TM»2

"Dari mana sweety?"

Prilly melihat seorang pria berdiri dari sofa ruang tamu menyambutnya dengan pertanyaan.

'Siapa dia? Orang bilang dia kekasihku, tapi kenapa aku tak merasakan apa-apa dalam hatiku ketika bersamanya? Benarkah aku dulu mencintainya?'

Hati Prilly selalu berbisik seperti itu bila berhadapan dengan pria ini. Nikko. Sama sekali tak ada getar mencinta, sama sekali tak ada kata rindu bila jauh darinya.

'Kenapa justru dengan orang yang baru saja bertemu aku merasa perasaanku lain ketika melihatnya.'

Ya, kenapa justru dengan pria yang bernama Ali itu sepertinya ia merasa ada kedekatan?

"Sweety?"

"Eh, iya, aku habis dari taman menikmati sore, sepertinya dulu aku juga suka main kesana, makanya aku ingin selalu kesana!" sahut Prilly menjawab tanya Nikko yang menatapnya lekat-lekat.

"Apa kamu sudah minum obat?"

"Belum, hari ini aku malas sekali minum obat!"

"Jangan begitu, kamu harus rajin minum, kesembuhanmu bergantung pada obat itu!" Nikko berkata dengan wajah tak senang.

Nikko pria itu yang dikatakan keluarga sebagai kekasihnya menarik tangan Prilly dan membawanya duduk di Sofa.

"Mbak Yul, tolong ambilkan makan buat dia dan obatnya!" perintah Nikko pada Mbak Yul yang tergopoh mengangguk masuk kedalam menuju dapur.

"Boleh tidak aku absen minum obat hari ini? Aku seperti orang sakit saja kalau harus terus-terusan minum obat!" tolak Prilly halus.

"Kamukan memang lagi sakit!" sahut Nikko.

"Tapi masa iya sudah sebulan penuh aku minum obat setiap hari tiga kali sehari? Sampai kapan?" tanya Prilly dengan wajah memelas.

"Sampai ingatanmu pulih." sahut Nikko sambil menggenggam tangan Prilly yang lantas melihat kearah genggaman tangan mereka dimana tak ada denyutan sama sekali rasanya.

Kenapa justru hanya perasaan terpaksa terhadap orang ini. Nikko tidak jelek tapi harusnya kalau memang dulu ia merasakan cinta padanya Prilly pikir setidaknya ada getaran didalam hatinya.

Prilly menghempas nafas. Tak suka minum obat. Tak suka efeknya yang bikin ngantuk. Tak suka karna sepertinya tak ada pengaruh apa-apa dengan ingatannya, justru setelah bangun karna minum obat itu Prilly seperti merasa semakin kosong.

"Non Prilly makan dulu." Mbak Yul kembali dari dapur dengan membawa sepiring nasi dengan lauk bistik daging sapi dan segelas besar air putih.

Prilly mengambil piring yang dipegang Mbak Yul dan langsung memakannya sebelum Nikko terpikir untuk menyuapinya karna ia tak merasa suka diperlakukan seperti itu olehnya. Kenapa justru rasanya berbeda ketika tiba-tiba Ali datang menutupi kepalanya dari hujan? Rasanya dadanya membuncah hangat dan bahagia menatap mata yang menunduk diatas wajahnya. Seperti ada rindu yang teramat sangat.

"Minum obat, sweety!" Nikko mengeluarkan obat dari tempatnya dan menyuapkannya kemulut Prilly begitu melihat Prilly menyelesaikan makannya.

Terpaksa sekali Prilly meminum obat itu. Dan tak lama matanya terasa berat.

"Ngantuk?"
Pertanyaan Nikko dijawaban Prilly dengan memencet pangkal hidungnya. Rasanya tak kuat menahan beban dimatanya.

Diantara rasa ngantuknya, Prilly merasakan tubuhnya dipapah menuju kamar dan dibaringkan di tempat tidur. Saat Nikko menarik selimut dan menutupi tubuh Prilly lalu mengelus kepalanya sepertinya Prilly berhalusinasi.

"Aliii," Prilly bergumam dalam keadaan setengah sadar."kangen sama kamuuu!" lanjutnya dengan tangan menggapai wajah Nikko didepannya.

"Tidur ya, sweety!" Nikko meraih tangan yang berada diwajahnya lalu mengecup dan menempatkan tangan Prilly diperutnya.

"Aku takkan melupakanmu, kamu tauu...?" desah Prilly lagi dengan mata yang sedikit demi sedikit merapat hilang kesadaran.

Sementara Nikko yang duduk ditepi tempat tidur menatap wajah Prilly dengan pandangan yang mengeras.

"Lain kali jangan biarkan dia lupa meminum obatnya Mbak Yul!"

"Saya selalu mengingatkannya, tuan."

"Tapi kenapa seharian ini dia bisa tidak minum obat? Dia akan berhalusinasi aneh-aneh dan akan susah sembuhnya!" suara Niko terdengar menahan gusar.

"Maafkan saya, tuan!" ucap Mbak Yul dengan wajah menunduk karna merasa bersalah.

"Saya bisa saja minta ganti asisten untuk Prilly kalau Mbak Yul teledor begini!" ucap Niko membuat Mbak Yul bergidik ngeri. Jangan sampai dia diberhentikan hanya karna persoalan yang begini. Nanti siapa yang akan mengirimi anak dan orangtuanya untuk biaya hidup dikampung?

Niko menyeringai puas tanpa sepengetahuan Mbak Yul. Beruntung orangtua Prilly sangat percaya penanganan Prilly padanya. Apapun yang dikatakannya akan didengarkan mami dan papi Prilly karna dia seorang dokter sekaligus kekasih Prilly. Setidaknya begitu saat ini. Karna dia punya misi tersendiri untuk memiliki Prilly. Yaitu membuat Prilly tak ingat apapun selamanya.

»»»»»

Langkah kaki panjang-panjang seperti diburu sesuatu membuat nafas Ali agak tersengal. Tak sabar untuk segera sampai di tempat Prilly menunggu.

Terlihat Prilly berdiri membelakangi karna memandang kearah danau biru didepannya. Ali menarik nafas mengontrol nafas sekaligus detakan jantungnya. Rasa melihat gadis itu meskipun dari belakang membuat berjuta kehangatan menelusup dalam dadanya.

Ali memeluk dan menutup mata Prilly yang sesaat kaget tapi menyadari aroma tubuh Ali yang mendekapnya dari belakang.

"Akhirnya dewa amorku datang jugaaa." seru Prilly sambil membalik tubuhnya menghadap pada Ali yang menyodorkan bunga yang berada ditangannya.

"Ini buat dewi amorku yang cantik dan ngagenin banget!"

"Asikkkk, timakaci dewa amorku!"
Prilly tertawa kesenangan mendapati Ali membawa sekuntum mawar merah untuknya.

"Sama-sama!" Ali menatapnya sangat senang melihat Prilly terlihat ceria dan bahagia bertemu dengannya.

"Kenapa liatin kayak gitu?" Prilly menatap Ali berubah sendu melihat tatapan Ali padanya.

"Enggak." Ali menggelengkan kepala pelan.

"Jangan bohong, apa kamu nggak yakin kita bisa sama-sama terus?" tanya Prilly balas menatap Ali dengan kesenduan yang sama.
Ali menunduk tak sanggup menatap coklat mata Prilly yang menghujam mata pekatnya.

'Bagaimana bisa yakin, kalau masih ada penghalangnya? Tapi tetap berharap kalau takdir kita adalah hidup bersama.' batin Ali berbisik sendu tanpa mengeluarkan ucapannya itu untuk didengar Prilly.

Sudah cukup selama ini Prilly berkorban perasaan karna hubungan mereka ini harus tertutup. Hanya ucapannya sebagai penyemangatlah yang harus singgah ditelinga Prilly darinya bukan ucapan yang membuat ia jatuh pada kepedihan.

"Yakin sayang, aku yakin aku mencintai kamu dari dalam hatiku, aku yakin kamupun seperti itu dan aku yakin harapan kita sama, bisa hidup damai berdua selamanya dengan anak-anak kita, iyakan?" Ungkapan Ali diakhiri dengan pertanyaan yang membuat Prilly menatapnya lebih dalam.

"Jadi apa yang membuatmu resah?" Prilly menyentuh pipi Ali dengan perasaan tak menentu.

"Aku hanya memikirkan bagaimana aku jika nggak bisa sama kamu lagi!"

"Jangan bilang begitu, aku bahagia didekat kamu, aku berharap bisa selalu sama kamu!" Prilly menggenggam tangan Ali dan Ali balas meremasnya hangat.

"Janji!" Ali menatap kedalam mata Prilly lekat mencari keyakinan disetiap ucapan gadis yang ada didepannya.

"Janji." sahut Prilly yakin membalas tatapan lekat dimatanya yang seakan melekat tak membiarkan tatapannya berpindah.

"Nggak akan ngelupain aku seandainya kita dipisahkan sekalipun, Pril?" tanya Ali lagi dan mendapatkan anggukan pasti.

Ali mengangkat kedua tangan Prilly dan mendekatkan keujung bibirnya. Bibirnya menyentuh kedua punggung tangan Prilly yang ada digenggamannya.

Prilly mengangkat sedikit wajahnya lalu mencium ujung kepala Ali yang menunduk didepannya.

"Aku takkan melupakkanmu. Takkan pernah, Li, karna kita takkan bisa dipisahkan oleh manusia kecuali Tuhan!"
Prilly menyentuh wajah Ali dengan ujung-ujung jarinya yang halus. Ali menundukkan wajahnya perlahan menyentuh ujung dahi Prilly yang tertutup rambutnya. Jantung mereka sama berdenyut saat bibir mereka bertemu kekenyalannya. Sama-sama memejamkan mata menikmati sentuhan lembut yang semakin dalam menggeliatkan kehangatan yang tak ingin terlepas.

"Aku mencintai dewi amorku!"

"Aku juga mencintai dewa amorku!"

Ali memejamkan matanya, mengingat kembali saat-saat itu, saat dimana ia dan Prilly masih bersama-sama merajut kasih diatas perbedaan.

"Prilly, meskipun kamu sekarang tak sengaja melupakan itu semua, aku tetap berharap, waktu untuk kita bersama akan kembali dalam genggaman kita!"
Ali menundukkan wajah dan menatap danau didepannya sambil melemparkan batu ke tengah danau dari tempatnya duduk.

++++++++++++++++++++++++++++
Banjarmasin, 03/05/2016

Sebenarnya ada apa?

SekarLRSTY Terima Kasih covernya ya ...

Best Regards,

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: