Bab 21: Colossal Creature

Jalan setapak yang ditempuh semakin kecil dan curam. Amber tidak masalah dengan medan gunung Valleyfall, tetapi, Rossum yang sudah sepuh mulai kesulitan berjalan. Mereka berhenti setiap lima belas menit sekali agar Rossum dapat beristirahat.

"Kalian duluan saja," ucap Rossum, ia merasa tidak enak menghambat perjalanan Amber dan Theo.

"Meninggalkanmu sendiri di sini dan tersesat?" Theo menggeleng. "Kita memang harus segera menemui Caerulla, tetapi tidak perlu terburu-buru juga."

Amber menarik sebelah alisnya, sedikit bingung mencerna kalimat Theo yang bertentangan satu sama lain. Namun, ia sepakat kalau mereka tidak perlu buru-buru mendaki. Ibunya terbiasa tinggal di wilayah yang kontur tanahnya datar, jarang mendaki, tidak heran kalau wanita itu kesulitan beradaptasi dengan lingkungan di gunung.

"Apakah masih jauh?" tanya Amber pada Theo yang sedang memberikan kantong air pada Rossum.

Theo melihat ke puncak gunung yang tertutup oleh kabut, ia mencoba meraba-raba dengan prediksinya. "Sedikit lagi," jawabnya beberapa detik kemudian.

"Oke," Amber menoleh pada Ibunya. "Sedikit lagi, Bu, ayo, kita pasti bisa."

Ia mencoba membantu Ibunya untuk berdiri. Rossum bangkit, ia berjalan dengan tongkat di tangan kanan untuk membantu pendakian. Wanita itu sudah cukup beristirahat, mereka pun melanjutkan perjalanan ke tempat Caerulla.

Kabut tipis mulai menghalangi pandangan satu meter di depan Amber. Andai tidak ada Theo, ia pasti sudah tersesat di gunung tersebut. Theo melangkah seakan sudah mengenal baik medan tersebut, ia tahu harus berjalan ke arah mana, kapan berbelok dan mengabaikan persimpangan.

Luar biasa, batin Amber.

Beberapa menit kemudian, kabut itu justru semakin tipis. Padahal mereka berjalan ke tempat yang lebih tinggi di banding sebelumnya.

"Sudah sampai," ucap Theo, tiba-tiba.

Amber dan Rossum celingukan, tidak terlihat apa pun selain kabut di sekeliling mereka.

"Ayo, kemari," panggil Theo yang sudah berjalan jauh di depan. Ia melesat ke dalam kabut berwarna kelabu yang pekat, tubuhnya menghilang ditelan oleh asap tersebut.

"Theo, tunggu!" panggil Amber. 

Gadis itu menggenggam tangan Rossum, keduanya berjalan bersama-sama melewati kabut yang menelan Theo.

Saat pandangan Amber semakin jelas, ia dapat melihat sebuah dataran yang tidak terlalu luas, dikelilingi oleh pohon-pohon maple berdaun merah yang cantik. Di tengah terdapat kolam dengan bunga lotus raksasa, seorang wanita tampak duduk di tengah bunga tersebut.

Rambut wanita itu panjang sampai pinggang, sebagian rambutnya digelung ke atas. Matanya terpejam seperti orang tertidur. Kaki wanita itu bersila, kedua tangannya diletakkan pada kedua lutut yang menekuk. Ia mengenakan jubah abu yang dipadu dengan aksesoris kalung dan bola kristal di pangkuan.

"Kami sudah sampai, Caerulla," ucap Theo pada wanita tersebut. Pria itu berdiri di tepi kolam, Amber dan Rossum bergabung di sampingnya.

Caerulla membuka matanya. Samar, Amber dapat melihat gurat-gurat tipis di permukaan kulitnya—tanda penuaan—yang tidak terlalu kentara.

"Waktu kalian tipis." Kalimat itu yang pertama kali meluncur dari bibir pucat Caerulla. "Namun, itu masih lebih baik daripada terlambat."

Tubuhnya bergerak di udara seperti terbebas dari gravitasi. Ia merubah posisinya dari bersila menjadi berdiri tegap. Caerulla melayang meninggalkan singgasana lotusnya dan mendarat di samping Theo, Amber dan Rossum. Dari jarak yang dekat, Amber dapat mengenali wajah wanita itu dengan baik.

Walau terlampau usia yang cukup jauh, Amber masih dapat menemukan kemiripan Caerulla dan Marina—tesktur wajah kotak, hidung mancung dengan ujung besar serta bentuk mata yang persis—jika tidak melihatnya langsung, ia mungkin tidak percaya kalau nenek Marina yang diasingkan ternyata masih hidup.

"Rossum sudah menceritakan masa lalunya padamu," ucap Caerulla yang jelas ditunjukkan untuk Amber. "Tetapi, itu belum semuanya."

Amber mengangguk setuju. "Aku memang masih menyimpan beberapa pertanyaan."

Caerulla menatap Amber dengan manik kelabunya, seakan sedang membaca isi pikiran gadis tersebut. Wanita itu lalu menoleh ke arah lain, kedua tangannya dikalungkan di punggung. Ia berjalan perlahan mengitari kolam tersebut.

"Kau bertanya mengapa Colossal Creature memintamu kembali saat berusia tujuh belas," kata Caerulla, "Untuk menjawab itu, kita harus kembali pada masa 500 tahun lalu."

Caerulla mengkatifkan bola kristalnya, seketika energi mana berputar di sekitar mereka. Kabut di sekeliling berputar seperti tersedot ke suatu tempat, tanah pecah menjadi serpihan kecil dan keempat orang yang ada di sana tiba-tiba sudah berada di dataran hitam yang diselimuti oleh kobaran api.

"Ini dimana?" Amber kebingungan.

"Kita berada di Shadow Grove," jawab Caerulla. "500 tahun yang lalu."

Amber tertegun. Ini pertama kalinya ia melihat sihir semacam ini. Ditambah, Caerulla tidak mengucapkan mantra apa pun untuk mengaktifkan sihirnya, gadis itu bisa menilai—terlepas dari penampilannya, kemampuan sihir Caerulla masih prima seperti masa mudanya dulu.

"Lihatlah," Caerulla menunjuk ke sosok raksasa yang Amber kenal. Colossal Creature—hanya saja dalam ukuran yang lebih besar, buas dan sihirnya tampak dahsyat.

"500 tahun lalu, umat manusia berperang pertama kali dengan para Creature."

"Apa sebenarnya Creature itu?" tanya Amber.

"Mereka mahluk dari dasar kegelapan yang memakan kehidupan, mengambil bentuk mahluk hidup dan berevolusi. Sampai akhirnya wilayah yang ingin dikuasai oleh Creature berbenturan dengan wilayah manusia. Konflik bertumpuk, Raja yang berkuasa saat itu akhirnya memutuskan untuk berperang melawan Creature demi kedamaian umat manusia."

"Namun, semua tidak berjalan dengan semestinya. Residu Creature berkumpul dan melahirkan sosok raksasa bernama Colossal Creature. Pertarungan menjadi tidak seimbang karena kemunculannya."

Sembari mendengar cerita Caerulla, Amber bisa melihat adegan peperangan di masa lalu tersebut. Colossal Creature melemparkan bola-bola api dan menghancurkan sebagian besar pasukan manusia hanya dalam sekali serang.

"Sadar bahwa umat manusia tidak akan bisa menang, sekelompok penyihir memilih untuk mengurung para Creature, ketimbang menghabisi mereka semua. Menggunakan sihir kuno yang mengorbankan banyak nyawa, mereka menciptakan Shadow Grove."

"Jadi, Shadow Grove sebenarnya adalah penjara?"

Caerulla mengangguk. "Kau bisa menyebutnya seperti itu. Hutan besar dan lebat membentang, seluruh Creature terjebak di dalam sana, bersama dengan Colossal Creature."

"Apa itu cukup untuk menahannya?"

"Tentu tidak, Colossal Creature beberapa kali merusak barier yang diciptakan para penyihir, hingga akhirnya seorang penyihir mengorbankan dirinya untuk menyegel kekuatan Colossal Creature. Kekuatan raksasa itu berhasil diredam, ia berubah wujud menjadi sebatang tunas tak berbahaya, terkubur di kedalaman Shadow Grove."

"Ratusan tahun berlalu, mahluk itu memperkuat dirinya dengan menyerap rasa takut manusia, lambat laun, ia mulai bisa menggunakan satu per satu kekuatannya. Salah satu diantaranya adalah Sihir Mimpi. Ia datang ke dalam mimpi penduduk, memancing mereka masuk ke dalam Shadow Grove untuk dimakan."

"Memakan manusia membuatnya menjadi kuat, perlahan-lahan, ia kembali pulih dan mulai kembali ke wujud aslinya. Namun, Colossal Creature sadar bahwa dirinya tidak bisa mengembalikan kekuatan penuhnya dengan memakan manusia biasa."

"Jadi harus bagaimana?" pertanyaan Amber membuat Caerulla memutar bola kristalnya. Mereka lalu berpindah tempat ke dalam Shadow Grove, di sana diperlihatkan saat Rossum yang masih muda sedang berlutut di hadapan Colossal Creature.

"Dia harus memakan manusia dengan kemampuan sihir tingkat tinggi, tetapi, tidak ada satu pun manusia yang sihirnya setingkat dirinya." Caerulla mengganti lagi pemandangan di sekeliling mereka, kini berpindah ke samping rumah Rossum, saat wanita itu menemukan biji yang ditanamnya telah tumbuh menjadi kantung berisi bayi.

"Akhirnya, ia memutuskan untuk membuat manusia versi dirinya sendiri, yaitu kau, Amber."

"Apa?" Gadis itu menganga. Aku adalah Colossal Creature versi manusia? Itu terdengar jauh lebih tidak masuk akal dibanding apa pun.

"Colossal Creature mencari manusia yang menginginkan bayi, ia mendatangi orang itu melalui mimpi, beruntung, Rossum termakan bujuk rayunya. Ia lalu memberikanmu kepada Rossum untuk dirawat dan dibesarkan," jelas Caerulla. "Tujuh belas tahun adalah waktu terbaik untuk memanen dirimu, tidak terlalu tua, tidak terlalu muda. Sihir melimpah, otak dan otot masih segar, selain rasa yang lezat, ia akan mendapatkan kekuatan penuhnya setelah mengonsumsi dirimu."

"Itu mengerikan," Amber membekap mulutnya sendiri. Ia tidak bisa membayangkan dirinya dimakan oleh Colossal Creature.

Caerulla menghela napas. "Waktu itu, setelah Colossal Creature berhasil disegel, umat manusia akhirnya bisa kembali hidup dengan tenang, tetapi lambat laun, mereka sendiri melupakan sejarah peperangan di masa lalu dan keberadaan Colossal Creature itu sendiri."

"Lalu kau melihatnya melalui ramalan?" tanya Amber.

"30 tahun yang lalu, aku mendapat mimpi tentang kebangkitan Colossal Creature, aku memberi tahu semua rekanku di Petinggi Penyihir, tetapi jawaban mereka hanya cemoohan, bahkan ada yang menganggapku gila dan langsung mengasingkanku dari kerajaan," terdengar kesedihan dari nada bicara Caerulla. "Para orang tua munafik itu, mereka sudah tahu apa yang akan terjadi di depan—ramalanku tidak pernah meleset—tetapi mereka memilih bersikap tak acuh."

Caerulla beralih kepada Amber. "Tidak banyak yang percaya padaku, tetapi aku sudah meninggalkan catatan hasil ramalanku pada keluargaku, entah ada yang membacanya atau tidak—"

"Ada!" sela Amber. "Kalau ramalan itu, ada yang membacanya. Cucumu, Marina, dia temanku di Guardian of The Realm, ia diam-diam membentuk perkumpulan dengan para penyihir yang percaya dengan ramalanmu."

Caerulla tersenyum tipis. "Aku senang mendengarnya, bahkan jika itu hanya sedikit, setidaknya masih ada yang mendengarkanku di luar sana."

"Aku juga melihat Colossal Creature saat berada di dalam Shadow Grove," pernyataan Amber mengejutkan Theo dan Rossum. Keduanya belum tahu soal tersebut karena Amber belum berkesempatan menceritakannya kepada mereka.

"Ka-kau bertemu dia?" Wajah Rossum seketika pucat.

"Dia tidak tahu aku ada di sana, jadi aku berhasil menyelamatkan diri," Amber buru-buru menenangkan Ibunya. Itu memang benar, dia cukup beruntung karena tidak ada satu pun Creature yang melihatnya saat itu.

Caerulla menghela napas. "Kau memiliki keberuntungan yang besar, gadis muda. Tetapi untuk berikutnya, tidak akan ada lagi keberuntungan, dia bisa melacakmu karena kalian saling terhubung."

"Apakah tidak ada cara untuk memutuskan hubungan itu?"

Caerulla menggeleng. "Sudah kubilang, kau adalah bagian dari dirinya, hanya saja versi manusia."

"Itu membuatku merinding," Amber menggeleng kecil.

"Apa yang bisa kita lakukan?" tanya Theo. "Jika Colossal Creature masuk ke wilayah manusia, pertempuran pasti terjadi kembali, bagaimana cara memberitahu Petinggi Penyihir?"

Caerulla mendecih. "Tidak usah membuang waktumu mengabari para penyihir tua itu, mereka tidak akan mendengarkanmu, mereka gila harta dan jabatan karena sudah hidup enak selama ini!"

Amber cukup terkejut melihat reaksi keras Caerulla. "Jadi, kita akan bertindak sendiri?"

"Guardian of The Realm saat ini pincang karena para Petinggi Penyihir yang sembrono, tetapi kau bisa menyelamatkan umat manusia dengan mengalahkan Colossal Creature."

"Tunggu dulu!" sergah Amber. "Kalau penyihir kuno di masa lalu saja tidak bisa mengalahkannya, apalagi aku?"

"Amber, kau memang masih muda, tetapi tidak ada manusia yang kekuatannya mendekati Colossal Creature selain dirimu. Coba ingat kembali, apa ada sihir yang tidak bisa kau kuasai?"

Amber mencoba mengingat-ingat. Selama pelatihan ia memang tidak pernah kesulitan mempelajari satu pun mantra sihir. Sihir tingkat rendah sampai tingkat tinggi, ia bisa menguasainya dengan cepat. Ia juga teringat dalam latihan duel dengan sesama penyihir, ia tidak pernah kalah satu kali pun.

Memang benar daya bertarungnya tinggi, tetapi ia kira itu adalah hal lumrah bagi para penyihir di Guardian of The Realm.

"Theo akan mengajarimu," ucap Caerulla tiba-tiba. "Kau sepertinya belum benar-benar menyadari perbedaan kekuatanmu dengan penyihir biasa."

Amber memandangi Theo, lalu beralih lagi pada Caerulla. "Aku akan berlatih di sini?"

"Hanya untuk memancing keluar kekuatanmu yang sebenarnya," kata Caerulla sembari melempar pandangannya ke tengah kolam.

"Semoga berhasil, Amber," ucap wanita itu.

"Kau tidak ikut ke bawah? Maksudku, mungkin kau mau kembali ke Kerajaan Aeston?"

Caerulla seketika tertawa terbahak-bahak. "Aku sudah tua, tidak ada yang bisa ku lakukan untuk para penyihir tua yang sudah membuangku." Ia berhenti sejenak, lalu memandangi kepulan kabut di sekitar puncak gunung. "Lagipula, aku tidak bisa keluar dari tempat ini."

Amber ikut melihat ke sekelilingnya, ia jadi bertanya-tanya apakah karena kabut sihir tersebut.

"Aku akan mati jika keluar dari kabut ini," terang Caerulla, seakan tahu apa yang ada di pikiran Amber. "Kabut ini membuatku tetap sehat dan memperlambat penuaan, tetapi itu hanyalah ilusi yang membutakan. Aku sudah sekarat, Amber."

Amber terdiam mendengar hal tersebut, ia jadi sedikit merasa kasihan dengan Caerulla. Wanita tua di hadapannya tampak merogoh saku jubah dan mengeluarkan sebuah bungkus. Ia lalu memberikan bungkusan dari rajutan daun tersebut kepada Amber.

"Gunakan saat dirimu dalam keadaan terdesak," bisiknya seraya menyerahkan bungkusan tersebut.

Amber hendak membuka tali bungkus itu tetapi Caerulla langsung menahan tangannya. "Buka nanti, saat dirimu benar-benar dalam kesulitan."

Amber menurut. Ia tahan rasa penasarannya, lalu bungkusan itu ia masukkan ke dalam tas kulit yang tersampir di pinggangnya.

"Kalau begitu, kami kembali ke bawah sekarang," pamit Theo. Ia menundukkan kepalanya sedikit, diikuti Rossum lalu Amber.

Saat mereka berbalik, Caerulla memanggil Amber lagi.

"Sampaikan salamku untuk Marina," ucapnya.

Amber mengangguk. Ia bisa melihat ekspresi seorang nenek yang bangga dengan cucunya. Caerulla memang belum pernah bertemu dengan Marina, tetapi Amber tahu, di dalam hatinya, wanita tua itu pasti merindukan keluarganya. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top