Bab III
"Eh?"
"Penjaga sihir Primus telah menghilang sejak 5 tahun yang lalu." Ten mengulangi perkataan Zero.
"EH?!? LALU BAGAIMANA CARANYA AGAR AKU BISA KEMBALI KE DUNIA MANUSIA?!" Jerit Marry frustasi.
"Bukan urusanku," sahut Ten tak acuh seraya memalingkan mukanya ke arah lain.
"Kau-"
"Sudah sudah. Bagaimana kalau kalian mencarinya?" Usul Zero sambil tersenyum canggung.
"Ide bagus! Tapi... apa maksudmu dengan kalian'?" Tanya Marry yang entah kenapa mulai merasakan firasat buruk.
Zero kembali memasang senyum ramahnya, "Tentu saja yang kumaksud dengan kalian adalah kau dan Ten~"
Brak
"Kyaa!"
Marry sedikit terkejut saat Ten tiba-tiba saja meninju pohon yang ada di belakangnya hingga retak.
"Apa maksudmu, Zero?! Kau sendiri tau 'kan jika aku membenci manusia!" Seru Ten sambil menatap Zero tajam.
"Justru aku sengaja memerintahkanmu untuk pergi bersamanya agar rasa bencimu terhadap manusia itu bisa hilang," jelas Zero.
Brak
Ten kembali memukul pohon tadi dan membuatnya tumbang seketika.
"Hilang, katamu? APA KAU PIKIR AKU AKAN SEMUDAH ITU MEMAAFKAN MANUSIA YANG TELAH MENGHILANGKAN KELUARGAKU?!"
"Tentu saja itu tidak akan mudah. Tapi jika kau mau melakukannya secara perlahan dengan bantuan Marry, aku yakin kau pasti bisa mengatasinya." Zero berucap seraya berjalan mendekati Ten.
Ten yang mendengarkan ucapan Zero itu pun berdecak kesal.
"Tapi-"
Saat Ten hendak mengucapkan sesuatu, tangan Zero sudah terlebih dahulu memegang kepalanya.
"Ad Somnum."
Zero merapalkan sebuah mantra yang langsung membuat Ten kehilangan kesadarannya.
"Maaf, Ten. Tapi ini semua kulakukan demi kebaikanmu juga," ucap Zero pelan seraya melepaskan pegangannya pada kepala Ten dan membuat pemuda tersebut jatuh tersungkur.
Glek
Marry yang melihat semua itu terjadi di depan matanya pun hanya bisa menelan ludah gugup.
"A-apa... dia baik-baik saja? La-lalu apa yang ia maksud dengan menghilangkan keluarganya?" Tanyanya khawatir.
Zero menghela napas pelan, lalu berbalik untuk menatap Marry sambil tersenyum.
"Dia baik-baik saja. Aku hanya membuatnya tidur untuk beberapa saat. Dan untuk pertanyaanmu itu... ceritanya cukup panjang. Apa kau yakin sanggup mendengarnya?"
Dengan cepat Marry mengangguk mengiyakan.
Zero berdehem pelan sebelum memulai ceritanya.
"Penyihir itu hampir sama seperti peri. Jika kau mengatakan bahwa mereka tak ada, maka satu penyihir akan menghilang. Kau sendiri tau, bukan? Manusia adalah makhluk yang naif. Mereka hanya percaya dengan apa yang dapat mereka lihat. Dan keluarga Ten adalah korban dari perkataan para manusia naif itu.
Dulunya, Ten adalah anak yang periang dan murah senyum. Tapi sejak keluarganya menghilang, ia berubah menjadi anak yang pendiam. Dan sejak saat itu juga, ia mulai berlatih dengan sihir air tingkat Secundus yang dimiliknya agar menjadi lebih kuat."
"Um... Apa bedanya penyihir dengan penjaga sihir?" Tanya Marry keheranan.
"Pertanyaan yang bagus. Tentu saja penyihir dan penjaga sihir itu berbeda. Penyihir adalah manusia yang dikaruniai sihir sejak lahir. Sedangkan penjaga sihir awalnya adalah manusia biasa, tapi mereka diberikan kebijaksanaan oleh 'keajaiban' untuk menjaga agar sihir tak jatuh ke tangan yang salah," jawab Zero.
Marry mengangguk paham.
"Jadi, dimana kami bisa mencari penjaga sihir Primus itu?"
"Menurut laporan yang kami terima, penjaga sihir Primus terakhir kali terlihat di kaki gunung Aequanimitas." Zero menunjuk sebuah gunung berwarna biru laut yang berada cukup jauh dari tempat mereka berdiri kini.
Marry menatap gunung tersebut dengan mulut yang sedikit terbuka akibat tercengang.
"Kira-kira, berapa lama waktu yang diperlukan jika kami jalan kaki dari sini ke sana? Seminggu?" Gumamnya pelan.
"Hahaha~"
Zero tertawa pelan mendengar gumaman Marry itu.
"Kau tak perlu berjalan ke sana kok."
"Lalu bagaimana caranya agar kami bisa sampai ke sana?" Marry menatap Zero kebingungan.
Zero tersenyum simpul, lalu menunjuk Ten yang masih tak sadarkan diri.
"Aku akan menteleportasikan kalian ke sana. Sekarang, berdirilah dulu di sampingnya."
Sebenarnya Marry masih belum paham betul dengan perkataan Zero, tapi ia menurut saja.
Setelah Marry berada di samping Ten, Zero mengarahkan tangannya ke arah mereka berdua dan mulai merapalkan sebuah mantra.
" Ianuae Magicae."
Tiba-tiba saja, sebuah lingkaran sihir berwarna hijau muda dengan simbol Triquetra muncul dibawah kaki Marry. Dan dalam sekejap, ia dan Ten sudah menghilang tanpa jejak.
Zero menatap gunung Aequanimitas sesaat, kemudian menadahkan kepalanya menatap langit.
"Semoga kalian dilindungi oleh-Nya."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top