Taking Care of My Sick Eldest Brother {2024 VERSION!}

Taking Care of My Sick Eldest Brother |Gempa + Halilintar| © Hammy_Vanilla_02

BoBoiBoy/BoBoiBoy Galaxy © Animonsta Studios/Monsta

Original Female Character (Female OC)! Icy Rahmawati Chandra Purnamasari © Hammy_Vanilla_02 (Me)

This Story is a Story That I Rewrote/Retyped/Recreated From a Story With the Same Title, Taking Care of My Eldest Brother, Which I Wrote and Posted on Wattpad and AO3 in 2022.

Requested by : niluhmartina NiluhMartina8 [Wattpad]

The Image/Picture {BoBoiBoy Gempa
(Quake) + BoBoiBoy Halilintar
(Thunderstorm)} I (We) Used for the
Book Cover by : Komik BoBoiBoy
Galaxy Musim Dua Isu 15 Bagian 6
'Berjuang Tanpa Gentar' by Monsta
Comics [Webtoon]

Rate : K-G

Length : Oneshot Story.

Genres : Sibling + High School + Indonesia Local! AU, Fluff, A Lil Bit of Humor, A Lil Bit of Comedy, Family Life, A Lil Bit of Friendship, Brothership/Brotherly Love/Brotherhood (Siblings), Etc.

Warnings : No Pairings/Pairs/Ships/OTPs!, No Super Powers, No Aliens/Robots/Etc, Out of Characters (OOCs), Standard + Non-Standard Language (Bahasa Baku + Non-Baku), Mixed Languages (English + Malaysian/Malay Johor-Riau + Indonesian), Typo(s) Everywhere, Give Me (Us) Your Votes and Comments If Ya Like My (Our) Stories, and Please Press the 'Back' Button and Exit Well From This Story If Ya Don't Like My (Our) Stories, I (We) Don't Take Any Profits/Materials From This Story, I (We) Do Not Accept Gossipers/Haters and Plagiarists/Copy Paste (Or Later, I (Icy) Will Take Care of Y'All Directly!), Etc.

Malaysian/Malay Johor-Riau and English isn't My (Our) First/Mother/Main Language(s)!

I (We) Have Warned Y'All, Baby~! <3

I (We) Hope Ya Like and Enjoy My (Our) Story~! ^^

Happy Reading, Min'na~san~! ^^

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

'Taking Care of My Sick Eldest Brother'

______~♡~______

"Huft~ ujannya makin deres aja turunnya ... kayaknya bakalan lama, deh ...." ucap seorang pemuda bermata semerah darah itu pelan.

Seorang gadis yang berdiri tepat di samping kirinya melirik ke arah pemuda tersebut.

"Lu nungguin sampe ujannya reda dulu?" tanya sang gadis pemakai earphone telinga kucing berwarna merah-hitam itu.

"Ck, gua gak mau Gempa ngekhawatirin gua. Lagian dia lagi sendirian di rumah."

Sang gadis memutar bola matanya jengah. "Ternyata lu ada rasa sayang juga ke adek lu itu, eh, Pikachu Merah."

"Gua abang sulungnya, pastinya gua sayang sama dia. Emangnya lu sendiri gak sayang sama kedua kakak lu, heh, Bulan Triplek?"

"Pastilah. Walau kakak gua yang kedua pengen banget gua buang ke Amazon kalo dia lagi bertingkah," Sang gadis menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Heh, udah, udah! Kenapa kita malah berdebat kayak gini, dah? Sekarang gua tanya lu lagi ... lu yakin lu mau nerobos nih ujan? Masalahnya, ini ujannya lebat, lho. Besok, 'kan, lu masih harus masuk sekolah."

"Tsk!" Sang pemuda mendecakkan lidahnya. "Gua gak bakalan gampang buat jatuh sakit, Icy. Gak kayak elu yang dikit-dikit, langsung tepar."

Icy Rahmawati Chandra Purnamasari kembali memutar bola matanya jengah. "Ya, ya, ya. Sakarepmu wae, lah, Lili."

Halilintar Ajisaka Purnawirawan menganggukkan kepalanya, ia mengeluarkan jas tas anti air dan membalut tas sekolahnya, karena ia tidak mau buku-buku dan alat-alat sekolahnya yang lain jadi basah kuyup dan hancur.

Icy mendengus kala melihat hal tersebut. "Giliran tas aja inget, giliran diri sendiri malah kelupaan."

"Diem dan berkacalah, apa bedanya lu sama gua?"

Terkadang, Halilintar heran, bagaimana bisa ia berteman baik dengan seorang gadis yang sifat dan kepribadiannya sebelas-dua belas alias sama dengan dirinya sendiri.

Lebih tepatnya, hampir sama. Icy lebih dingin, judes, dan bermulut pedas. Mana suram lagi.

Tolong berkacalah terlebih dahulu sebelum mengatakan atau berpikir seperti itu, Halilintar_-

"Syuh! Syuh! Pergi sana." Icy membuat gestur tubuh seperti sedang mengusir ayam.

"Kok, jadi kayak ngusir hewan sama setan, ya?_-" Perempatan siku-siku imajiner berwarna merah muncul di dahi Halilintar. "Oh, ya- lu nggak pulang?"

Icy menggelengkan kepalanya. "Lu tau sendiri kondisi fisik badan gua kayak gimana. Gua lagi nungguin kak Hammy atau kak Vanilla buat jemput gua. Jadi, lu bisa pulang duluan aja. Gua yakin kalo si Gempa ladi khawatir dan nungguin lu di rumah."

"Iya juga. Ya, udah ... gua pulang duluan, ya? Dadah, Bulan Triplek."

"Hn. Dadah juga, Pikachu Merah."

Melihat temannya mengangguk kecil, Halilintar langsung saja menerobos hujan yang sangat lebat tersebut dengan sedikit berlari.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Udah sore, kak Hali belum pulang juga. Apa dia masih di sekolah gegara ujan, ya?" ucap sang pemuda bermata kuning keemasan khawatir.

Manik serupa logam emas mulia itu melirik jam dinding.

'Udah mau Maghrib.'

Tok! Tok! Tok!

Lamunannya terbuyarkan, kala suara ketukan pintu mengintrupsi.

Dengan tergesa-gesa, ia berjalan ke pintu rumahnya.

Cklek!

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam- ASTAGHFIRULLAH, KAK HALI?! KAMU NEKAT NEROBOS UJAN?!"

Sang kakak sempat meringis kecil, kala telinganya disambut dengan suara teriakan adiknya itu. Ia pun menghela nafas. "Berisik. Daripada aku diem di sekolah, yang ada aku baru bisa pulang nanti malem."

"Masalahnya, kakak nerobos ujan yang turunnya lagi lebat, kak!"

"Ck! Kamu berisik banget, Gem," Halilintar menatap adiknya dengan tatapan tajam. "Udahlah, aku mau masuk. Minggir, Gem! Aku udah kedinginan, tau! Kamu mau abangmu ini jadi patung es?"

Gempa Agung Purnawirawan tersentak kaget, ia buru-buru menyingkirkan tubuhnya yang sedari tadi berada di depan pintu dan menghalangi kakaknya, lalu membiarkan Halilintar masuk.

"Jangan lupa untuk mandi dengan air hangat dan keramas, kak. Atau kau akan sakit nanti."

"Iya, iya."

Nyatanya, Halilintar hanya berganti pakaian dan langsung berbaring di atas ranjangnya, lalu terlelap.

Melupakan apa yang telah Gempa perintahkan tadi.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Hahhhh~ aku tebak, kakak pasti gak mandi dan keramas pas aku suruh kemarin, ya?"

Lain kali, sepertinya Gempa harus memastikan semuanya dengan mata kepalanya sendiri.

Lihatlah sekarang, kakaknya sedang terbaring lemas di atas ranjangnya.

Handuk kecil untuk mengompres dahinya, wajah merah, keringat dingin yang terus menerus keluar dan mengalir, mata sayu, napas yang terengah-engah, sedikit suara batuk dan pilek, dan sering bersin-bersin.

Fiks, Halilintar demam tinggi.

Suara termometer berbunyi.

Dengan segera, Gempa mengambil benda panjang tersebut dari mulut sang kakak dan melihat suhunya.

Empat puluh koma delapan derajat celcius.

"Hm ...," Gempa bersandung pelan. "cukup tinggi juga ... apa kita harus ke dokter aja, ya?"

Sambil sesekali terbatuk, Halilintar menjawab, "Uhuk! Nggak perlu, Gem- uhuk! Uhuk! Aku benci dok- uhuk! Aku benci dokter! Kamu tau- uhuk! sendiri, 'kan? Uhuk! Uhuk!"

"... Ya, udah. Gem ambilin obat demam aja, ya? Kak Hali makan buburnya aja dulu."

"Bentar-" Halilintar mengintrupsi. "kamu gak berangkat sekolah?"

Gempa menggelengkan kepalanya. "Gimana aku bisa belajar dengan tenang di sekolah kalo kakakku sakit begini? Lagian, kakak pasti kesepian kalo di rumah sendiri-sendiri," Ia menjelaskan. "Tenang aja, aku udah buatin surat ijin gak masuk sekolah. Udah aku titipin ke kak Icy tadi."

"Haahhh~" Halilintar menghela napas. "baiklah, kamu menang. Kamu emang bener-bener kepala batu."

Gempa terkekeh kecil. "Kita sebelas-dua belas kalo soal itu, kak."

Halilintar tersenyum kecil.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Hm? Udah abis?"

Gempa memeriksa kotak obat sekali lagi, barang kali obat yang sedang ia cari tengah tertutup dengan obat lain.

'Haduh ... obat demamnya kak Hali abis lagi,' Gempa menepuk dahinya dengan keras, ia mengutuk kecerobohan kecilnya ini. 'Apa aku kasih obatku aja, ya? Eh, iya- emangnya dia mau?'

Duh, Gempa jadi dilema.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"ENGGAK MAU~!"

Tuh, 'kan! Apa Gempa pikirkan menjadi kenyataan! Kakaknya pasti menolak.

"Obat punya kakak udah abis, Gem lupa buat beli lagi," jelas Gempa. "Untuk sementara, lebih baik kakak minum yang punyaku dulu, ya?"

Halilintar menggeleng kuat, ia semakin merosot memasuki selimut. "Nggak mau! Pahit! Hali nggak suka obat pahit!"

'Sifat kekanak-kanakkan dan manjanya keluar juga pada akhirnya.' Gempa menatap Halilintar dengan dengan tatapan datar.

Walau harus Gempa akui, Halilintar yang seperti ini terlihat imut. Namun, tetap saja akan merepotkan nanti.

"Ayolah, kak~ satu aja, deh~ nanti aku beliin lagi obat kesukaan kakak."

"TAK NAK! TAK NAK!" Halilintar tetap menggelengkan kepalanya. Bahkan, gelengan kepalanya semakin kuat dan kencang. "HALI CUMA NAK YANG RASA STRAWBERRY!"

Gempa mendengus. 'Dasar Maniak Strawberry.'

Memang pada dasarnya si sulung ini tak bisa dipisahkan dengan buah merah asam-manis yang bentuknya hampir seperti hati itu barang sekejap saja.

Gempa menghela napas lelah. "Oke, kak, kau menang. Baiklah, aku beliin dulu obat rasa strawberry yang kamu sukai itu."

Sedikit menyembulkan kepalanya dari selimut, Halilintar menganggukkan kepalanya dengan anggukan kecil seraya menatap Gempa dengan mata yang berbinar-binar senang.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Gimana keadaan anak itu? Demamnya udah turun, belum?"

"Dikit, sih, kak." jawab Gempa.

Saat ini, Gempa sedang menelpon teman dekat kakaknya, bahkan bisa dibilang sahabat. Jika saja kedua makhluk tsundere ini mau mengakui hubungan mereka selama ini.

"Kamu pasti kesusahan pas lagi ngerawat dia, aku tau dia kayak gimana pas lagi sakit."

Icy ingat kejadian saat Halilintar demam dadakan selepas upacara bendera waktu itu. Mana cuacanya panas benderang lagi.

Pada dasarnya baik Icy maupun Halilintar sama-sama tidak bisa tahan dengan suhu dan cuaca dingin dan panas yang terlalu ekstrim.

Icy saja hampir mau pingsan saat itu.

"Yeah ... khekhekhe~" Gempa terkekeh kecil. "aku agak sedikit kesusahan karena dia jadi kekanak-kanakkan dan manja. Tapi, dia tetap kakakku."

"Semoga sukses ngejagain dia yang lagi sakit. Maaf aku gak bisa ngejenguk dia sekarang," ujar Icy. "Ah, aku harus segera masuk ke kelas, jam istirahat udah selesai. Aku titip salam ke Halilintar, ya, Gem. Assalamu'alaikum."

"Baiklah," Gempa mengangguk. "salam dari kak Icy akan Gempa sampaikan ke kak Hali nanti saat dia udah sembuh dan sadar sepenuhnya. Wa'alaikumussalam."

Sambungan telpon dimatikan.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Waktunya makan dan minum obat, kak~"

Halilintar menatap Gempa dengan sangat intens, membuat yang ditatap mengernyitkan dahinya heran.

"Gem~"

"Hm?" Gempa bersenandung pelan. 'Apalagi yang dia mau sekarang?'

"Hehehe~" Halilintar terkekeh kecil. "suapin Lili, dong~"

What the-

Gempa tersedak saliva-nya sendiri, ia melotot horror.

Apa kata Halilintar tadi? Apakah Gempa sedang berhalusinasi saat ini?

Yang pertama, Halilintar terkekeh kecil. Yang kedua, ia minta disuapin. Yang ketiga, ia mengatakan hal tersebut dengan memakai nada suara manja khas anak-anak. Dan yang keempat atau yang terakhir ... dia memanggil dirinya sendiri dengan sebutan 'Lili'?!

Kok, semakin lama, malah semakin menyeramkan, ya, untuk Gempa? Ia sampai bergidik ngeri dengan sendirinya.

Apakah ini perasaan bunda mereka saat pertama kali mengurus Halilintar yang sedang sakit dulunya?

"Hiks!" Halilintar mulai sedikit menangus sesegukan. "Gem tak nak suapin Lili, ya? Hiks! Hiks!"

Oh, tidak-

Alarm tanda bahaya berbunyi nyaring di dalam kepala Gempa.

Gawat, kakaknya menangis!

"E-Eh, e-enggak gitu, ko-kok! G-Gem suapin, oke? Tapi, k-kak Hali harus berhenti dulu nangisnya, ya? ^^"

Halilintar langsung berhenti menangis dan menganggukkan kepalanya, ia mengusap kelopak matanya agar kering dari air mata yang tadi sempat menetes. Tak lupa, binar keceriaan dan kepolosan khas anak-anak di mata Halilintar menambah kesan imut di wajah si sulung dalam sudut pandang dan perspektif pribadi Gempa.

Dengan pelan dan telaten, Gempa menyuapkan bubur tersebut ke dalam mulut Halilintar, yang berhenti menangis dan dengan senang hati menerima suapan demi suapan yang ia terima dari sang adik.

"Mnn~ enak~ pandai Gem masak~" puji Halilintar senang.

Gempa tersenyum kecil, ia jadi seperti punya adik ketimbang kakak saat ini.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Selesai acara menyuapi Halilintar sampai bubur di dalam mangkuk tandas tak bersisa, ditambah dengan meminumkan obat demam sirup rasa strawberry kesukaan Halilintar, kini Gempa sedang mengusap pelan rambut Halilintar dengan perlahan.

"Demamnya udah mulai turun tadi," Gempa bergumam pelan. "bisa dipastikan satu atau dua hari kemudian panas kak Hali bakalan sembuh."

Remaja laki-laki itu menghela nafas, ia memperhatikan wajah tidur Halilintar yang tampak tenang dan polos, tak seperti kesehariaannya yang datar dan keras.

Meski sifat dan kepribadian Halilintar sering disalahartikan dengan sudut pandang yang buruk, Gempa tak peduli, ia tetaplah mennyayangi kakak sulungnya itu.

Karena hanya Halilintar sajalah tempatnya untuk mencurahkan isi hati, berlindung, bermanja, dan menjadi batu sandaran untuknya ketika rapuh. Begitu pun sebaliknya.

Kakak sulungnya, Halilintar, adalah rumahnya yang sesungguhnya. Begitu juga dia, Gempa, yang merupakan rumah bagi Halilintar.

Menyingkirkan poni rambut Halilintar, Gempa mengecup pelan kening sang kakak.

Setelah itu, Gempa pun berbisik, "Thank you for taking care and loving me all this time, kak. For me, you are my eldest brother who is the best in the world.I love you, kak. Rest and get well soon, okay! ^^ (Terima kasih sudah menjaga dan menyayangiku selama ini, kak. Bagiku, kamu adalah kakak sulung laki-lakiku yang terbaik di dunia ini. Aku menyayangimu, kak. Istirahatlah dan semoga lekas sembuh, oke! ^^)"

Menyempatkan diri untuk mengecup pula kedua pipi Halilintar, Gempa segera keluar dari kamar sang kakak.

Tanpa menyadari bahwa sebuah senyuman kecil terukir indah di bibir si sulung.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Thanks, Gempa .... (Terima kasih, Gempa ....)"

-

-

-

-

-

'Taking Care of My Sick Eldest Brother [TCoMSEB]'

'End'

_____~♡~______

╔═════ஓ๑♡๑ஓ═════╗
Vanilla : "Untuk kalian semua, para pembaca setiaku, yang sudah menemaniku dari tahun 2022 atau lebih lama dari itu, kalian pasti masih ingat dengan book request-anku, 'kan~? Yup! Di salah chapter-nya, cerita berjudul 'Taking Care of My Sick Eldest Brother' merupakan salah satu isinya! Dan hari ini, aku kembali membuat ulang cerita itu dan kembali mempostingnya di sini, FFN, dan AO3~! >w<"

Icy : "Cerita ini merupakan request-an dari niluhmartina NiluhMartina8 (aku gak tau kamu masih aktif di Wattpad ini atau gak, soalnya aku sama sekali gak liat kamu di kedua akunmu ini dari lama) yang ada di book request-an itu (aku ngehapus book itu karena ideku yang udah habis + beberapa hal lain yang gak bisa aku jelasin)."

Hammy : "Cerita ini akan diposting ulang dalam dua versi, yaitu versi 2022 dan versi 2024. Jadi, silahkan dilihat-lihat perbedaan kedua versi cerita ini! (Duh, ku jadi malu pas ngeliat ketikanku yang dulu. Berantakan banget-)"

Hammy + Vanilla + Icy : "Jangan lupa, setelah membaca, sempatkan untuk memberikan vote -- dengan cara menekan ikon bintang yang ada di pojok kiri bawah hingga menjadi warna oranye -- dan komentar-komentar di kolom komentar ceritaku ini! Happy reading, everyone~! <3"
╚═════ஓ๑♡๑ஓ═════╝

Sunday. August 11th, 2024.
11 : 10 A.M.
Depok, West Java, Indonesia.

Sign,
1.) Hammy Intan Nur Permatasari
(Hammy/My/Amy)

2.) Vanilla Putri Nabilla Azhari
(Vanilla/Vani/Nilla/Illa)

3.) Icy Rahmawati Chandra Purnamasari
(Icy/Cy/Cycy)

Hammy_Vanilla_02

Words : 1.737 Words.

╔═════ஓ๑♡๑ஓ═════╗
Taking Care of My Sick Eldest Brother |Gempa + Halilintar| © Hammy_Vanilla_02 (Me)

Requested by : niluhmartina NiluhMartina8 [Wattpad]

Status : DONE!/END!/FIN!/FINISH!/COMPLETED!✔
╚═════ஓ๑♡๑ஓ═════╝

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top