Epilog

"Aku berjanji... suatu sana nanti, kita pasti akan bertemu kembali."

Dan dalam sekejap mata, tubuh gadis itu pun langsung menghilang tanpa menyisakan jejak sama sekali.

*****

10 tahun kemudian

"Baiklah semuanya, selamat datang di acara Meet & Great kali ini!" Seru seorang MC pria dengan semangat yang menggebu-gebu.

"Seperti yang sudah kalian ketahui, tamu kita kali ini adalah seorang penulis novel baru yang namanya langsung terkenal berkat karyanya yang berjudul, 'Tale: A Magic World'! Mari bersama-sama kita sambut dia, nona... Marry!!!"

Seorang wanita bersurai coklat panjang dengan manik senada muncul dari lorong samping dan berjalan mendekati sang MC sambil sesekali melambaikan tangannya.

Benar sekali. Gadis itu adalah Marry.

Begitu Marry sudah berdiri di sampingnya, MC itu pun berdehem pelan.

"Nah, nona Marry, sebelum kita memulai acara Meet & Great ini, ada beberapa pembaca yang ingin bertanya kepada anda. Silahkan, yang ingin bertanya harap angkat tangannya."

Banyak sekali orang yang mengangkat tangannya, jika dihitung mungkin ada lebih dari 20 orang.

"Waah! Ternyata banyak juga yang ingin bertanya rupanya!" Sang MC mengusap pelan dagunya, "Kau! Pria yang ada di belakang sana! Silahkan berdiri dan tanyakan pertanyaanmu!"

Pria yang ditunjuk itu pun langsung berdiri sambil tersenyum lebar.

"Darimana nona Marry mendapatkan ide untuk membuat kisah seperti itu?"

"Hohoho! Sudah kuduga, pasti akan ada yang bertanya seperti itu! Nona Marry, silahkan dijawab!"

Si MC memberikan mic yang ia pegang kepada Marry. Marry pun langsung menerima mic tersebut sambil tersenyum lebar.

"Hahaha, bagaimana ya cara menjelaskannya? Sebenarnya ide untuk membuat novel ini kudapatkan sewaktu aku masih berusia 16 tahun. Waktu itu aku mendapatkan sebuah mimpi tentang seorang penyihir yang amat membenci manusia, tapi sebenarnya sikapnya itu untuk menutup rasa kagumnya kepada para manusia. Alhasil, dari sanalah aku mulai mengembangkan ide cerita untuk novel ini."

Pria tersebut menganggukkan kepalanya dengan semangat, tanda bahwa ia mengerti penjelasan Marry.

"Terimakasih banyak karena sudah menjawab," ujarnya, lalu kembali duduk.

"Nah, siapa lagi yang ingin bertanya?" Seru si MC menggunakan mic baru yang ia dapat dari para staff. Sekali lagi, banyak orang yang mengangkat tangan mereka.

"Oh, bagaimana dengan gadis SMA yang ada di depan sini? Apa yang ingin kau tanyakan, nak?"

Gadis SMA tersebut berdiri, "Kenapa anda memberikan nama Heroine dalam cerita itu sama seperti nama asli anda?"

"Hm... kenapa ya? Mungkin agar ketika aku menulis naskahnya, aku bisa memahami perasaan sang Heroine?" Jawaban Marry itu malah terdengar seperti sebuah pertanyaan.

"Lalu, kenapa para tokoh lainnya diberi nama angka dalam bahasa Inggris?"

"Karena menurutku keren saja, sih..."

"Hahaha!"

Semua orang yang ada tertawa kencang mendengar jawaban Marry itu.

"Baiklah, pertanyaan itu akhirnya menutup sesi tanya jawab kita kali ini. Sekarang, semuanya harap berbaris dengan rapi sambil memegang buku novel masing-masing. Selanjutnya adalah puncak acara!" Ujar sang MC, lalu pergi dari tempat itu.

Marry menatap langit-langit bangunan sambil tersenyum tipis, kemudian duduk pada kursi yang telah disediakan untuk acara tandatangan.

"Silahkan, pembaca pertama," ujar para staff koordinator.

'Hei, Ten, bagaimana kabarmu di Magie sana? Tak terasa ya, sudah 10 tahun sejak kita berpisah.'

"Nona Marry, saya penggemar berat anda. Saya kagum dengan novel anda yang terasa sangat nyata itu. Pokoknya, tetap semangat ya!" Kata pembaca itu, lalu berlalu pergi setelah bukunya ditandatangani.

"Selanjutnya!"

'Aku menuliskan kisah kita menjadi sebuah novel yang kini sudah best seller. Aku harap kau tidak marah ya?'

"Saya tak sabar menanti karya anda yang selanjutnya. Saya pasti akan selalu mendukung anda, jadi semangatlah!"

"Terimakasih, banyak~"

'Kau tau? Aku sudah banyak berubah sejak pertemuan terakhir kita. Meski begitu, hatiku tetap memilih untuk terus menunggumu seperti yang sudah kau janjikan. Karena itu, aku harap kita bisa segera bertemu.

*****

"Selamat atas kerja keras anda!" Seru semua staff kepada Marry begitu acara Meet & Great telah selesai diadakan.

"Hahaha, terimakasih kembali. Aku pasti tak akan bisa sampai sejauh ini jika bukan karena kalian." Marry berujar, kemudian meminum air putihnya.

"Oh ya, nona Marry, ada seorang pemuda yang mencarimu sejak tadi. Ia tidak mau menyebutkan namanya, tapi ia memiliki surai berwarna biru dengan manik yang senada. Apa kau mengenalnya?" Tanya seorang staff.

"Pemuda bersurai biru? Manik senada?" Ulang Marry sambil menatap staff tersebut tidak percaya.

"I-iya..."

"Di mana? Di mana pemuda itu sekarang?!" Tanya Marry sambil mencengkeram kedua bahu si staff.

"Ta-tadi... dia bilang, dia menunggumu di taman kota..."

Tanpa diulang untuk kedua kalinya, Marry langsung melepaskan cengkeramannya dan berlari menuju jembatan, mengabaikan tatapan keheranan serta seruan para staff yang memanggilnya.

*****

"Huft... huft... huft..."

Marry kini sudah sampai di taman kota. Nafasnya memburu akibat berlari. Matanya menatap sekitar dengan teliti, berusaha mencari keberadaan si pemuda bersurai biru.

Tanpa memakan banyak waktu, ia akhirnya menemukan sosok yang dicarinya itu tengah berdiri sambil bersandar pada tiang lampu taman.

Dengan senyuman yang merekah lebar, Marry pun berlari mendekati si pemuda dan langsung memeluknya dengan erat.

"Hiks... hiks... a-aku pikir... hiks... k-kau... hiks... kau telah melupakan... hiks... ja-janjimu itu... hiks... dasar Ten bodoh..."

Awalnya, Ten sedikit terkejut karena dipeluk secara tiba-tiba oleh Marry, ditambah lagi gadis itu juga menangis. Tapi akhirnya, ia pun membalas pelukan Marry.

"Maaf, sudah membuatmu menunggu terlalu lama, Marry."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top