Bab 28: Amber dan Colossal Creature

Colossal Creature berlari sangat cepat, ia berhasil mempersempit jaraknya dengan Amber yang kabur menggunakan kuda. Namun, gadis itu sudah menyiapkan serangan kejutan. Ia merogoh tasnya, mengeluarkan bingkisan dari Caerulla dan mengambil batu permata berwarna kecubung.

Amber mengalirkan energi mana ke batu tersebut. Setengah berbalik, ia membidik posisi Colossal Creature yang sudah sangat dekat, bahkan hanya tinggal lima meter sebelum tangannya berhasil meraih Amber beserta kudanya.

"Hyah!" Amber melemparkan batu tersebut. Ukurannya terlalu kecil sampai Colossal Creature tidak menyadarinya.

Batu itu jatuh tidak jauh dari Colossal Creature, begitu raksasa itu berada tepat di atasnya, batu itu pun aktif. Batu berwarna kecubung itu pecah, muncul sinar berwarna keungunan dengan garis lingkaran berhuruf kuno di sekelilingnya. Seketika, muncul tonggak-tonggak besar dari besi. Ujung tonggak itu tajam, salah satu yang tertinggi berhasil mengenai tubuh Colossal Creature, menembus perut dan dadanya lalu mendorong tubuh besar itu sampai ke 30 meter di atas tanah.

"Argh!" Colossal Creature meraung kesakitan.

Tubuh rakasa itu tertancap di ujung tonggak yang tertinggi dan terbesar, posisi badannya miring dan kepalanya berada di bawah. Sambil meringis, Colossal Creature mencoba melepaskan dirinya, namun sangat sulit. Tiang besi itu jauh lebih tebal dan kuat dibandingkan batang pohon yang sebelumnya membelit raksasa tersebut.

Amber sempat menghentikan laju kudanya. Ia berbalik untuk mengecek keadaan si raksasa. Sebaris senyum muncul di wajah gadis itu. Ia punya kesempatan untuk menjauh sebelum raksasa itu berhasil menemukan cara terbebas dari hutan tonggak besi tersebut.

Colossal Creature menatap nanar sosok Amber yang semakin kecil di kejauhan sana. Ia tidak terima kalau mangsa yang sudah dinanti-nantinya selama tujuh belas tahun kabur begitu saja. Sedikit lagi, ia bisa mendapatkan kekuatan penuhnya yang dulu pernah di segel oleh para Guardian of The Realm. Kuncinya ada pada Amber.

Ia harus mendapatkan gadis itu, apa pun caranya.

"Apapun..," Colossal Creature menggumam.

Raksasa itu benci dipermainkan. Ia harus mengakhiri ini dengan cepat, memakan Amber, mendapatkan kekuatannya dan meratakan umat manusia agar para Creature bisa menginvasi tanah yang dipenuhi sumber pakan tersebut.

Colossal Creature menggeram, energinya menguar ke berbagai arah, aura berwarna merah dan hitam membentuk lingkaran di bawah dan atas kakinya, bias berwarna merah darah memancar dan membentuk berbagai huruf kuno. Seperti membuka sebuah segel, terdengar suara kunci yang terbuka, lalu seluruh sinar itu meledak di udara.

Colossal Creature menyerap seluruh kekuatan tersebut, tubuhnya membesar, massa tubuhnya semakin padat, rupanya makin menyerupai manusia dan kulitnya yang berwarna hitam luruh berganti menjadi merah gelap.

Ia mengaum, luapan energi di dalam tubuhnya membuat pikirannya semakin ganas dan liar. Raksasa itu mencengkram pasak yang menembus perut dan dadanya. Lengannya yang berotot dan besar memeluk pasak itu, tangannya mencengkram batangnya yang hanya segenggam kepalan tangannya.

Pasak itu hancur seketika, seperti remahan kayu. Colossal Creature terjun bebas dari ketinggian tiga puluh meter, kedua kakinya mendarat sempurna di atas tanah, menciptakan dentuman dan gempa di sekitarnya.

"Amber!" Ia bisa mencium aroma gadis itu. Diikutinya arah kemana Amber pergi. Raksasa itu berusaha menerobos hutan pasak besi yang mengurungnya. Tidak hanya pasak berukuran raksasa, di hutan itu juga banyak pasak-pasak yang berukuran lebih kecil. Colossal Creature tidak menghiraukan kakinya yang tertancap pasak-pasak tersebut. Darah berceceran di sepanjang lantai tanah yang ia lewati.

Di ujung hutan pasak besi, Colossal Creature berhasil keluar. Tubuhnya dipenuhi luka lecet, kakinya berdarah-darah karena tertusuk tiang yang berukuran kecil. Perut dan dadanya masih berlobang, darah mengalir dari kedua luka besar tersebut. Namun, ia mengabaikan semua luka tersebut. Luka itu tidak ada artinya dibanding dengan menangkap Amber. Begitu ia mendapatkan sumber kekuatan aslinya—Amber—raksasa itu dapat melakukan regnerasi super cepat dan kembali pulih seperti sedia kala.

Matanya dapat melihat dari kejauhan sosok Amber yang sangat kecil. Kuda putihnya sangat mencolok. Sedikit lagi, gadis itu akan mencapai tepi hutan Gigantius, sebuah kawasan hutan berisi pohon-pohon raksasa. Colossal Creature tidak bisa membiarkan gadis itu masuk ke dalam sana, akan merepotkan jika ia harus berlari-lari mengejar Amber di dalam hutan yang lebih banyak rintangan dan tempat bersembunyi.

Rasasa itu lalu menciptakan sebongkah batu besar, ia memadatkannya, lalu meremukkan menjadi butiran-butiran yang lebih kecil. Colossal Creature mengambil ancang-ancang untuk melemparkan batu-batu tersebtu. Setelah yakin bidikannya tepat, ia mengalirkan segenap kekuatannya lalu melemparkan batu-batu itu dari tangannya.

Amber merasakan hembusan angin kencang dari belakang, ia menoleh dan terkejut. Puluhan batu datang menerjang ke arahnya. Ia mencoba untuk menghindari batu-batu tersebut, kudanya berlari zig-zag, kadang melompat, kadang meliuk. Namun, itu tidak bertahan lama. Sebuah batu besar akhirnya mengenai Sabine, kuda milik Amber.

Batu besar itu menghancurkan kaki depan kuda, mahluk berkaki itu empat itu seketika terkapar ke tanah, berikut Amber terlempar beberapa meter darinya. Amber menatap kudanya dengan mata berkaca-kaca, kuda itu ia rawat sejak kecil, menjadi partner-nya selama bertahun-tahun.

"Sabine," lirih gadis itu.

Ia masih bisa mendengar kuda itu meringkik, sebelum batu besar lainnya menghantam tubuhnya, menghancurkan sisa-sisa bagian darinya.

Mulut Amber terbuka tapi tidak ada satu pun kata yang keluar, ia terlalu syok. Air matanya menetes, ia ingin berteriak dan marah, mengamuk dan menyerang langsung raksasa itu.

Hentikan pemikiran bodohmu, Amber!

Gadis itu menampar pipinya sendiri, berusaha kembali ke kenyataan. Kudanya sudah mati, toh, tidak ada yang bisa ia lakukan untuk menghidupkannya kembali. Gadis itu harus bertahan hidup, ia tidak boleh menyia-nyiakan kematiannya.

Puluhan batu datang lagi ke arahnya, kali ini, Amber sudah siap. Ia masih mengingat mantra yang diajarkan Theo. Gadis itu bangkit sambil menggenggam ujung tongkatnya. Sambil melakukan gerakan melingkar di udara, ia merapalkan mantra.

"Murrundus terrae!" seru Amber.

Tanah bergetar, lalu di hadapan Amber menjulang sebuah dinding besar dari tanah. Dinding itu membentang dari Barat ke Timur, menghalangi hujan batu yang menerjang ke arahnya. Terdengar suara batu menghantam dinding tersebut. Batu-batu itu hancur, gadis itu berhasil menyelamatkan dirinya. Sementara dinding tanah itu menahan serangan Colossal Creature, Amber secepat mungkin berlari ke arah hutan.

Colossal Creature menyadari kalau lemparan batunya tidak ampuh lagi, ia langsung berlari menyusul Amber. Ia yakin tadi berhasil mengenai kuda gadis itu. Artinya, kecepatan Amber berlari akan menurun drastis dan ia bisa mengejarnya lebih cepat.

Hal sama juga terlintas di pikiran Amber. Tanpa adanya kuda, ia tidak akan bisa kabur secepat sebelumnya. Selain itu, berlari menggunakan kakinya sendiri juga membuatnya menjadi cepat kelelahan.

Amber beristirahat di mulut hutan Gigantius. Ia berpegangan pada salah satu akarnya yang besar dan menonjol di tanah, saat ia menoleh ke belakang, Colossal Creature sudah sangat dekat dengan tempatnya.

"Celaka!" Amber ingin lari lagi, tetapi kakinya sangat lengah, ia juga tidak ada persediaan minum karena seluruh barang bawannya disampirkan bersama kudanya. Semua, kecuali tas coklat kecil yang ada di pinggangnya.

Benar, masih ada senjata itu.

Amber teringat tas yang ada di pinggangnya. Batu permata dari Caerulla masih tersisa dua. Ia melihat ke sekeliling hutan, gadis itu berpikir mungkin bisa memanfaatkan medan tersebut untuk menggunakan sisa senjata dari Caerulla.

Namun, sebelum itu, ia harus mencari posisi yang aman dulu. Amber mengarahkan ujung tongkatnya pada kaki, "Salien exelcum," gumamnya.

Angin berputar di sekitar kakinya, cahaya berwarna tosca menyelimuti kaki gadis itu. Dengan mantra yang baru disebutnya, Amber dapat memanfaatkan energi angin untuk membuat kakinya menjadi ringan. Gadis itu menjejakkan kakinya di tanah, seperti melompat di atas trampolin, tubuhnya terlontar sangat tinggi di udara.

Ia mendarat di batang pohon raksasa, kakinya memantul lagi dan ia melayang tinggi sampai akhirnya berhasil mencapai salah satu dahan pohon. Hutan Gigantius adalah salah satu hutan istimewa di Realm, hutan itu berisi pohon-pohon setinggi 25 - 30 meter, salah satu spesies kuno yang masih tersisa.

Colossal Creature melihat Amber berada di atas salah satu dahan pohon, baginya, tidak sulit untuk lompat dan meraih gadis itu. Ia mentertawakan Amber, gadis itu terlihat seperti sudah putus asa sampai lupa kalau tinggi pohon itu bukanlah halangan baginya.. Ia yakin Amber sudah tidak bisa lari lagi.

Amber tidak bisa diam saja di pinggir hutan itu, gadis itu harus masuk lebih dalam untuk menjalankan rencananya. Masih menggunakan mantra yang sama, gadis itu memanfaatkan sihirnya untuk melompat-lompat dari satu pohon ke pohon lainnya.

Ia mendarat di salah satu dahan, lalu berganti ke dahan lain. Terus seperti itu sampai hampir ke tengah hutan. Dilihatnya, Colossal Creature mulai ikut masuk ke dalam hutan juga. Hutan Gigantius berbeda dengan Shadow Grove yang tajuknya rapat dan kepadatan pohonnya tinggi. Hutan Gigantius memilik tajuk lebar, namun jarang-jarang karena jarak antar pohon yang cukup jauh. Selain itu, tidak banyak tanaman yang tumbuh di tanah selain rumput yang pendek.

Itu sebabnya, baik Amber mau pun Colossal Creature dapat melihat satu sama lain dengan mudah. Jarak Colossal Creature semakin dekat, Amber akhirnya berhenti di salah satu dahan. Ia mengeluarkan batu permata yang berwarna nilakandi.

Colossal Creature berhenti tepat di depan pohon yang dihinggapi Amber. Raksasa itu menuding Amber dengan ekspresi mengejek.

"Jangan kau kira bisa selamat dengan berada di atas dahan itu!" Ia tertawa. "Aku bisa mematahkan batang pohon ini dan menangkapmu seperti nyamuk."

"Diamlah, aku lelah mendengarmu membual sejak tadi," sela Amber.

Jelas, ia mencoba memancing raksasa itu lagi. Ia tahu kalau raksasa itu mudah marah, semakin ia mudah terbawa emosi, semakin mudah Amber membawanya ke dalam jebakan.

"Kau sombong sekali," Colossal Creature justru tertawa. "Biarlah, toh ini adalah hari terakhir kau bisa hidup!"

Amber tidak membalas, ia justru menghunuskan tongkatnya ke arah Colossal Creature. Colossal Creature awalnya hanya tersenyum meremehkan, sampai Amber melemparkan batu permata nilakandi di tangannya.

Batu itu pecah begitu menyentuh tanah, muncul lingkaran berwarna biru, di sekeliling. Dari lingkaran tersebut muncul luapan air bah yang sangat besar. Tiba-tiba, tanah yang dipijak oleh Colossal Creature ikut amblas ke dalam, membuat tubuhnya tenggelam di dalam genangan air yang melimpah ruah.

Dalam waktu singkat, sebuah ceruk danau terbentuk di tengah hutan tersebut. Colossal Creature megap-megap berusaha membuat dirinya tidak tenggelam. Kepalanya lenyap timbul di permukaan air yang bergelombang.

"Tonatros caelo!" seru Amber.

Langit hitam terbentuk dengan cepat di langit, kilat menari-nari di atas sana. Dalam hitungan detik sebuah petir kuning melesat dengan cepat, menyambar Colossal Creature yang masih terjebak di tengah danau. Petir itu semakin kuat karena terkena elemen air dari danau. Colossal Creature berteriak, menahan pilu dan nyeri yang menjalar di seluruh tubuhnya.

Saat petir menghilang, Amber dapat melihat sebagian kulit raksasa itu gosong dan terbakar karena petir, tapi yang membuatnya bergidik adalah, Colossal Creature masih sadar. Rambutnya sudah semerawut, salah satu tanduknya patah dan dua dari empat matanya tampak kosong seperti sudah kehilangan kesadaran.

Namun, Colossal Creature justru tertawa. Ia seperti mengejek Amber.

"Kau pikir sihir itu mempan? Lemah! Dasar lemah!" Ejeknya.

Amber tidak tahu apakah raksasa itu hanya menggertak atau itu memang kenyataannya, tetapi kondisi fisik Colossal Creature sudah babak belur. Raksasa itu tampak mencoba berenang ke bagian danau yang lebih dangkal, ia mencoba naik lagi ke atas tanah.

"Aku harus menjauh!" Amber dengan sigap memantrai kakinya lagi, ia lalu lompat-lompat ke dahan yang lain, menjauh dari lokasi tersebut.

Colossal Creature berhasil keluar dari danau. Seperti kecurigaan Amber, tubuhnya memang sudah terluka parah. Bahkan karena serangan petir tadi, setengah kesadarannya sudah melayang-layang entah kemana. Namun, dipenuhi hasrat untuk mendapatkan kekuatan penuhnya, Colossal Creature tetap melanjutkan mengejar Amber.

Ia kesal karena Amber yang bergerak-gerak lincah di udara, maka Raksasa itu menggunakan kekuatan fisiknya yang besar untuk membelah batang pohon di sebelahnya. Ia lalu melemparkan batang pohon setinggi 20 meter kepada Amber.

Gadis itu menoleh ke belakang, terkejut melihat benda besar yang melayang ke arahnya.

"Lanueis!" seru Amber. Sihir sederhana untuk berpindah ke lokasi yang jaraknya tidak boleh lebih dari lima belas meter. Amber hanya berpindah ke dahan lain untuk menghindari serangan pohon besar itu.

Namun, kesalahan Amber adalah tidak memperkirakan bahwa lokasi tersebut sudah dijaga oleh Colossal Creature. Tiba-tiba, hembusan angin kencang dari bawah menerpa dirinya disusul oleh suara bedebum keras. Colossal Creature lompat dari tanah, wajahnya melintas tepat di depan Amber, tangannya yang besar dan kokoh bergerak dengan cepat ke arah Amber.

Amber kaget. Matanya fokus kepada tangan yang akan menerkamnya. Kalau sampai tangan itu meraihnya, sudah dipastikan tulang-tulangnya akan diremukkan seketika oleh Colossal Creature yang sudah sangat kesal tersebut.

"Lanueis!" Amber berpikir cepat, ia sudah berlatih berkali-kali bersama Theo agar tidak panik dan cepat mengambil tindakan. Tidak disangkanya, latihan pertahanan tersebut akan sangat berguna di situasi ini.

Tubuh Amber menghilang tepat sebelum genggaman tangan Colossal Creature menyergapnya. Gadis itu mendarat di atas kepala Colossal Creature, ia menggumakan mantra di kakinya, lalu lompat-lompat seperti di atas trampolin, berpindah dari atas kepala Colossal Creature, ke dahan pohon lain, begitu terus sampai ia berada di jarak yang aman.

"Sialan!" Colossal Creature mengumpat.

Ia berlari mengejar Amber dari bawah, sementara, gadis itu mencoba memikirkan cara lain. Biar bagaimana pun, hanya tersisa satu senjata dari Caerulla, kalau sampai yang terakhir gagal, ia tidak tahu harus bagaimana lagi.

Amber merasa pertarungan sihir satu lawan satu dengan Colossal Creature tidak akan menguntungkannya, raksasa itu jauh lebih kuat, bahkan jika dirinya disebut memiliki kekuatan setara dengan Colossal Creature oleh Caerulla.

Aku harus menghentikannya sekarang!

Amber juga teringat, selepas keluar dari hutan Gigantius, ada sebuah desa pemburu dan petani di dekatnya. Jika ia keluar membawa Colossal Crature, besar kemungkinan raksasa itu akan menghancurkan desa kecil tersebut.

Amber harus menghentikannya sekarang. Ia berhenti di salah satu dahan pohon, matanya melihat Colossal Creature melompat ke arahnya. Tolakan dari tenaga yang besar memungkinkan sosok setinggi 20 meter itu melayang di udara, menerjang dengan kecepatan tinggi sambil membentangkan kedua tangannya—untuk menangkap Amber.

"Vis gravitalis!"

Ini adalah mantra yang diajarkan Theo. Mantra pertahanan tingkat tinggi. Begitu Amber mengayunkan tongkatnya, sebuah tarikan gravitasi yang besar seakan menimpa tubuh Colossal Creature. Raksasa itu jatuh ke tanah seketika. Kekuatan gaya gravitasi yang membesar membuat tanah tertarik ke bawah, retak menimbulkan cekungan. Tubuh Colossal Creature seperti cicak yang menempel di tanah, ia terus tertarik ke bawah.

"Argh! Sial!" Colossal Creature menggeram.

Kekuatan raksasa itu sangat luar biasa. Disaat tanah dan pepohonan di sekitar gaya gravitasi tertarik ke bawah, tak bisa melawan dan ambruk, Colossal Creature masih memiliki kekuatan untuk mengangkat kepalanya. Matanya nyalang menatap Amber, dipenuhi kemarahan dan dendam.

Amber menggenggam tongkatnya sekuat tenaga, ia tampak kesulitan menahan kekuatan fisik Colossal Creature yang besar. Namun, ini kesempatan yang bagus untuk mengakhiri semuanya. Amber mengeluarkan batu permata terkahir yang berwarna amber. Ia lemparkan batu tersebut ke tempat Colossal Creature.

Batu itu pecah dan menyebarkan cairan berwarna keemasan. Cairan itu menyebar dengan cepat, tumpah ruah seperti air bah. Colossal Creature berteriak saa cairan itu mengenai kulitnya. Cairan itu menyerap masuk ke dalam tubuhnya, begitu pun dengan rumput dan peoohonan di sekeliling mereka.

Menyadari kalau cairan itu berbahaya, Amber langsung melompat beberapa dahan lagi ke belakang untuk menjauhi cairan yang menyebar ke berbagai penjuru arah dengan cepat. Ditambah bekas cekungan dari tanah yang tertarik oleh gaya gravitasi, Colossal Creature bahkan tidak punya kekuatan untuk berdiri. Tubuhnya lambat laun tenggelam oleh cairan keemasan tersebut.

Amber melihat kepulan uap keluar dari cairan itu, permukaannya meletup-letup seperti mendidikan. Cairan itu ternyata sangat panas walau tidak terbakar. Tiba-tiba, sebuah pasak berwarna emas keluar dari tubuh Colossal Creature. Pasak itu seperti duri yang tumbuh dari dalam tubuh Colossal Creature, menembus daging-daging di tubuhnya, menghancurkan serta organ-organnya.

Suara teriakan Colossal Creature melemah. Raksasa itu tampak meregang nyawa karena tusukan dari pasak yang tumbuh di dalam tubuhnya. Selain itu, cairan berwarna emas yang mendidih perlahan melumat daging di tubuhnya, mengurainya menjadi serpihan-serpihan kecil. Cairan itu juga melelehkan tanah dan pohon, batang-batang raksasa yang luruh ambruk menimpa tubuh Colossal Creature yang mulai menghilang, tenggelam oleh cairan emas tersebut.

"Amber..." suara Colossal Creature bergema di hutan tersebut, itu adalah kata-kata terakhirnya sebelum tubuhnya habis ditelan cairan emas tersebut.

Begitu Colossal Creature mati, cairan emas itu berhenti menyebar dan perlahan surut begitu saja, lalu hilang tanpa bekas selain batang-batang pohon yang luruh sebagian.

Amber tertegun menyaksikan fenomena tersebut. Ia melompat mendekat ke lokasi barusan. Ia memastikan kalau Colossal Creature itu sudah benar-benar musnah. Nihil keberadaan raksasa tersebut, Amber kini yakin kalau raksasa itu benar-benar sudah mati. Tubuhnya merosot, kakinya lemas seketika.

Ia menghirup udara dalam-dalam, kedua pundaknya yang semula menegang terasa lebih rileks dibandingkan sebelumnya. Beban besar seperti diangkat darinya, gadis itu merebahkan diri di atas dahan pohon, menikmati momen kemenangannya.

"Aku berhasil, Ibu."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top