3. Despair
"Tuan Putri!" Shimizu menyusul tuannya dengan khawatir diikuti oleh beberapa pelayan lainnya.
"Saya mohon jangan lakukan ini!" Wanita itu memelas, memohon dengan sangat. Beberapa pelayan kerajaan juga ikut membujuk Sang Putri.
(Name) tidak bergeming sedikit pun, kaki melangkah pasti meninggalkan kediamannya menuju kediaman tempat tinggal Raja.
Seluas inikah istana? Bahkan menuju tempat Raja saja memakan banyak waktu.
"Anda tidak bisa keluar dengan penampilan seperti ini!" Suara sang kepala pelayan agak keras, namun masih terbesit sedikit rasa memelas.
Rambut hitam yang biasa tergerai panjang kini digelung keatas.
Rambut hitam yang biasa berhiaskan aksesoris emas maupun berlian kini polos tanpa hiasan apapun.
Pakaian sutra tidak lagi melekat pada tubuh, yang ada hanyalah gaun tidur biasa berwarna putih.
Limabelas menit melintasi taman, kini (Name) di hadapkan pada bangunan megah yang menjadi tempat tujuannya.
Kepala menengadah, menatap langit.
Kepada sang langit.
Kenapa Kau melakukan ini pada kami?
Hati tertawa miris, netra menatap tajam kedepan, dan kaki melangkah maju tanpa ragu.
"Tuan Putri!" beberapa pelayan setia memanggil dan memohon supaya Sang Putri mengurungkan niatnya.
Namun, semua tahu bahwa itu sia-sia. Mengingat betapa keras kepalanya tuan mereka.
"Jangan ikuti aku." Sepatah kata diluncurkan sebelum (Name) berjalan semakin jauh mendekati tangga masuk kediaman Raja.
Para pelayan, para prajurit, para pegawai.
Tak ada yang pernah menduga akan rencana Tuan Putri mereka.
(Name) tiba-tiba berlutut di depan anak tangga.
Shimizu memekik tertahan atas tindakan gadis yang telah ia asuh selama duapuluh tahun.
Aksi protes dilancarkan, (Name) berteriak memanggil Raja. Hampir terdengar putus asa.
Meminta, memohon, dan terus memohon akan pembebasan orang terkasihnya.
"Tolong bebaskan Jendral Kuroo."
Ⓗⓘⓢⓣⓞⓡⓘⓐ
Betapa putus asanya aku berharap Kau selamat
[tbc]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top