Bab 9: Tim Penyelamat

Amber menatap ngeri sosok raksasa yang ada di balik dinding itu. Ia bersyukur dirinya tidak memaksakan diri keluar dari gua tersebut. Hanya mengintip saja, bulu kuduknya sudah meremang saat melihat raksasa dengan gerombolan Creature di bawah kakinya.

Jika ia menceritakan apa yang dilihatnya saat ini, ia yakin pasti tidak ada seorang pun di Guardian of The Realm yang akan mempercayainya. Sebuah koloni Creature dengan struktur hirearki yang jelas. Ditambah keberadaan Colossal Creature yang ternyata benar adanya. Andai ia menguasai satu atau dua mantra perekam seperti yang digunakan untuk membuat peta, ia pasti bisa mengabadikan apa yang dilihatnya saat ini.

Amber beringsut mundur, ia harus buru-buru keluar dari tempat tersebebut sebelum ketahauan. Gadis itu mencoba untuk berdiri di bawah lubang tempatnya terperosok tadi. Lubang itu lumayan besar dan ia terjatuh cukup dalam, untung tidak ada tulangnya yang patah.

Amber menunjuk tongkatnya ke arah lubang. "Pureo!" Setelah merapal mantra, ada sebuah tarikan yang sangat kuat mengangkat tubuhnya melewati lubang tersebut. Tubuhnya terlempar ke atas permukaan tanah. Mantra dasar "pureo" digunakan untuk menarik tubuh mendekati suatu objek. Amber tadi menunjuk ujung akar yang mencuat di antara tanah dekat pintu lubang.

Ia menghirup udara sebanyak mungkin, rasanya begitu melegakan setelah keluar dari tempat tersebut. Sungguh tidak disangka ada tanah rapuh yang membuatnya terperosok begitu dalam, ditambah lagi ada markas besar di dalam gua bawah tanah berisi puluhan bahkan mungkin ratusan Creature.

Tidak hanya itu, disana juga ada Colossal Creature. Monster yang dianggap rumor belaka karena belum pernah ada yang melihatnya sejak nama itu dituliskan dalam buku-buku sejarah, kecuali Gale. Iya, Gale mengaku pernah melihatnya, Amber masih ingat cerita itu.

Terbesit keinginan untuk bertanya pada Gale tentang pengalamannya saat bertemu Colossal Creature itu, tetapi membayangkan pria itu tersenyum dengan pongah membuat Amber berpikir dua kali.

"Daripada membayangkan yang tidak-tidak, aku harus memikirkan cara keluar dari hutan ini dulu," gumam Amber. Ia bangkit setelah tubuhnya cukup beristirahat.

Gadis itu melangkah dengan hati-hati agar tidak terperosok ke dalam lubang lagi. Tanah disana sangat rapuh, saat Amber menginjaknya langsung terdapat retakan besar disana. Permukaan atasnya halus dan gembur, tapi bongkahan tanahnya besar-besar dan menyatu satu sama lain.

Amber berjalan sekitar satu jam lamanya sampai ia mendengar suara air mengalir. "Sungai!" Gadis itu melihat secercah harapan, ia langsung berlari menuju sumber suara air tersebut.

Dugaannya benar, ada sungai mengalir di sana. Sungai itu memiliki bentang yang jauh lebih lebar dari yang tadi ditemui kelompoknya. Jarang terdapat bebatuan, selain itu aliran sungainya terdengar sangat deras. Amber melempar sebuah batu, terdengar benda jatuh yang tebal dan berat. Ia menduga sungai itu juga cukup dalam.

"Mungkin ini muaranya," gumam Amber. Ia menduga kalau sungai yang tadi ditemukannya hanyalah anak sungai dari aliran besar yang ada di hadapannya saat ini. "Jika aku mengikuti arus ini, mungkin aku bisa menemukan salah satu jalur tim survey tadi pagi."

Ia tidak punya cara lain untuk menemukan arah selain nekat mencoba teori karangannya sendiri. Amber berjalan melawan aliran sungai. Ia haus, tetapi tidak berani mengambil air sungai tersebut. Walau pun jernih dan bersih, belum ada catatan yang memuat kandungan air sungai di Shadow Grove, ia tidak mau mengambil risiko seperti itu.

Setelah berjalan cukup jauh, Amber sampai di delta sungai. Ia mengusap lututnya yang mulai pegal. Sambil melihat langit yang tertutup awan kelabu, gadis itu menjulurkan tongkatnya. Ia ingin mencoba peruntungan lain.

Apa yang akan dilakukannya bisa berdampak dua hal. Pertama, memancing datangnya gerombolan Creature. Kedua, mungkin ada satu atau dua orang dari Guardian of The Realm yang melihat sinyal darinya.

"Aku tidak akan tahu kalau belum mencoba," Amber tahu waktunya tidak banyak. Hari sudah gelap, ia bisa menebaknya dari perubahan suhu di sekelilingnya yang semakin dingin.

"Alretsa quantumia!" Setelah menyerukan mantra, sebuah sinar berwarna merah meletus dari ujung tongkat Amber. Sinar itu terbang ke udara lalu meledak menjadi bola-bola api kecil yang memancarkan sinar terang benderang. Mantra itu digunakan untuk menunjukkan sinyal dan lokasi jika ada anggota yang tersesat. Bisa juga digunakan sebagai kode formasi saat melakukan ekspedisi.

Tetapi sinyal itu tidak disarankan dipakai di Shadow Grove karena dikhawatirkan memancing perhatian para Creature. Amber terdiam di tempat, ia tidak tahu siapa yang akan datang duluan, Creature atau tim Guardian of The Realm.

Suasana hutan yang sunyi membuat telinga Amber menjadi lebih sensitif dari biasanya. Matanya menoleh ke arah rimbun pohon di sebelah kirinya. Ia mendengar gemerisik dedaunan yang semakin keras, diikuti suara derap kuda yang jelas.

Pohon-pohon itu terbelah seperti membuka jalan, semak belukar dan akar-akar mengerucut hanya menyisakan tanah kosong seperti jalan gang yang muat dilalui seekor kuda. Dari arah tersebut muncul Hoffman dengan kuda coklatnya. Di belakangnya ada lima penyihir lain yang menyusul.

Mata Amber berkaca-kaca melihat pertolongan datang padanya. Hoffman menyorot sinar dari ujung tongkat ke arah Amber, memastikan kalau sosok yang dilihatnya benar-benar anggota timnya.

"Amber sudah ketemu!" Ia memberi informasi kepada seluruh kelompoknya.

"Ayo cepat, bawa dia," anggota kelompok yang semuanya terdiri dari penyihir senior itu langsung mengangkat tubuh Amber dengan sihir levitasi, mereka meletakkan Amber di belakang Hoffman.

"Kau masih bisa bertahan?" tanya Hoffman. Amber mengangguk. Pria itu memperhatikan bagian bawah bibir Amber yang kering, wajahnya pucat dan ada beberapa luka gores. Gadis itu dehidrasi, kedinginan dan terluka. Beruntung sekali ia belum pingsan ditempat tersebut. Bahkan masih sempat bertaruh dengan mantra pemancar yang efeknya bagai pedang bermata dua jika digunakan di Shadow Grove.

Hoffman memutar kudanya, lalu melalui jalan yang sama seperti ia tadi datang. Kelompoknya mengikuti di belakang. Sesekali terdengar seruan dari rekannya, "Ada Creature!" Para penyihir senior itu berkuda sambil mengacungkan tongkat-tongkat mereka. Amber di belakang Hoffman hanya diam sambil berpegangan, ia terlalu lemas untuk ikut bertarung. Mana, energi sihirnya pasti sudah terkuras banyak.

Ia bisa melihat warna-warna cerah dari petir dan api yang dilontarkan, menghancurkan Creature, membanting tubuh mereka ke tanah, menjerat mahluk-mahluk itu dengan sulur pepohonan. Para penyihir senior itu pasti pasukan terbaik Hoffman. Tidak ada ketakutan atau keraguan, semuanya berpikir cepat dalam bertindak, berkoordinasi dengan baik bahkan tanpa mengucapkan sepatah kata.

Kuda mereka bertemu dengan aliran anak sungai yang lebih kecil, Amber mengenali tempat tersebut. Itu adalah lokasi terakhir ia melihat Gale dan Lucas.

"Bagaimana kalian menemukanku?" tanya Amber, suaranya terdengar lemah.

"Saat kami sampai, Lucas menceritakan apa yang terjadi. Kami menduga dirimu mungkin masih hidup, jadi aku dan beberapa penyihir senior pergi mencarimu," cerita Hoffman. "Awalnya kami menelusuri lokasi terakhir yang direkam oleh kelompokmu, lalu mencoba mengikuti arah tempatmu terseret, tidak ada petunjuk lagi, akhirnya kami menggunakan sihir pelacak yang menuntun kami ke dekat delta sungai."

Amber bisa menebak kelanjutannya, mereka pasti melihat sinar pemancar yang ditembakkannya.

"Kau beruntung kami datang lebih dahulu sebelum para Creature itu," lanjut Hoffman.

Amber tidak menjawab, ia hanya mengangguk kecil. Matanya terasa berat, ia mengencangkan genggamannya pada jubah Hoffman, tetapi kepalanya terhuyung dan yang terakhir dirasakannya adalah wajahnya menempel pada jubah ketua divisinya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top