Bab 24: Titik Buta
Amber tidak bisa melihat apa pun selain kegelapan. Entah bagaimana ia bisa berada di tempat tersebut. Ia merogoh pinggangnya, tetapi tak ditemukan sarung tongkah sihirnya. Gadis itu terdiam di posisinya selama beberapa saat, menunggu sampai matanya dapat beradaptasi di dalam kegelapan.
Matanya mulai terbiasa, Amber mutuskan untuk merangkak maju ke depan. Ia mencoba meraba bagian atas dan sampingnya. Tebakan Amber, ia berada di sebuah lorong yang sempit, beratap rendah dan diameter yang hanya bisa memuat dua orang dewasa.
Setelah melewati sebuah belokan, Amber melihat bias kekuningan mengisi rongga lubang tersebut. Gadis itu mengikuti sumber cahaya. Jalannya memang buntu, tetapi ada lubang kecil di dinding tersebut. Amber mencoba mengintip melalui celah itu.
Ia mengerjap beberapa kali karena silau. Samar-samar, ia mulai bisa melihat sebuah rongga lubang yang lebih besar di balik tempatnya. Lebih seperti gua di dalam perut bumi.
Tunggu, aku merasa tidak asing dengan tempat tersebut.
Amber pernah melihat pemandangan itu sebelumnya. Sama seperti dulu, ada segerombol Creature yang tampak menari lalu sujud di hadapan sosok raksasa besar hitam. Colossal Creature. Amber menelan ludahnya, bertanya-tanya mengapa ia bisa kembali ke tempat tersebut.
Apakah ini mimpi?
Amber menampar dirinya sendiri, tidak berhasil. Ia lalu mencubit lengannya, tidak terasa apa pun. Sepertinya ini benar-benar mimpi. Amber panik, bingung bagaimana caranya kembali ke kenyataan.
Tiba-tiba, ia mendengar raksasa itu menggeram kuat. Creature yang ada di sekitar kakinya meringkuk ketakutan. Raksasa itu menoleh ke tempat Amber, seakan ia tahu ada seseorang yang bersembunyi di balik dinding tanah tersebut.
Amber membuang wajahnya, berusaha menghindari tatapan mata langsung dengan raksasa tersebut, tetapi sepertinya, ia terlambat.
"Aku tahu kau ada disana," ucap raksasa itu. "Amber!"
Dia tahu namaku?
"Amber!"
Gema suara raksasa itu terdengar makin keras dan dekat. Amber menutup matanya, lalu sebuah energi yang kuat seakan menyedotnya ke dalam lingkaran hitam.
"Tidak!" Amber bangun dari mimpi buruknya. Pelipis dan dahinya banjir oleh peluh. Kedua tangannya gemetaran saking takutnya. Ia pikir tidak akan pernah bisa kembali lagi ke dunia nyata.
Amber melihat ke sekelilingnya, memastikan dirinya sudah benar-benar terbangun. Ia bangkit dari atas kantong tidur. Angin musim dingin terasa menusuk kulit di malam hari, Amber meraih jubah biru panjang dan mengenakannya. Sambil meraih lampu minyak, ia memikirkan mimpi tersebut.
Apa itu yang dimaksud dengan 'terhubung' oleh Colossal Creature. Amber merasakan firasat tidak enak, ia harus segera tiba di Kerajaan Aeston. Ia juga sudah merasa sudah cukup beristirahat.
Amber membereskan kantong tidurnya. Ia juga memadamkan lampu minyak, menyimpan semua peralatan itu di tas yang tersampir di badan kudannya. Giginya gemeletuk menahan hawa dingin, tetapi niat Amber sudah bulat. Ia akan melanjutkan perjalanan di malam hari agar bisa segera sampai di Kerajaan Aeston.
Gadis itu lalu menaiki kudanya. Ia menjulurkan tongkatnya yang memancarkan cahaya di ujung sebagai penerangan. Kuda yang dinaiki Amber pun melesat keluar dari barisan hutan, melintasi area padang rumput hijau ke arah Utara.
***
Kepulan asap terlihat melambung dari benteng markas Guardian of The Realm di kaki gunung Valleyfall. Pertarungan masih berlangsung, para penyihir di sana sudah terjepit. Tidak bisa kabur karena jauh dari mana pun, kuda-kuda sudah dimakan oleh para Creature. Benteng luar berhasil ditembus dan banyak dari para ksatria penyihir itu yang berguguran.
Semalam, barrier yang berhadapan langsung dengan markas mereka tiba-tiba diserbu oleh sekelompok Creature. Para penyihir yang bertugas jaga malam di sekitar benteng markas menyaksikan para Creature itu mencoba melewati barier dengan paksa. Tubuh mereka hangus dan terpotong begitu melewati barier. Namun, bukannya menyerah, jumlah Creature yang datang semakin banyak.
Penyihir-penyihir itu mulai khawatir saat melihat ratusan Creture mulai berdesakan memasuki barier. Seperti apa yang dikatakan oleh para Petinggi Penyihir, barier itu sudah rapuh. Begitu ada banyak Creature yang mencoba masuk bersamaan, barier itu tidak mampu bekerja secara maksimal, sehingga akhirnya menciptakan titik buta.
Titik buta ini akhirnya berhasil dilewati oleh salah satu Creature.
"Creature!" seru seorang penyihir. "Bersiap untuk menyerang."
Tiga orang penyihir yang berada di menara benteng langsung merapal mantra, "Boltzantium!"
Tiga buah bola api melesat dari ujung tongkat, mengenai tubuh Creature berukuran satu setengah meter dan menghancurkannya seketika. Tidak lama berselang, seruan terdengar lagi dari salah satu penjaga menara. Ada dua Creature yang berhasil melewati titik buta lainnya.
Bola-bola api beterbangan, mengenai salah satu Creature itu, sementara mahluk satunya yang bertubuh dua meter berhasil dimusnahkan dengan lembaran tombak petir.
Belum sempat bernafas lega, beberapa titik buta lainnya tercipta, kali ini lebih dari sepuluh Creature yang masuk bersamaan.
"Celaka, titik butanya semakin lebar," ucap seorang penyihir.
"Bangunkan penyihir yang sedang tidur, bersiap untuk pertempuran!" perintah pria dengan topi kerucut yang merupakan wakil penanggungjawab di markas itu.
Lonceng besar di tengah markas dibunyikan, gedoran di pintu-pintu barak membangunkan para Guardian of The Realm yang saat itu tengah terlelap.
"Bangun! Ada serangan Creature!"
Wajah-wajah yang masih mengantuk terpaksa bangkit dari tempat tidur. Mereka mengenakan kembali seragam bertugas dan pergi menuju ke tempat yang diperintahkan. Rasa kantuk yang masih tersisa seketika menghilang saat mereka melihat pertempuran yang terjadi di benteng bagian luar.
Cahaya-cahaya dari bola api dan petir melesat ke tanah, beberapa mengenai Creature, sebagian lagi melesat. Dari arah Shadow Grove tampak puluhan Creature merengsak maju tanpa halangan. Barier itu sudah tidak mampu menahan desakan dari ratusan Creature yang ada di belakangnya.
"Serang terus! Jangan berhenti!"
Beberapa Creature berhasil sampai di dinding benteng, dengan cakar-cakar yang tajam mereka berhasil memanjat dengan cepat ke atas. Begitu jaraknya sudah sangat dekat, ia melompat dan langsung mencabik penyihir yang ada di depannya.
"Satu Creature sudah sampai di uwaagh—!"
Cakaran tajam membunuh penyihir itu. Rekannya yang ada di samping langsung merapal mantra, "Lapis crystallus!"
Batu-batu besar terbentuk di ujung tongkat dan melayang ke arah Creature itu. Tubuh Creature terjepit batu dan langsung hancur. Namun, begitu penyihir itu menoleh ke depan, Creature berbentuk burung terbang ke arahnya sambil membuka kakinya yang bercakar. Kepala penyihir itu dicabut dari tubuhnya, lalu Creature berbentuk burung memakannya.
"Nyalakan suar!" perintah wakil penanggungjawab markas.
Suar itu bisa dilihat sampai belasan kilometer, jika mereka menyalakannya, setidaknya ada beberapa markas Guardian of The Realm disekitar gunung Valleyfall yang dapat melihat sinyal tersebut. Mereka berharap ada bantuan yang akan dikirim membantu.
Beberapa penyihir mengacungkan tangannya ke atas, mereka menyerukan mantra bersamaan. "Alretsa quantumia!"
Dari ujung tongkat mereka melesat cahaya merah di langit lalu meletus menjadi bola-bola merah kecil di udara. Mereka mengulang mantra itu beberapa kali sebelum akhirnya kembali ikut bertarung melawan Creature.
Kondisi mulai tidak terkendali karena ada banyak Creature yang berhasil melewati barier. Para penyihir di markas mati-matian menahan Creature itu agar tidak melewati gunung. Jika sampai markas itu dilewati oleh Creature, mahluk-mahluk itu akan segera tiba di desa kecil yang terletak tidak jauh dari gunung Valleyfall.
Beberapa Creature mengabaikan keberadaan markas dan memilih berlari memutari benteng, penyihir-penyihir yang ada di sana mencoba menarik perhatian mereka.
"Jangan abaikan kami, brengsek!" seru seorang penyihir, frustasi.
"Murrundus terrae!" Theo berseru dari atas kudanya. Ia baru tiba di markas dan melihat sebagian Creature itu mencoba melewati markas—menghindari pertarungan. Tentu saja, ia tidak akan membiarkan itu terjadi.
Setelah pria itu mengucapkan mantra, dari tanah muncul lapisan dinding yang tinggi dan teba, membentang dari utara ke selatan dengan kedua ujung melengkung, sehingga para Creature itu tidak bisa melewati markas.
"Volvunto costalum!" ucap Theo.
Tanah bergetar, lalu lapisan atasnya bergulung seperti ombak, menggiling Creature yang berusaha melewati markas sampai tubuh mereka hancur.
Theo sudah mengurus para Creature yang berusaha melewati markas. Ia pun tiba di benteng yang sudah terkepung oleh ratusan Creature. Para penyihir yang ada di sana tampak kewalahan karena jumlah yang tidak seimbang.
Sebagian dari penyihir itu bahkan tidak bisa ikut bertarung karena fokus merapal sihir pelindung kepada sesama rekan mereka. Penyihir yang terluka dan masih hidup dibawa ke dalam markas untuk diobati oleh penyihir medis.
Theo menemui wakilnya yang tengah bertarung di depan markas. Benteng bagian depan sudah berhasil ditembus oleh Creature. Penyihir yang berjaga disana bergerak mundur ke dalam markas.
"Darkendo maledictio," gumam Theo. Satu gerakan tongkatnya menerbangkan Creature-Creature yang berada di depan markas, lalu tercipta sebuah pusaran hitam dan mahluk-mahluk tersebut terhisap ke dalamnya. Dari pusaran hitam yang lain, para Creature itu dimuntahkan kembali dengan tubuh yang sudah tercerai berai.
Wajah Theo berubah menjadi lebih pucat dibandingkan sebelumnya, ia terlalu banyak menggunakan sihir tingkat tinggi sejak tadi. Energi mana miliknya berkurang drastis.
"Ketua!" seru wakil tersebut saat melihat Theo. Ia menghampiri Theo yang tiba-tiba bersandar pada salah satu pilar bangunan.
Pria itu menyadari apa yang terjadi pada Theo. "Anda harus segera ke bangsal, mereka bisa memberikan potion untuk memulihkan mana."
Theo tidak menjawab. Dengan napas tersengal ia menunjuk ke arah gerbang benteng.
"Daripada kau mengkhawatirkanku, pikirkan bagaimana cara mengalahkan mahluk itu," ucap Theo.
Wakilnya berbalik, matanya membulat saat melihat laba-laba raksasa merayap menaiki benteng setinggi delapan meter tersebut.
"Apa itu?"
"Itu Creature juga?"
Para penyihir yang ada di sekitar markas dan sisi lain benteng ikut terkejut. Creature dalam wujud laba-laba raksasa itu menyemburkan jaring berwarna merah yang seketika menutupi hampir seluruh markas. Orang-orang yang terkena benangnya seketika berteriak kesakitan. Kulit mereka mengeluarkan asap, melepuh karena cairan asam pekat di benang.
Tidak sampai disana, dari punggung laba-laba yang berbulu, keluar ratusan anak laba-laba yang menyebar ke seluruh markas. Anak laba-laba itu menggigit tubuh manusia yang mereka temui, lalu beramai-ramai memakannya sampai hanya menyisakan tulang.
"Mundur! Ciptakan barier di sekeliling markas!" perintah Theo.
Melawan dengan sembrono hanya akan menyebabkan bawahannya tewas, tetapi jika diam di dalam markas, ia akan bertarung dengan waktu. Menunggu bantuan tiba atau Creature itu akan lebih dulu memakan ia dan seluruh penyihir yang ada di sana.
Para penyihir yang belum tergigit oleh Creature berhasil mundur ke bagian dalam markas. Mereka langsung menciptakan barier di sekitar bangunan tersebut. Creature maju menyerang barier, memukul dinding setengah transparan itu sampai menimbulkan retak disana-sini.
"Gantikan teman kalian yang kelelahan! Jangan sampai barier itu rusak!"
Walau sudah berganti orang pun, menjaga barier itu tetap stabil benar-benar sulit. Desakan dari luar tidak sebanding dengan pertahanan yang ada di dalam. Lambat laun, perisai itu pasti akan pecah.
Theo sudah pasrah pada nasibnya, begitu pun dengan seluruh bawahannya yang tersisa di markas tersebut. Mereka sudah berjuang sampai akhir, setidaknya, mereka tidak mati tanpa perlawanan.
Jauh di atas gunung Valleyfall, melesat sebuah cahaya keemasan, keluar dari balutan kabut tebal, terjun hingga kaki gunung dan mendarat di atas salah satu menara benteng yang masih tersisa.
Ketika cahaya itu memudar, Theo terkejut karena melihat sosok Caerulla. Dia turun dari gunung?
Caerulla menatap jijik para Creature tersebut, ia mengacungkan tongkatnya kepada monster laba-laba yang menduduki markas tersebut.
"Musnahlah kalian mahluk kegelapan!"
Walau tangannya gemetaran, wanita tua itu masih sanggup mengingat salah satu mantra tingkat tinggi yang pernah dikuasainya saat masih muda dulu.
"Omnesius interficeres!" serunya lantang. Tongkatnya memancarkan cahaya ke langit, menembus kegelapan. Dari balik awan-awan keluar seberkas sinar yang memekakan penglihatan. Para Creature yang terkena siraman sinar itu musnah seketika.
Tubuh mereka hancur menjadi butiran debu, tetapi itu tidak cukup membunuh Creature laba-laba. Caerulla menghunuskan tongkatnya ke arah mahluk itu, "Eversor abintus!"
Mantra itu adalah salah satu sihir kutukan. Begitu Caerulla menyabetkan tongkatnya, tubuh Creature laba-laba membengkak, lalu meledak menjadi serpihan-serpihan kecil. Daging dan darah berwarna hijau terlempar ke segala arah. Kaki-kaki berbulunya yang tersisa jatuh menimpa reruntuhan benteng.
Jumlah Creature yang ada di sana berkurang drastis, setidaknya yang di dalam markas berhasil dimusnahkan. Ada cukup waktu sampai Creature yang baru tiba dari Shadow Grove mencapai ke markas. Caerulla melakukan teleportasi dan muncul di depan markas. Theo langsung berlari menemuinya.
"Caerulla, kenapa kau turun?" tanya Theo, ia ingat resiko yang akan didapat oleh Caerulla jika meninggalkan Kabut Keabadian di puncak gunung Valleyfall.
"Aku hanya melakukan apa perlu dilakukan," jawab Caerulla sambil mengeluarkan bola kristalnya.
Tubuhnya mulai berubah. Efek berada di luar kabut mulai terlihat. Badannya membungkuk, keriput menjalar dengan cepat di seluruh kulitnya. Ia makin tua dan ringkih.
"Bertahanlah, Theo, sampai gadis itu bisa mengalahkan Colossal Creature," ucap Caerulla, merujuk pada Amber.
Wanita itu menjatuhkan bola kristalnya di atas tanah, pecahannya mengeluarkan kabut yang dingin lalu menyebar dengan cepat di sekitar markas. Dari kabut muncul serpihan kristal es yang tumbuh menjadi besar, mengelilingi seluruh markas seperti dinding pelindung..
Setelah melakukan hal tersebut, tubuh Caerulla semakin keriput, menciut menjadi kering, lalu hancur menjadi butiran debu. Theo dan para penyihir yang ada di sana menyaksikan pengorbannya, namun, tidak ada seorang pun yang kenal dengan wanita itu itu selain Theo.
Dia adalah Petinggi Penyihir, Caerulla. Diasingkan oleh rekan-rekannya sendiri, namun tidak melupakan tugasnya sampai akhir hayatnya.
Berkat bantuan dari Caerulla, Theo dan pasukannya bisa bertahan sampai matahari terbit. Intensitas serangan berkurang saat pagi tiba, mahluk-mahluk itu berlari sembunyi ke dalam hutan yang ada di dekat markas. Namun, saat malam menjelang, mereka muncul lagi dan Creature yang melewati barier Shadow Grove juga semakin bertambah.
Theo dan bawahannya kali ini bisa bertahan lebih baik dibanding sebelumnya, walau mereka kalah jumlah. Walau benteng luar berhasil ditembus oleh para Creature, tetapi kristal es dari Caerulla masih melindungi bagian dalam markas dari serangan Creature.
***
Suar yang sebelumnya ditembakkan dari markas Gardian of The Realm di kaki gunung Valleyfall ternyata berhasil dilihat oleh petugas yang berjaga di Kerajaan Aeston. Ia melihatnya dengan bantuan teropong monokuler. Ia melaporkan temuannya, namun, pihak kerajaan menolak mengirimkan bala bantuan.
"Kita justru harus menguatkan pertahanan di Kerajaan Aeston, besar kemungkinan, serangan serupa juga akan terjadi di sini."
Demikian perintah sang Raja. Suar merah yang dilontarkan oleh penjaga markas sangat jarang terjadi. Petinggi Penyihir di Kerajaan Aeston mulai merasakan bahaya yang datang. Mereka menyuruh para penyihir dan ksatria berjaga sepanjang waktu, mewaspadai sekecil apa pun pergerakan dari Shadow Grove.
Ojamar bahkan diam-diam merencanakan untuk kabur dari kota, namun, niatnya selalu terhalang karena panggilan pertemuan Petinggi Penyihir dan Guardian of The Realm.
Sementara itu, di markas, Beatrice baru kembali dari tugas patrolinya. Setelah beristirahat selama tiga puluh menit, ia akan ditugaskan kembali berjaga di gerbang bagian Selatan. Namun, ia tidak akan melakukan hal tersebut.
Beatrice tahu kalau Hoffman, Gale, Walter, Lucas dan Marina ditahan di penjara anti-sihir. Sebagai anggota baru di perkumpulan rahasia Hoffman, ia bertugas untuk menyelamatkan mereka saat para penyihir di markas sedang lengah.
Ini adalah waktu yang tepat.
Gadis itu keluar dari bilik asrama perempuan, mengenakan seragam bertugasnya. Ia masuk ke dalams salah satu bagian menaran dan turun melewati tangga memutar sampai ke lantai dasarnya.
Padatnya jadwal Guardian of The Realm, ditambah kepanikan dari para bangsawan menyebabkan para penyihir yang tadinya bertugas berjaga di penjara pun akhirnya dialihkan untuk ikut patroli. Beatrice bisa melewati bagain keamanan dengan mudah.
Tinggal melewati satu ruangan lagi dan ia akan tiba di lorong penjara anti-sihir.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top