Bab 16: Tindakan


Sejak dulu, gagak hitam digunakan sebagai media untuk pengantar pesan. Popularitas pengunaan gagak mulai berkurang saat pihak kerajaan memutuskan untuk menggunakan jasa antar surat dengan tenaga manusia. Hal itu untuk mengurangi pesan yang salah antar atau sabotase oleh penyihir dengan kemampuan tingkat tinggi.

Namun, di dalam Guardian of The Realm sendiri, mengantar surat menggunakan gagak masih umum dilakukan. Hal tersebut karena para gagak yang digunakan adalah gagak dari hasil Sihir Pemanggilan. Selain lebih sulit disabotase, pesan yang diantarkan pun tidak dalam bentuk surat yang tertulis di atas kertas.

Hoffman mengacungkan tongkatnya pada gagak hitam yang bertengger di atas mejanya.

Ia bergumam pelan, "Revello."

Mantra itu menghasilkan percikan disekitar gagak, seketika burung itu terbang di udara dan membuka paruhnya. Ia berbicara dengan bahasa manusia.

"Pesan ini ditujukkan untuk Hoffman, namaku Erick, penyihir dari Guardian of The Realm yang bertugas di Pos Lampu Merah. Jika kau sudah menerima gagak ini, maka bisa dipastikan bahwa aku telah tewas di Pos Lampu Merah. Saat gagak ini kukirim, markas di Pos Lampu Merah telah dihancurkan, kudaku dibunuh dan aku terpojok. Semua disebabkan oleh serangan Colossal Creature. Kuulangi, Colossal Creature benar-benar ada."

Wajah Hoffman seputih kapas, ia mengayunkan tongkatnya, di saat bersamaan gagak itu berhenti bicara. Ia perlu waktu untuk mencerna pesan itu.

Ekspresi Gale dan Lucas pun tidak kalah syok.

"Itu pesan dari Erick?" tanya Gale.

"Dia sudah mati?" Lucas ikut bersuara.

Hoffman menatap kedua rekannya, lalu mengangguk pelan. "Colossal Creature benar-benar bangkit."

Ia mengayunkan tongkatnya lagi agar gagak hitam itu melanjutkan rekaman pesan dari Erick.

"Colossal Creature itu memiliki tinggi hampir 15 meter, wajahnya mengerikan, penuh luka, sorot mata buas dan jahat, kulitnya hitam dengan garis-garis berwarna merah, kedua lengannya besar, dia sangat kuat, barier dan kristal merah dihancurkan dalam sekej—"

Gagak itu membuka tutup mulutnya tanpa mengeluarkan suara apa pun. Pesan dari Erick berakhir di sana. Kemungkinan, ia tidak menyelesaikan kalimat itu dan langsung mengirim si gagak ke tempat Hoffman.

Hoffman menyimpan tongkatnya, burung gagak itu melompat ke atas pundak Hoffman. Burung gagak pengantar pesan secara otomatis akan terikat dengan penerima pesan setelah ia menyelesaikan tugasnya, kecuali si penerima menghapus eksistensi burung tersebut.

"Tidak kusangka, Erick," Lucas menundukkan kepalanya, berdoa sesaat untuk rekan seangkatannya.

"Bahkan kabur pun tidak bisa," Gale mendecak. "Entah mengapa, aku merasa sangat beruntung karena saat itu bisa kabur dari Colossal Creature."

"Situasinya berbeda, dia tidak melihatmu," ucap Lucas.

"Kau benar." Gale pun menunduk, ikut mendoakan seniornya untuk beberapa saat.

Keduanya tidak bisa berduka terlalu lama, kematian Erick akan menjadi sia-sia kalau keduanya berlarut-larut dalam situasi sedih itu. Mereka harus segera bertindak.

"Hoffman, tidakkah ini saatnya kau bicara dengan para Petinggi?" usul Lucas. "Kau sudah ada bukti kuat, rekaman pesan dari Erick!"

"Benar, jika mereka tidak percaya, mereka bisa mengecek pesan itu palsu atau asli," timpal Gale. "Kita tidak bisa diam saja!"

Hoffman tidak langsung menjawab, ia berbalik ke arah jendela, raut wajahnya tampak serius berpikir. Ia tidak bisa gegabah bertindak, para Petinggi Penyihir sangat sensitif jika menyangkut masalah Colossal Creature.

Para tua bangka itu pasti lebih memilih kabur daripada menghadapi kenyataan. Pria itu menghela napas.

"Kalian benar," ucap Hoffman. "Kita akan bekerja menjadi dua tim saat ini, aku akan menghadap para Petinggi Penyihir, kalian berdua temui Marina untuk mulai menyebarkan informasi kepada masyarakat."

"Bola kristal nenek Marina, kita membutuhkannya untuk meyakinkan penduduk," kata Lucas.

Hoffman mengangguk. "Aku sudah membahas hal tersebut dengan Marina."

"Kita tidak bisa menunda lagi," potong Gale. "Mulai malam ini kita akan bergerak diam-diam."

"Berhati-hatilah, selama Petinggi Penyihir belum setuju untuk mengumumkan hal ini kepada penduduk, apa yang kita kerjakan masih dianggap ilegal," peringat Hoffman. "Teror di depan mata, Guardian of The Realm harus mulai mempersiapkan pertahanan."

Gale dan Lucas mengangguk sepakat. Keduanya segera meninggalkan ruangan Hoffman untuk menuju ke pos jaga dinding bagian Timur Kerajaan Aeston, tempat Marina bertugas jaga untuk menggantikan Amber.

Hoffman terdiam di ruangan tersebut. Kedua tangannya mengepal menahan emosi. Andai para Petinggi Penyihir mau membuka mata mereka.

Di dalam hati, pria itu berduka atas kematian Erick. Pria yang dianggap sebelah mata saat pertama kali bergabung dengan Guardian of The Realm, tetapi justru menjadi yang paling loyal dan tidak banyak mengeluh. Kemampuan sihirnya pun termasuk yang terbaik di angkatannya. Hoffman mempercayainya menjaga Pos Lampu Merah yang medannya paling sulit karena kemampuan pria itu.

Namun, tak disangka, orang yang sudah dipercayainya justru tewas terbunuh di tempat yang dijaganya selama hampir setahun. Ia geram, seharusnya kematian ini bisa dicegah andai mereka bergerak lebih dulu untuk menemukan Colossal Creature dan mengalahkannya sebelum ia semakin kuat.

Hoffman menghembuskan nafas yang sejak tadi ia tahan. Tidak ada gunanya berandai-andai, pria itu mengenakan jubah bagian luarnya yang berwarna merah darah. Setelah mengenakan seragam formal, menyusun kata-kata di kepala dengan segala argumen untuk meyakinkan para tetua penyihir tersebut, ia akhirnya berangkat ke kawasan istana untuk menemui Petinggi Penyihir.

***

Amber memacu kuda putihnya agar berlari lebih cepat. Ia sudah dapat melihat deretan pohon maple yang menjadi ciri khas wilayah Gunung Valleyfall. Amber melakukan perjalanan selama hampir dua hari. Wilayah tersebut memang cukup jauh jika ditempuh dari Kerajaan Aeston. Ia bersyukur bisa mendapatkan izin bertugas berkat bantuan Hoffman dan Marina.

Gadis berambut merah muda itu mengeluarkan lipatan surat yang ditinggalkan ibunya. Ia mengacungkan ujung tongkat pada bagian belakang kertas yang terlipat dan membentuk sebuah peta lokasi dengan sebuah simbol 'x'.

"Revello," ucap Amber. Dari atas langit berwarna kemerahan seketika muncul bias berwarna biru muda, membentang vertikal di antara deretan pohon-pohon maple. Itu adalah lokasi yang ditujukkan dalam peta.

Mantra 'Revello' adalah salah satu mantra dasar. Biar pun begitu, penggunaannya sangat praktis dan efisien. Mantra sederhana itu dapat mengungkapkan apa pun, termasuk meperjelas simbol-simbol pada peta. Fungsi utama mantra itu memang untuk mengungkapkan pesan. Beberapa pesan sulit dimengerti dan tersimpan dalam kode atau sandi, disitula peran mantra 'Revello' untuk membuka kunci dari suatu pesan.

Amber sudah mendapatkan lokasi yang tepat, ia cukup mengarahkan kudanya menuju lokasi sinar tersebut. Kudanya berlari di jalanan tanah yang diapit oleh deretan pohon maple dengan daun-daun merah yang berguguran. Andai ia sedang tidak terburu-buru, rasanya ia ingin berkemah di tempat tersebut dan menikmati pemandangan senja berlatar daun maple yang berguguran.

"Ibu, sebentar lagi aku sampai," gumam Amber. Di dalam hati, ia memohon agar ibunya masih berada di tempat tersebut.

Setelah mendaki selama hampir setengah jam di sekitar area kaki gunung, Amber akhirnya sampai di lokasi yang ditandai 'x' tersebut.

Di balik rimbun pepohonan berdaun merah, ada sebuah gubuk sederhana. Ia jarang melihat bangunan sederhana seperti itu, kecuali untuk tempat peristirahatan sementara di kebun. Di belakang bangunan tersebut ada sebuah air terjun yang bagian dasarnya berundak-undak dan terhubung dengan aliran anak sungai.

Di depan gubuk tersebut terdapat sebuah kolam ikan yang dibelah jembatan kayu melengkung. Tampak daun lotus mengambang di atas permukaan air tenang yang seperti kaca, memantulkan lembayung jingga dari langit.

Amber turun dari kuda, ia berjalan mendekati gubuk tersebut. Pintu bangunan tersebut terbuka. Penuh kehati-hatian, Amber mengintip dari ambang pintu, matanya menangkap sosok yang ia kenal, Rossum—ibunya. Tetapi wanita paruh baya tidak sendirian, ia bersama dengan seorang pria tua dengan jubah kelabu dan rambut putih.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top