Bab VI
"Kau pikir enak jika diikuti secara diam-diam seperti itu? Apa kau tidak memikirkan perasaan Marry?"
"Eh?" Marry menatap Ten tidak percaya.
Apa ia tidak salah dengar? Barusan Ten membelanya 'kah?
"Sekali lagi, saya mohon maaf, nona Marry, tuan Ten."
Lux kembali membungkukkan badannya, membuat Ten tersenyum meremehkan.
"Maaf? Kau pikir permintaan maaf saja cukup? Bagaimana kalau kau berada pada posisinya? Kau pasti kesal 'kan!? Tentu saja! Siapapun pasti akan marah dan kesal jika tau bahwa selama ini dirinya diikuti secara diam-diam! Apalagi oleh orang yang tidak dikenalnya!"
Lux hanya bisa diam membisu, membiarkan Ten mengeluarkan seluruh amarahnya.
"Su-sudahlah, Ten. Aku tidak masalah, kok. Yang penting dia sudah mengakui perbuatannya," kata Marry berusaha menenangkan Ten.
"Tch! Kenapa kau membelanya, Marry!? Apa kau tidak kesal karena sudah diikuti olehnya secara diam-diam?!" Tanya Ten sambil menatap Marry tajam.
Marry menelan ludahnya takut. Jujur saja, sebenarnya dia juga kesal saat mengetahui bahwa dirinya sudah diikuti sejak pertama kali menginjakkan kaki di Magie. Tapi karena Lux sudah mengakui perbuatannya, kenapa dia harus kesal lagi?
"Kau sendiri bagaimana, Ten? Apa alasanmu membela Marry? Bahkan sampai memarahi Lux. Bukannya kau membenci manusia, ya?" Tanya Nine kembali bersuara.
Pertanyaan Nine tersebut berhasil membuat Marry ikut penasaran. Apa yang dikatakannya barusan memang ada benarnya, jika Ten membenci manusia, kenapa dia harus repot-repot membela Marry dan memarahi Lux?
"I-itu..."
Sial! Kenapa suaraku harus terdengar gugup?!, Ten membatin.
"I-itu... ka-karena-"
"Itu karena, Ten sebenarnya sangat mengagumi kalian para manusia," ucap sebuah suara misterius yang entah berasal dari mana.
Hal itu pun lantas membuat Marry beringsut mendekat ke arah Ten dan memeluk lengan kanan si pemuda dengan erat. Sedangkan Lux dan Ignis langsung memasang posisi kuda-kuda bertahan di depan Nine.
Ten bisa melihat bahwa Marry kini sangat ketakutan. Mulai dari caranya memeluk lengan Ten, matanya yang memperhatikan sekitar dengan tatapan was-was, serta keringat yang terus mengucur turun secara perlahan dari keningnya.
Karena tak tega melihat Marry ketakutan, Ten pun mengusap pelan puncak kepala gadis tersebut menggunakan tangan kirinya dengan lembut, berharap agar ketakutannya bisa sedikit menghilang.
"Jangan khawatir, dia tidak akan menyakitimu, kok," ujar Ten dengan nada datar, tapi terselip rasa peduli.
Marry pun hanya mengangguk pelan dengan muka yang sedikit merona sebagai respon atas perkataan Ten barusan. Jujur saja, ini adalah kali pertama ia melihat sisi Ten yang peduli padanya. Rasanya... seperti mimpi.
"Aw~ sungguh pasangan yang manis~ bisa jadi OTP baru nih~" suara misterius itu kembali berbicara.
"Hentikan, Frigus! Jika kau terus membuat Marry ketakutan, akan kusembelih kau menjadi bahan makananku untuk seminggu!" Ancam Ten dengan sorot mata yang tajam.
"Hii!!! Maafkan aku! Sungguh, aku tidak bermaksud untuk menakutinya, kok!"
"Kalau begitu, berhentilah berbicara dan tunjukkan dirimu."
"Kau memintaku untuk menunjukkan diriku, tapi kau tidak membuat media perantaranya? Kejam~"
"Tch! Dasar partner sihir yang menyebalkan!"
Ten menatap Marry yang masih setia memeluk lengan kanannya. Perlahan, ia melepaskan pelukan Marry, membuat gadis itu menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Tenang saja. Jangan khawatir, oke? Ada aku di sini. Ini hanya sebentar kok," kata Ten seraya tersenyum tipis.
Entah kenapa, Marry merasa bahwa seluruh ketakutannya langsung hilang tak bersisa hanya dengan melihat senyuman Ten itu. Memang harus ia akui, Ten itu cukup tampan untuk ukuran seorang penyihir yang keangkuhannya setinggi langit, tapi jika pemuda itu tersenyum, bahkan es pun bisa dibuat meleleh olehnya.
Sekian detik lamanya, Marry belum juga merespon perkataannya, maka Ten menganggap hal tersebut sebagai 'ya'. Pemuda itu lalu mengarahkan tangan kanannya ke arah depan dan mulai merapalkan sebuah mantra.
"Emerged Aqua."
Tak lama setelah mantra tersebut Ten rapalkan, muncullah aliran air dari dalam tanah yang ada di hadapannya. Perlahan, aliran air itu kian bertambah banyak dan membentuk sebuah kolam kecil. Dan dari dalam kolam tersebut, terciptalah sebuah topan kecil yang membuat air di sekitarnya ikut berputar di dalamnya.
"Hati-hati!" Seru Ten seraya menarik Marry mendekat ke arahnya untuk ikut berlindung pada barrier air yang ia buat.
Sementara itu, Ignis dan Lux sedaritadi telah menciptakan semacam kekkai sihir transparan yang berguna demi melindungi diri mereka beserta Nine.
"Terkadang hidup ini penuh dengan kejutan ya~" ujar Nine diiringi tawa geli.
"Tuan! Berhentilah bercanda!" Seru Lux yang sedikit kesal dengan sikap tuannya yang kelewatan santai itu.
Kita kembali ke Ten dan Marry.
Marry kini tengah bersembunyi di balik tubuh Ten sambil memeluknya dengan erat. Sedangkan Ten yang dipeluk sedikit merasa risih, tapi ia tetap memasang wajah tenangnya.
"Se-sebenarnya itu a-apa?" Tanya Marry disela-sela ketakutannya.
Ten tidak langsung menjawab pertanyaan Marry. Matanya menatap topan air itu yang makin lama makin memelan.
"Itu adalah partner sihirku," jawabnya kemudian.
Marry lalu menadahkan kepalanya guna menatap wajah Ten yang kini tengah memperhatikan topan air tersebut dengan serius, "Partner... sihir...?"
"Socium Magicae atau biasanya disebut dengan partner sihir, adalah makhluk legenda yang membuat kontrak dengan para penyihir untuk dijadikan bawahannya," jelas Ten.
Topan air itu secara perlahan mereda dan kolam kembali tenang, tapi tidak untuk waktu lama. Beberapa detik telah berlalu, air di kolam tersebut mulai mengeluarkan gelembung-gelembung air yang mencurigakan, membuat Marry semakin erat memeluk Ten.
"Dia adalah partner sihirku. Makhluk legenda berupa Merman yang terisolasi dari kaumnya karena lebih tertarik pada sihir dan juga manusia, dia bernama-"
Belum lagi Ten sempat menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba saja keluarlah sesosok makhluk setengah manusia dan setengah ikan dari dalam kolam. Dia memiliki surai dan ekor yang berwarna senada, biru dengan sedikit warna kuning. Saat makhluk tersebut membuka matanya yang awalnya terpejam, tampaknya sepasang manik biru laut yang sangat indah.
"--Frigus."
Frigus menatap Ten dan Marry secara bergantian sambil tersenyum ramah.
"Apa kabar, Ten? Aku yakin, gadis yang ada di belakangmu itu pasti yang bernama Marry, bukan?"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top