Bab 7: Jebakan Benang
Amber menyadari kalau jarak Creature itu sudah dekat. Bisa berbahaya kalau sampai Creature itu meraih salah satu dari mereka.
"Creature!" Ia memperingatkan Gale dan Lucas. Gale berniat berbalik ke arah gadis itu, tetapi dari tempatnya pun datang Creature setinggi dua meter.
Ada dua Creature yang menyerang mereka secara bersamaan. Lucas menyadari kalau situasi berubah menjadi gawat, ia bisa mendengar suara Amber dan Gale bergantian menyebutkan mantra. Tetapi, ia harus konsentrasi merekam informasi lanskap di sekelilingnya. Kalau sampai ia tidak fokus, peta yang dibuatnya bisa salah.
"Boltzantium!" seru Gale, dari ujung tongkatnya meletus sebuah bola api. Bola itu mengenai kepala Creature, tetapi tidak berdampak apa pun. Jelas, Creature itu lebih tangguh ketimbang yang dihadapi mereka kemarin.
"Ventulus carpus!" Amber juga merapalkan mantra. Angin menghembus cepat seperti pedang, menebas kedua kaki Creature agar ia tidak bisa bergerak. Ia melanjutkan dengan mantra kedua. "Asvera plantus!"
Rumput-rumput di bawa Creature itu tumbuh menjadi besar dan melilit tubuhnya, tampak cairan asam keluar dari setiap rumput dan melelehkan tubuh Creature itu. Amber berhasil mengalahkan monster tersebut.
Belum lega, di belakangnya Creature yang jauh lebih besar maju menyerang. Gale mengayunkan tongkatnya sambil merapal mantra, "Evadus Kra!" Dari tanah muncul dinding-dinding tebal, Creature itu menabrak dinding, lalu memutar ke arah lain.
Amber sudah berniat akan membantu, tetapi Vanny berseru lebih dulu. "Cassavas Lova!" Daun-daun berguguran di sekeliling mereka, ujungnya berubah menjadi lancip, lalu semua daun itu melesat ke arah Creature. Tubuh Creature terkena sayatan, ada beberapa daun juga yang menancap. Itu lumayan menghentikan pergerakan Creature.
"Aqua sumos!" Gale mengayunkan pergelangan tangannya, air dari sungai bergerak ke arah Creature dan mengurungnya di dalam penjara air besar.
"Thunderos savas!" seru Amber. Dari langit yang gelap, sebuah petir menyambar penjara air itu. Creature yang ada di dalamnya seketika tersetrum dan mati. Mereka berhasil mengatasi para Creature tersebut.
Disaat bersamaan, Lucas juga sudah menyelesaikan rekaman petanya. Ia menutup gulungan itu dan berbalik menghadap rekan-rekannya. Walau wajahnya tampak datar, Amber dapat dengan jelas melihat pancaran harapan dari mata pria itu. Padahal saat awal berangkat tadi, ia terlihat seperti mata ikan mati yang sudah pasrah dengan nasibnya.
Mungkin karena melihat kemampuan kelompoknya, Lucas memiliki sedikit harapan dapat pulang dengan selamat dalam ekspedisi kali ini.
"Kerja bagus," pujinya. "Tapi pekerjaan kita belum selesai, ayo ke tempat selanjutnya."
***
Mereka sudah berhenti di enam titik, di setiap titik setidaknya ada satu Creature yang datang menyerang. Sejauh ini, Amber, Gale dan Vanny masih bisa mengatasinya. Dua titik lagi dan mereka bisa kembali ke markas. Lucas jelas memacu kudanya dengan penuh semangat, kalau pekerjaannya hari itu selesai lebih cepat, artinya itu lebih baik.
Mereka bergerak dalam formasi yang sama seperti sebelumnya. Lucas memimpin di depan, Vanny berada di belakangnya, diikuti oleh Gale, lalu Amber. Amber tampak senang karena sejak tadi ia berhasil mengalahkan Creature. Hatinya tertawa mengingat ejekan Gale kemarin. Ia ingin meledek pria itu.
Amber memacu kudanya sampai berada tepat di sebelah Gale. Ia mencodongkan kepalanya sedikit. "Kau bilang apa kemarin? Pemula akan langsung mati?" Gadis itu tertawa kecil. "Kurasa kau memang hanya pembual."
"Kau hanya beruntung," balas Gale.
"Bukan keberuntungan kalau terjadi berkali-kali, aku mengalahkan lebih dari satu Creature sejak tadi pagi."
Gale akhirnya menoleh. "Kau beruntung karena ada aku," ucapnya sambil tersenyum pongah.
Amber sudah membuka mulut untuk membalas, tetapi sekilas, matanya menangkap sebuah benang lurus di depan mereka. Ia yakin dengan penglihatannya, firasatnya mengatakan kalau benang itu berbahaya.
"Semuanya merunduk!" seru Amber. Setelah mendengar teriakan Amber, Lucas akhirnya dapat melihat benang tersebut, ia langsung menurunkan kepalanya, begitu pun dengan Gale dan Amber. Tetapi, Vanny terlambat bereaksi.
Benang putih yang hampir transparan itu membelah kepalanya jadi dua. Batok kepalanya terpotong, otak gadis itu jatuh berhamburan di tanah bersamaan dengan tubuhnya. Masih terkejut dengan apa yang dilihatnya, tiba-tiba Amber ikut terjatuh. Ternyata di bawah juga ada benang yang serupa. Kaki kuda Lucas dan Amber terpotong, keduanya terlempar dari kuda.
Sementara Gale berhasil menyadari benang di bawah, kudanya sempat melompat sebelum ikut terpotong. Gale berbalik, turun dari kuda dan membatu Lucas berdiri. Lucas menatapnya kebingungan.
"Ada benang di bawah," jelas Gale.
"Ini buruk, kita harus pergi dari sini," kata Lucas, ia tampak ketakutan. Gale merasa kabut di sekitar mereka semakin tebal. Amber bangkit sambil mengeluarkan tongkatnya. Mereka bertiga saling menghadapkan punggung masing-masing, berjaga andai ada serangan tiba-tiba dari Creature.
Amber memandangi jasad Vanny yang tergeletak beberapa meter darinya. Ia ingin segera membungkus tubuh itu dan membawanya kembali ke markas. Selain itu, ia benar-benar merasa bersalah atas kematian Vanny. Andai aku berteriak lebih cepat, ia mungkin bisa menghindar. Kalimat itu terus berputar-putar di kepala Amber, sampai teriakan Lucas mengejutkannya.
"Creature!"
Bentuk Creature itu berbeda dari biasanya. Ia memiliki enam tangan, dua kaki, bertubuh manusia besar dengan mata delapan. Creature itu menciptakan sejenis benang berwarna hitam, ia menyatukan benangnya menjadi seperti jaring lalu melemparkannya kepada mereka.
Amber, Gale dan Lucas menghindar dengan cepat. Jaring itu mengenai rumput dan melelehkannya seketika. Amber melirik rumput yang meleleh tersebut, di dalam hati, ia memerintahkan dirinya agar jangan sampai terkena benang-benang hitam itu.
Lucas, Gale dan Amber menghunuskan tongkat masing-masing. Ketiganya bergantian merapal mantra, bola api, bola petir dan serpihan es menyerang Creature itu. Di luar dugaan mereka, ia sangat gesit dan bisa menghindari semua serangan. Creature itu melepaskan benang ke berbagai penjuru arah, lalu anak laba-laba berukuran keranjang bermunculan dari atas pohon. Mereka turun melewati benang-benang tersebut.
"Menjijikkan," gumam Lucas. Ia menembakkan tembakan api besar dan menghancurkan segerombol anak laba-laba. Gale mendatangkan pusaran angin dan memusnahkan sebagian monster-monster kecil itu. Amber pun mencoba menghancurkan mereka dengan sihir Magmantus Volta, dimana ia menciptakan batu magma panas dan melemparkannya kepada musuh.
Mereka memang monster lemah, tetapi jumlahnya tidak berkurang sama sekali. Saat mereka disibukkan membamsi monster anak laba-laba, jalinan benang merayap di tanah dan menjerat kaki Amber. Amber meraskan sesuatu yang dingin di kakinya, tapi belum sempat melihat tubuhnya sudah terseret oleh sebuah tenaga yang kuat.
Gadis itu berteriak, tubuhnya meluncur ke arah semak-semak. Ia mencoba merapal mantra api untuk membakar jaring itu tetapi tidak mempan.
"Amber!" Lucas berseru memanggilnya, ia juga melempar beberapa sihir bola api tetapi tidak ada satu pun yang mengenai jaring tersebut.
"Lucas, perhatikan sekelilingmu!" Gale mengingatkan. Mereka berdua tidak bisa menolong Amber karena sudah disibukkan oleh monster anak laba-laba itu.
"Kalau begini tidak akan ada habisnya, kita juga harus menyusul Amber," ucap Lucas.
Gale tidak sepenuhnya setuju dengan ide menyelamatkan Amber, tetapi ia sepakat dengan Lucas kalau monster anak laba-laba ini tidak akan pernah habis. Jumlahnya mungkin sudah ribuan. Setidaknya, Gale harus membuat celah untuk kabur dari tempat itu dulu.
Ia memutar tongkatnya di udara, pusaran api terbentuk di sekitar mereka. "Faramus Inferious!" serunya. Pusaran api itu seketika meledak, membakar apa yang ada di sekitar mereka termasuk jaring dan monster anak laba-laba. Sebagian pohon juga ikut terbakar.
Tidak ada satu pun monster anak laba-laba yang tersisa di sana. Kedua langsung menuju ke tempat Amber terakhir kali terlihat. Mereka menyisir semak-semak rimbun tersebut, tetapi tidak ada tanda keberadaan Amber. Wajah Lucas seketika berubah menjadi pucat, ia tahu kalau misinya sudah tidak bisa dilanjutkan. Berempat saja sudah sulit, apalagi hanya dua orang.
Dengan berat hati, ia memberi komando untuk kembali ke markas. Gale tidak keberatan dengan itu. Ia sudah menduga ini akan terjadi, penyihir-penyihir baru itu tidak akan bertahan lama di Shadow Grove. Setelah membungkus jasad Vanny dan mengaitkannya ke kuda, Lucas dan Gale pun kembali ke markas.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top