Bab 10: Mimpi


Amber membuka kedua kelopak matanya yang terasa berat. Iris berwarna birunya mencoba beradaptasi dengan cahaya yang menembus kaca jendela. Ia duduk di atas bangsal dengan seprai putih. Sambil menyingkirkan selimut yang menutupi badannya, gadis itu mencoba untuk berdiri.

Ia sedikit terhuyung tetapi segera mendapatkan keseimbangannya dengan berpegangan pada sisi meja dari kayu ek.

Matanya mengedar menelisik ruang yang seperti bangsal rumah sakit tersebut. Ada tirai-tirai yang membatasi setiap tempat tidur beralaskan kain putih. Amber yakin dirinya masih berada di Shadow Grove. Ia mendengar suara langkah kaki, pintu kayu di ujung ruangan terbuka dan muncul dua wajah tersenyum saat melihatnya.

"Ah, akhirnya sadar juga!" pekik Beatrice girang. Ia berlari kecil menghampiri temannya itu. "Tunggu, jangan terlalu banyak bergerak dulu." Ia buru-buru memegangi punggung Amber yang hampir terhuyung ke belakang.

Amber menyentuh keningnya, kepalanya terasa berputar. "Aku mual," gumamnya lemah.

"Begitulah efek kalau kehabisan mana," ucap seorang gadis yang baru masuk ke bangsal rawat darurat tersebut. Rambutnya pirang sepunggung dan dikepang, matanya biru cerah dengan bibir merah merekah. Amber ingat gadis itu, dia salah satu penyihir senior di dalam tim ekspedisi.

"Halo Amber," sapanya. "Namaku Marina, aku anggota divisi ekspedisi, jangan khawatir aku punya lisensi pengobatan karena memang itu spesialisasiku."

Marina tersenyum manis sambil membantu Amber duduk kembali di pinggir ranjang. Ia menyodorkan ramuan berbau seperti labu busuk. "Ini obat, jangan khawatir."

Sambil mengernyit Amber meminum ramuan tersebut. Hidungnya terasa seperti di sumpal oleh aroma sampah terdekomposisi, tekstur ramuan tersebut juga seperti bubur cair yang rasanya pahit luar biasa.

Walau tersiksa, tetapi wajah Amber yang tadinya pucat justru berubah menjadi lebih cerah. "Ini ramuan paling tidak enak yang pernah kuminum," gadis berambut merah muda itu akhirnya punya tenaga untuk berbicara lebih panjang.

"Tentu saja, ini ramuan tingkat tinggi untuk memulihkan mana, lihat, dirimu sudah lebih segarkan?"

Amber mengangguk. Tubuhnya memang menjadi lebih ringan dan bertenaga, pusingnya pun ikut menghilang.

"Kami semua cemas saat mendengar dirimu hilang di dalam sana," kata Beatrice, matanya berkaca-kaca mengingat kemarin sore saat dua orang dari Kelompok 4 kembali ke markas dengan satu tubuh tak bernyawa.

"Hoffman langsung membuat tim untuk mencari dirimu," lanjut Marina. "Selama masih ada kemungkinan bisa dicari, Hoffman pasti akan mengusahakan untuk kembali mencari anggotanya yang hilang, atau minimal mengambil jasad yang tersisa untuk dikembalikan ke keluarganya."

Amber bergidik mendengarnya. Ia bisa saja berakhir menjadi anggota yang kembali dengan jasad tak utuh tersebut. Ia cukup merasa beruntung.

"Aku ingin menemui Hoffman," ucap Amber tiba-tiba.

"Kau yakin? Benar-benar sudah pulih?" tanya Beatrice, khawatir.

Amber mengangguk. "Aku baru ingat ada hal yang perlu kusampaikan padanya." Di kepala Amber langsung berputar kembali kejadian yang dilihatnya dari lubang di dalam gua. Creature membentuk koloni besar dan tampak menyembah kepada Colossal Creature. Bahkan, mahluk yang dianggap mitos itu ternyata benar-benar ada. Sekarang bagaimana caranya aku bisa meyakinkan Hoffman.

"Hoffman sedang keluar," kata Marina. "Seluruh tim sedang bertugas, jika kau ingin bertemu dengan Hoffman aku sarankan seusai makan malam."

"Benar juga," Amber manggut-manggut. Matanya melihat Beatrice dan Marina bergantian. "Berapa lama aku pingsan?" tanyanya dengan suara kecil.

"Dua hari," mereka menjawab hampir bersamaan.

"Hah? Selama itu?"

"Dampak kehabisan mana bisa sangat fatal, Amber," terang Marina. "Kau harus berhati-hati dalam menentukan mantra untuk dipakai, jika kau pingsan di tengah hutan sendirian, siapa yang akan melindungimu?"

Amber tertegun mendengar kalimat Marina. Ia memang sedikit ceroboh kalau sudah terlalu bersemangat dalam pertarungan. "Aku mengerti, lain kali aku akan mempertimbangkan baik-baik mantra yang kugunakan."

"Baiklah kalau begitu," Marina menepuk tangannya. "Kalau kau sudah merasa baikan, bantu aku sortir tumbuhan ya."

"Sortir?"

"Benar, tumbuhan yang diminta para Petinggi Penyihir, kita harus menyortirnya dulu sebelum diberikan kepada mereka," Marina melempar pandangannya, ekspresinya berubah menjadi muram. "Para kakek itu sangat cerewet kalau kita memberikan tumbuhan yang kualitasnya jelek."

Mereka dapat merasakan tekanan yang berat dari pundak Marina. Marina adalah salah satu penyihir senior dengan pengetahuan botani yang luar biasa, tapi, dirinya terjebak di tempat penyortiran akhir karena para Petinggi Penyihir yang menuntut banyak hal kepada Tim Ekspedisi.

Amber dan Beatrice tidak keberatan membantunya, toh mereka juga punya cukup banyak waktu luang.

"Oh iya, kenapa Beatrice tidak ikut mencari tumbuhan hari ini?" tanya Amber saat ketiganya berjalan ke gudang penyimpanan.

"Hoffman memintanya untuk menjagamu, sepertinya karena ia sadar kalian teman dekat," sela Marina.

"Diam-diam ketua kita itu ternyata perhatian ya, aku jadi merinding," ucap Beatrice sambil merapatkan kedua tangannya ke tubuh.

"Maksudmu terharu?" Amber mengoreksi.

"Tidak, itu menyeramkan."

Marina tertawa kecil, membuat Amber dan Beatrice heran. Mereka berdua tidak tahu kalau Marina sebenarnya senang karena dua tahun sejak ia ditugaskan di divisi ekspedisi, akhirnya ada yang menemaninya melakukan penyortiran. Setidaknya, gadis itu tidak merasa kesepian lagi.

***

Jauh di arah Barat, di pinggir Kota Atria yang sepi, tidak tampak aktifitas saat matahari sudah tenggelam. Bahkan walau pun kota itu terletak cukup jauh dari Shadow Grove, para penduduknya kerap menasehati anak-anak mereka agar tidak beraktifitas di luar rumah ketika hari sudah malam.

Rossum yang tinggal di salah satu rumah tersebut tampak termangu menatap sebuah tongkat di tangannya. Tongkat itu bukan miliknya, tetapi almarhum suaminya. Biar pun ia memiliki suami tetapi pria itu bukanlah ayah Amber. Rossum menghela napas, memasukkan kembali tongkat itu ke dalam kotak kayu lalu membungkusnya dengan kain sebelum diselipkan ke bawah kasur.

Ia berbaring di atas ranjangnya yang dingin, matanya menerawang ke langit-langit rumah. Hatinya tidak bisa tenang sejak ia menerima surat dari Amber siang tadi. Amber menuliskan surat itu tetap sebelum ia berangkat ke Shadow Grove.

Shadow Grove, membaca nama tempat itu saja sudah membuat Rossum menjatuhkan gelasnya ke lantai. Ia tidak menyangka putrinya akan langsung ditugaskan masuk ke dalam hutan tersebut. Sejak awal pun, ia sudah ragu saat Amber akan dikirim ke Kerajaan Aeston yang bersebalahan dengan Shadow Grove.

Tapi ia tidak kuasa menahan Amber, ia tidak ingin membuat gadis itu sedih dan kecewa. Tidak mungkin ia patahkan mimpi satu-satunya anak yang ia miliki.

"Amber," wanita tua itu mendesah lemah. Ada sesuatu yang mengetuk ingatannya setiap ia membaca nama Shadow Grove. Tetapi ia pun lupa, apa sebenarnya yang membuatnya gusar selain fakta bahwa tempat itu adalah sumber dari kemunculan para Creature. Ia yakin dirinya menyimpan ingatan yang lain tentang Shadow Grove, tetapi kenapa ia bisa melupakannya.

Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, malam itu, ia bermimpi. Dirinya berada di tengah hutan lebat yang familiar. Shadow Grove. Ia masih belum mengerti kenapa bisa bermimpi berada di tempat mengerikan tersebut. Wanita tua itu mencoba melangkah ke sumber cahaya yang ada di balik pepohonan.

Ia menyibak semak setinggi hidungnya dan mengintip dari balik salah satu pohon. Seorang wanita yang tampak lebih muda darinya sedang bersimbuh di antara lingkaran yang terbuat dari lulun. Ia mengenali wanita itu.

Wanita itu adalah dirinya 17 tahun yang lalu.

Sambil menangis dan memohon, wanita itu sujud di hadapan bayangan besar. Tidak lama setelah isak tangisnya reda terdengar suara menggelegar yang membuat dada Rossum mencelos. Sepasang mata merah menyala dari kegelapan berkata, "Aku akan mengambilnya kembali."

Lalu sorot mata itu beralih ke tempat persembunyian Rossum, seakan ia tahu ada orang lain yang berdiri di sana.

"Ingat janjimu padaku!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top