Bookkeepers itu. Namun, setelah ceritaku berakhir, ia justru tidak marah.

Gurat kekhawatiran jelas terlihat di wajah tua pria itu, tetapi ia dengan tenang mengajakku ke sebuah ruangan. Ruangan itu terletak di dasar perpustakaan, melalui banyak jebakan yang sudah dinonaktifkan oleh beliau.

Ruangan berbentuk bundar dengan atap tinggi terlihat majestik dengan dekorasi tanaman merambat dan sebuah pohon besar menyala di tengah. Serpihan emas bertaburan dari ujung-ujung daun dan batangnya, denyut nadi yang bergerak di akar-akarnya menyerap seluruh pengetahuan yang ada di alam semesta.

Pohon Kehidupan. Tempat yang bahkan terlarang bagi para Bookkeepers. Hanya Kepala Perpustakaan yang biasanya mengakses tempat tersebut.

Dia bilang situasi saat ini genting. Takdir seluruh alam semesta berada di dalam Kitab All-Prevent-Ubiquity saat ini. Setiap Kitab terhubung dengan Bookkeeper mereka, itu sebabnya, menurut Aldous Lanford, takdirku pasti berikatan dengan keberadaan kitab tersebut.

Ia menggunakan kebijaksanaannya sebagai pemimpin para Bookkeepers untuk memanggil Debata Idup.

Dari batang pohon bercahaya itu, keluar sebuah cermin berbingkai kayu. Debata Idup atau yang biasa disebut sebagai Dewa Kehidupan. Entitas bertakhta tinggi ini tidak berasal dari alam semesta kami, tetapi ia bersedia memenuhi panggilan dari Aldous Lanford untuk membantu.

Aku berdiri di depan Debata Idup, melihat tampilan wajahku di cermin bundar berukuran kepala manusia tersebut.

Cermin itu beriak, dari dalamnya keluar perkamen yang digulung. Aku meraih kertas itu, lalu membukanya.

Isinya kosong. Aku memandang Debata Idup, bingung. Dewa itu tidak memberikan respon, akhirnya aku kembali menatap lembar perkamen yang kosong itu.

Aneh, tiba-tiba muncul banyak tulisan di sana. Tulisan itu keluar dari kertas, melayang mengitari tubuhku. Tiap huruf terbang menembus kepalaku, seperti diterpa cahaya terang, seketika aku melihat gambar-gambar abstrak di dalam kepala.

Partikel cahaya yang saling berkait seperti rantai, lalu ada makhluk seperti kutu yang melompat-lompat ke dalam cahaya itu, menjaga agar tiap cahaya tetap berada dalam kondisi yang stabil.

Lagi-lagi, cahaya menyilaukan menerpa penglihatanku, kali ini aku berdiri di tengah luar angkasa, melihat berbagai aliran semesta yang bertabrakan, bagai melihat cat-cat di kanvas yang dicampur aduk hingga akhirnya berubah menjadi warna hitam.

Terbelalak, aku kembali ke kenyataan. Tanganku bergetar sambil memegang perkamen.

Aku langsung menyampaikan penglihatanku pada Debata Idup. Ia bilang yang kulihat barusan adalah gambaran sepuluh tahun yang akan datang. 

Aldous Lanford menambahkan, masa depan memiliki banyak kemungkinan. Namun, nasib masa depan alam semesta saat ini tergantung dari pekerjaan yang akan kulakukan selanjutnya. Pekerjaanya sangat berat, tetapi itu adalah tugasku sebagai Bookkeepers. Aku harus melakukannya demi keselamatan seluruh alam semesta.

Aku ragu, bisakah aku menyelesaikan tugas berat yang dimaksud oleh Aldous Lanford.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top