TM»13
Prilly mengerjapkan matanya. Membuka matanya perlahan, nampak langit-langit kamar yang terang. Prilly mengenali ini kamarnya sendiri.
"Aliiiii...." lirih suara Prilly hampir tak terdengar ketika teringat Ali.
Suara isakan terdengar disamping tempat tidurnya membuat Prilly menoleh.
Mami terlihat tertunduk sambil menggenggam tangannya.
"Maafin mami, Ly, mami selalu tak ada saat Ily butuh mami, kasian Ily pingsan terus, kenapa Ily jadi begini?" Mami nampak menyusut airmata dan air yang keluar dari hidungnya dengan tissu.
"Mamiiii..." suara pelan Prilly dan balasan genggaman tangannya membuat mami mengangkat wajahnya menatap kearah Prilly yang terlihat membuka mata.
"Syukur Ily sudah sadar." Mami tersenyum meski matanya penuh air.
"Mbak Yul, ambilkan bubur Ily, beri dia obatnya!" perintah Mami pada Mbak Yul. Prilly menatap mami dan punggung Mbak Yul yang keluar dari kamar.
"Mi, jangan paksa Ily minum obatnya." lirih suara Prilly.
"Kenapa? Mami ingin kamu cepat sembuh!" ucap mami dijawab Prilly dengan menaruh telunjuknya kebibirnya sendiri membuat mami heran.
"Sttttt, Mami diem aja, kalau ada mba yul mami diem aja jangan bahas, nanti Ily ceritain tanpa ada dia dan Nikko!"
"Apa sih, Ly?" Mami terlihat penasaran.
"Nanti mami juga tau!"
Seiring dengan ucapan Prilly, mbak Yul membawa bubur dan air putih segelas lalu mulai bersiap menyuapkan bubur pada Prilly.
"Mbak Yul, Ali dibawa kerumah sakit mana?"
"Ke Rumah sakit Bintara, Non!"
"Siapa sih Ali, Ly?"
"Aliii, teman aku mam!" sahut Prilly pada mamanya.
"Kenapa bisa sama-sama Ily ditaman?"
"Dia ada waktu Ily digangguin preman-preman itu."
"Udah mami bilang jangan sendirian ke taman!" Mami mengelus pelipis Prilly.
"Ily sudah hapal kok jalannya, mam." sahut Prilly datar.
"Tapi nggak hapal sama penjahat!"
Suara Nikko membuat mereka menoleh kearah pintu.
Prilly mengeryitkan alis.
"Aku sudah pesenin sama kamu supaya jangan main sendirian kesana, kenapa nggak kamu dengerin sih, sweety?" tanya Nikko dengan nada menekan tak suka.
"Siapa sih kamu bisa ngelarang aku, Nik?" sahut Prilly tanpa sadar.
Nikko mengeryit heran. Terlebih maminya.
"Maksud Ily apa? Nikko kan pacar Ily!" sahut maminya.
Prilly terdiam sejenak memandang mamanya bergantian ke Nikko.
"Emmm, kan baru pacarkan mam, nggak bisa ngikat aku terlalu jauh juga!" bantah Prilly.
"Mulai malam ini bukan lagi pacar." sahut Nikko membuat Prilly dan maminya heran.
"Maksud nak Nikko?" Mami mengeryitkan dahi lagi.
"Dia calon isteri saya tante, ijinkan saya melamarnya malam ini, dan sepulangnya papa saya dari Malaysia, papa akan datang kesini untuk melamarnya dan menentukan tanggal pertunangan." ucap Nikko mengejutkan bukan hanya bagi Prilly tapi juga bagi maminya. Bedanya Prilly terkejut karna tak senang. Sementara maminya terkejut karna kesenangan.
"Wow benarkah? Jangan tanggal pertunangan, tanggal pernikahan aja sekalian, ya kan Ly?" sorak maminya merasa surprise.
"Menikahnya sama mami berarti, karna mami yang ngerasa surprise!"
"Ily, kok gitu sih?"
"Memangnya kamu nggak surprise mau aku lamar, sweety?"
"Surprise sih tapi aku enggak ngarepin, Nik!"
Nikko terdiam, otaknya seperti berpikir keras.
"Kamu belum siap jadi istriku?"
"Akuuuu..."
"Ly, mami tau kamu pernah bilang belum siap menikah, tapi menurut mami jadi istri itu siap nggak siap harus siap!"
'Aku nggak siap karna bukan dia orang yang aku harepin melamar aku, mami!' jawab Prilly tapi hanya dalam hati.
Nikko hanya menatapnya dengan mata sulit diartikan. Nikko memang sengaja langsung ingin mengikat Prilly karna tahu Prilly sudah bertemu dengan Ali. Nikko masih yakin Prilly takkan bisa ingat masalalunya lagi asal terus terusan meminum obat resep darinya.
"Kamu sudah minum obat?" tanya Nikko penuh penekanan.
"Ini mau minum obat tuan!" sahut Mbak Yul sambil mengeluarkan sebutir obat dan menyuapkannya kemulut Prilly lalu memberi Prilly minum. Prilly meneguk minuman itu dengan terpaksa.
"Bagus sweety, minum obatnya ya, biar kamu cepat pulih dan siap menikah sama aku!" ucap Nikko tanpa mendapat tanggapan.
Tak lama, Prilly meluruskan tubuhnya dan terbaring dengan mata yang mengerjap hampir tertutup. Setelahnya mami menarik selimut sampai kelehernya ketika Prilly berbalik membelakangi mereka lalu memuntahkan obat yang berada didalam mulutnya dengan pelan tanpa ada yang menyadari.
'Aku tak akan pernah meminum obat mu lagi, dokter syaraf!' Prilly menyunggingkan senyum kecilnya dengan mata tertutup merasakan elusan tangan mami dipunggungnya.
+++++
"Hallo?"
Kening Tata berkerut mendengar suara disebrang sana. Sepertinya,dia terkejut karna ia melebarkan matanya.
"Apa maksud lo? Brengsekkk!!" Tata terdengar mengumpat sambil keluar dari ruang perawatan Ali.
"Ma, aku pergi dulu, ada urusan!!" Entah apalagi yang dibicarakan Tata melalui telpon tapi begitu kembali keruang perawatan, ia pamit pada mama Ali.
Mama Ali hanya mengangguk. Sejak Ali dilarikan ke rumah sakit sejak semalam Mama Ali tidak beranjak dari sisi anaknya. Memandang putranya dalam keadaan memprihatikan mama mana yang tak sedih. Meski begitu doa mama selalu yang terbaik bagi anaknya.
"Brengsekkk, kenapa Ali dipukuli sekeras itu?" Tata mendorong pinty kamar sebuah hotel ketika wajah seorang pria muncul membukakan pintu.
"Anak buah gue bilang, dia ngelindungin banget sama cewek itu, bahkan gitarnya aja di lindungi tau lo?"
"Luka-lukanya itu kayak mukulin karna dendam pribadi, lo mau bunuh dia apa?"
"Dendam pribadi gue karna lo udah berani ninggalin gue dan balik sama dia!!"
"Salah lo sengaja mau rusak hubungan gue sama suami gue!"
"Tapi lo mau dirayu trus salah siapa? Lagian apa lo nggak kangen sama sentuhan gue? Lo jarang dibelai bahkan nggak pernah sama sekali kan hah?"
Pria itu, Jerry, menarik Tata dan lantas melumat bibirnya ganas. Tangannya menguasai kepala bagian belakang Tata hingga tak mampu bergerak. Lama tak mendapatkan belaian pria setelah dia memutuskan untuk belajar menjadi istri yang baik buat Ali membuat Tata terbawa nafsu.
Ingat Jerry? Jerry pernah melamar Tata tapi ditolak karna Tata tahu kehidupan Jerry keras dan Tata lebih memilih lamaran Ali untuk menghindarinya. Ternyata Tata tak mampu menolak pesona Jerry meskipun gaya hidupnya brutal, ketua gank tukang pukul yang dulu dihindarinya.
Kecelakaan bersama Jerry pada saat itu karna sebelumnya mereka bertengkar hebat. Bertengkar karna Jerry tak sengaja mengatakan sebenarnya ia hanya sengaja merusak rumah tangga Tata karna dulu menolaknya.
Karna Tata memukul Jerry, akhirnya Jerry tak bisa mengendalikan mobilnya dan terjadilah kecelakaan yang menyebabkan Tata ingin bertobat dan membatalkan gugatan cerainya.
"Mmhhhhh...Jerryyyyy..."
"Iya sayang, gue rindu sentuhan dan desahan lo...!"
Ya, Jerry yang memerintahkan pada anak buahnya mengikuti Ali dan mengabarkan padanya kemana dan dimana Ali berada. Tata sudah kehabisan pikir mengadukan sikap Ali pada siapa kecuali pada Jerry yang ketika itu tiba-tiba menghubunginya. Maksud hati, ia hanya menumpahkan kekesalan karna Ali sudah tak bisa baik padanya, ternyata Jerry menanggapinya dengan dendam lama.
"Gue yakin lo sebenarnya udah jatuh cinta sama gue tapi lo milih nebus dosa lo!" ucap Jerry sambil meremas dada Tata yang menegak.
"Itu karna lo bilang sebenarnya lo hanya bikin rumah tangga gue hancur bukan cinta sama gue, shhhh!" Tata berdesis menikmati sentuhan bibir Jerry disekitar dadanyan
"Gue cinta sama lo, bodoh, mhhhh!!" Jerry melanjutkan aksi remasan dan ciumannya.
"Lo goblok, kenapa bikin kita celaka, aaahh!!"
Percakapan mereka disela saling menggerayangi dan meremas berakhir dengan berpacu pada hasrat yang menenggelamkan rindu Tata pada sentuhan setelah sekian lama tak disentuh.
"Oh my godddddd..........!"
+++++
Dia sudah pamit pergi, sekarang eneng kesini aja
Berbekal pesan singkat itu, Prilly melangkahkan kaki pasti menuju ruang perawatan Ali. Belum apa-apa Prilly sudah ingin menangis karna membayangkan kondisi terakhir Ali yang dilihatnya sebelum pingsan.
Hanya mengetuk pintu sekali, Prilly sudah melihat handle pintu diturunkan dan pintu kamar perawatan itu terbuka.
Prilly mendapat pelukan hangat dari mama Ali dengan mata yang nampak bengkak, mungkin menangis terus melihat keadaan Ali dan nasibnya yang sepertinya selalu dirundung persoalan.
"Masuk neng, biar saya nunggu diluar barangkali dia datang, saya bisa langsung telpon neng, neng keluar dari pintu sebelah sana ya!"
"Iya bu, terima kasih."
Rasanya jantung Prilly berdetak lebih cepat melihat wajah Ali yang lebam. Nyeri terasa mengingat Ali disakiti didepan matanya tanpa tahu alasannya. Ulah siapakah? Nikko-kah? Kenapa Mbak Yul tiba-tiba datang padahal Prilly sudah berpesan akan pulang sendiri. Rumit sekali kisahnya.
Berdiri disisi ranjang perawatan, Prilly menunduk menyentuhkan bibirnya pada dahi Ali yang diperban.
Prilly meraih tangan Ali dan menyelipkan jari-jari mereka lalu mengecupnya sambil memejamkan mata.
"Kenapa untuk menggenggam cinta aja kita melewati cobaan yang teramat sangat sulit?" gumam Prilly sambil menatap wajah Ali sedih.
Ketika ibu jarinya mengelus pipi Ali dengan tangan yang lain mata Ali terbuka pelan. Seperti mengumpulkan kesadarannya Ali menatap langit kamar lalu menatap kearah Prilly.
"Pril..." ucap Ali setengah berbisik sambil mengeratkan selipan jari mereka dan mencoba untuk duduk.
"Haii, Dewa amorku, aku telah kembali!" Prilly berkata dengan mata berkaca.
"Jadi...?" Mata Ali melebar. Ali menatap Prilly mengartikan kalimatnya. Benarkah? Tubuhnya yang lemas terasa berisi energi dengan kekuatan yang tiba-tiba mengaliri seluruh tubuhnya. Ali menarik tangan mereka yang menyelip agar Prilly lebih mendekat lalu meraih tubuhnya kedalam dekapan hangat.
"Wellcome, dewi amor!"
++++++++++++++++++++++++++++++
Banjarmasin, 16/05/2016
#selamatdatangkembalidewi
#Thankyou readers
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top