22. Trying to Keep Trust

Taken by you 2

###

Part 22

Trying to Keep Trust

###

Wordsnya ga sebanyak biasanya. Cuma kurang 200 aja dari biasanya. Tapi ga papa ya.

Enjoy it...

###

"La..." Finar menelan ludahnya tergagap, terlalu terperangah dengan sosok yang kini berdiri di hadapannya dengan sangat dekat, "Layel?"

"Kita butuh bicara, Finar. Aku harus mengatakan yang sebenarnya dan menjelaskan semuanya padamu."

Mulut Finar terkatup. Menatap Layel dengan ekspresi dinginnya. Detak jantung di dadanya masih terasa ketika ia berdekatan dengan pria itu. Membuatnya berusaha lebih keras untuk menghalaunya. Ia sudah punya kehidupan baru, begitu juga dengan Layel. Ada kemirisan dalam batinnya ketika menyadari fakta yang terbentang di antara mereka.

"Pertunanganku dengan Marisa, semua itu hanya perjodohan keluarga kami. Aku tidak benar-benar mencintainya. Kami..."

"Aku sudah tahu." Jawab Finar singkat. Kakaknya sudah memberitahu hal itu. Dan ia sama sekali tak melihat perbedaan nasibnya di tangan Keydo dengan adanya fakta itu. Juga tak mengikis cemburu di dadanya melihat wanita lain memperlakukan Layel dengan kemesraannya.

Layel tertegun akan jawaban dingin Finar. Menatap manik mata Finar dalam diam.

"Kau akan menikah dengannya dua minggu lagi. Dan aku juga sudah menikah dengan Keydo. Apa yang kau inginkan dari hubungan kita di masa lalu?"

"Hubungan kita tidak pernah putus, Finar."

"Aku juga tahu itu." Finar terdiam sesaat, "Tapi sekarang sudah berakhir."

"Dengarkan aku," Layel mengangkat kedua tangannya, memegang bahu Finar sebelum melanjutkan, "Aku masih mencintaimu. Dan aku tidak mau kehilanganmu."

Finar tercenung, sungguh kata-kata itu berarti banyak untuk dirinya. Ia juga masih mencintai Layel. Tapi mereka tak punya harapan apapun untuk hubungan mereka di masa depan.

"Sekarang kau sudah kehilanganku." Gumam Finar muram.

"Aku percaya aku masih memiliki hatimu." Layel berusaha berdalih.

Senyum tipis yang syarat akan kemirisan tertarik di sudut bibir Finar, "Aku tidak akan menyangkalnya. Tapi..." tangannya bergerak. Melepas cengkeraman jemari Layel di bahunya sebelum melanjutkan, "...sekarang aku menikah dengan Keydo. Dan aku juga tidak mau keluargaku kecewa akan diriku untuk kedua kalinya."

Layel tercenung. Lengannya terjatuh dengan lemas ketika berusaha mencerna setiap kata yang diucapkan oleh Finar. Wanita yang dicintainya. Masih sangat dicintainya.

Sesaat Finar masih menatap kekecewaan di wajah Layel. Hampir tak bisa menahan diri untuk memeluk pria itu dan melenyapkan kesedihan di wajah pria itu. Tapi ia tak punya cukup keberanian untuk mengkhianati kepercayaan yang diberikan Keydo dan kakaknya. Juga keluarganya. Mungkin ini bayaran atas kebebasan yang dimintanya pada Keydo. Tanpa Layel. Tanpa cintanya.

"Jika benar kau masih mencintaiku, kita masih bisa berhubungan." Kata Layel sebelum Finar benar-benar melewati tempatnya berdiri. Membalikkan badannya menghadap wanita itu penuh keputus asaan. "Tanpa Keydo ataupun Marisa mengetahuinya."

Finar terpaku, seketika menghentikan langkahnya ketika menangkap dengan jelas maksud dari kalimat Layel. Tiba-tiba saja ia menyesal dengan rasa cinta yang masih berdetak di dadanya, menyesal dengan cemburu yang menghinggapi hatinya beberapa saat yang lalu. Menoleh menatap sekali lagi wajah Layel dengan mata membesar dan ekspresi tak percayanya. "Apakah perselingkuhan yang baru saja kau tawarkan padaku? Pada wanita yang baru saja kau akui sebagai wanita yang kau cintai?"

Layel menyelipkan jemarinya di antara helaian rambutnya dengan gusar. Memejamkan matanya sambil mendesah keras, "Dia merebutmu dariku."

"Kau membiarkan dirinya merebutku darimu." Finar membenarkan kata-kata Layel. "Aku tidak tahu apa yang terjadi selama setahun aku pergi. Tapi sepertinya cintaku dan cintamu tak cukup berharga untuk satu sama lainnya. Kau bertunangan dengan wanita lain dan aku... tak cukup berani untuk mempertahankan cintaku padamu karena aku memilih keluargaku sebagai ganti dirimu."

"Kau masih mencintaiku, Finar. Hanya itu yang terpenting bagiku. Dan cukup bagiku untuk..."

"Hentikan, Layel." Finar mengangkat tangan kanannya sebagai isyarat agar Layel tidak melanjutkan kalimatnya, "Aku sudah cukup merasa bersalah pada dirimu karena perbuatanku. Jangan membuatku semakin merasa bersalah pada keluargaku dan keluargamu."

Layel terbungkam. Dadanya seakan terhimpit oleh sesuatu yang berat yang tak kasat mata. Membuatnya menahan nafasnya dengan gumpalan di tenggorokannya.

"Aku selalu percaya cinta itu tak pernah melukai ataupun merugikan pihak manapun. Jika cinta kita menyakiti keluargaku, keluargamu atau Marisa, itu tidak benar." Tambah Finar lagi, "Aku sudah berusaha keras menerima kehidupan baruku. Katakan aku egois, tapi kita sudah terlanjur berpisah di jalan yang berbeda."

Layel masih membungkam. Kehilangan suara hanya untuk sekedar meluncurkan sepatah katapun dari mulutnya. 'Apakah ia sudah kehilangan Finar sekarang?'

"Aku masih mencintaimu. Tapi aku tidak akan mengambil jalan yang salah untuk mendapatkan cintaku." Finar mengakhiri kalimatnya. Membalikkan badannya dan melangkah meninggalkan Layel yang masih terpaku di jalannya.

Finar mengerjapkan matanya. Menahan air mata yang berdesakan ingin keluar. Dalam hidupnya, ia tidak pernah membayangkan akan berselingkuh dari suaminya. Apalagi menjadi selingkuhan tunangan atau suami wanita lain. Tega sekali Layel sampai memberinya tawaran gila seperti itu. Walaupun ia tidak akan menyalahkan pria itu atas keputus asaan yang derita Layel. Ia juga punya andil dalam penderitaan pria itu.

Akan tetapi, ia tidak ingin kehilangan keluarganya lagi. Sekarang, senyum di wajah orang tua dan kakak-kakaknyalah yang bisa menghiburnya karena kehilangan cintanya. Ia tidak mau membuat khawatir semua orang yang disayanginya.

Lagipula, tidak cukup buruk kehidupan baru yang dimilikinya sekarang. Jika ia bisa menjadi orang dipercaya oleh Keydo. Sebagai istri pria itu. Sebagai Nyonya Finar Ellard.

***

Finar melihat meja sudah penuh dengan pesanan mereka ketika ia kembali duduk di kursinya. Kursi Layel juga masih kosong, ia berharap pria itu kembali dalam jeda waktu yang tidak akan membuat Keydo maupun Marisa curiga. Dan sepertinya senyum yanh di lemparkan wanita itu padanya menandakan bahwa Marisa sama sekali tidak tahu menahu tentang tunangannya yang berusaha menemui mantan kekasihnya di belakangnya. Menawarkan sebuah hubungan gelap.

Hahhh... Finar mendesah dalam hati ketika sekali lagi mengingat kata-kata Layel beberapa menit yang lalu. Dan semoga saja Keydo juga tidak mengetahuinya. Bisa hancur semua kesepakatan yang dibuatnya dengan pria itu. Ia sudah susah-susah berusaha membangun kepercayaan antara dirinya dan Keydo. Bahkan sampai rela mengabaikan harga dirinya. Jadi ia tidak mau menghancurkan kepercayaan itu hanya karena suaminya memergokinya menemui Layel di toilet.

Senyum lebar dan mata yang bersinar licik penuh kepuasan milik Keydo, membalas tatapannya ketika ia menoleh menatap pria itu. Ada yang aneh dengan tatapan mata itu. Membuatnya sedikit ketakutan jika kemungkinan suaminya melihat Layel atau menyangka ia telah mengkhianati kesepakatan mereka.

"Apa ada masalah di kantor, sayang?" Pertanyaan Marisa membuat Finar dan Keydo menoleh ke seberang meja. Melihat Layel yang mengambil tempat duduknya.

Layel tersenyum tipis menjawab pertanyaan Marisa. Lalu mengangguk dengan senyum muramnya. Sempat melirik ke arah Finar dan Keydo bergantian. Menahan cekikan di leher dengan pasangan yang ada di hadapannya itu.

Semudah itukah Finar mengganti dirinya dengan sepupunya sendiri? Pertanyaan itu menggantung jelas di kepalanya, disusul dengan rasa sakit yang tak terperi di dadanya. Ia benar-benar cemburu. Tak rela Finar menjadi milik siapapun.

"Apa kau mau minum dulu?" Sekali lagi Marisa bertanya dengan penuh perhatian. Mendekatkan segelas air putih ke dekat Layel.

Layel masih termenung. Mengambil gelas minuman yang disodorkan Marisa dan meneguknya tanpa suara. Masih dengan matanya yang tak bisa berpaling sedikitpun dari wajah Finar yang berkali-kali menghindari menatap dirinya. Membuatnya semakin berang.

Keydo menyeringai puas. Ekspresi wajah Layel dengan amat sangat jelas memberitahunya alasan di balik kemurkaan yang mati-matian pria itu tutupi. Ia tahu, sepupunya tadi hanya berpura-pura mendapatkan panggilan hanya untuk menemui Finar di toilet. Hanya drama murahan untuk mencari kesempatan di belakangnya.

'Apa dia pikir ia setolol itu untuk dibodohi sepupunya?' Dengus Keydo dalam hati.

Dan ia tahu pembicaraan istrinya dan sepupunya tak berakhir dengan baik. Sepertinya istrinya terlalu sakit hati dengan pertunangan Layel dan Marisa. Mungkin Finar memang cinta mati pada Layel. Tapi ia tahu wanita itu tidak pernah bisa mengabaikan keluarganya hanya untuk tunangan wanita lain. Mengenal Alan bertahun-tahun membuatnya mau tak mau ikut mengenal kesayangan sahabatnya itu. Manja dan pembangkang.

Keydo mengikuti arah pandangan Layel yang sama sekali tak memutus tatapannya dari Finar. Kemudian ke arah Marisa yang kini sibuk melahap makanannya.

'Bodoh sekali wanita itu tidak bisa membaca kecanggungan yang terbentang di antara tunangannya dan Finar.'

Atau, kecuali...

'Wanita itu hanya berpura-pura tak tahu saja?' Keningnya berkerut penasaran. Karena setahunya, hubungan Layel dan Finar dulu tak pernah ditutup-tutupi. Bahkan tidak sedikit teman maupun rekan bisnis mereka yang mengira pesta pernikahan si bungsu Sagara itu dengan Layel, dan bukan dirinya.

Suara tersedak yang berasal dari sampingnya, membuat Keydo menoleh ke arah istrinya yang membungkam mulutnya dengan tangan kanannya. "Kenapa?" Marisa mendongak dan menatap panik Finar. "Apa kau tersedak?"

Dengan sigap Keydo mengambil jus miliknya dan membantu Finar meminum. Satu tangannya mengusap-usap lembut punggung Finar. "Apa kau tidak apa-apa?" Tanya Keydo. Meletakkan kembali gelas tersebut ke tempatnya.

Finar menggelengkan kepala. "Tidak."

Keydo tertegun ketika Finar sesaat menoleh ke arahnya untuk menjawab pertanyaannya. Dan ia sama sekali tidak berniat semakin membakar api kecemburuan Layel. Tapi ia tak bisa menahan diri untuk mengusik sepupunya itu ketika melihat sisa jus yang menempel di bibir Finar. Dan tanpa istrinya duga, ia menundukkan wajahnya, membersihkan sisa jus tersebut dengan bibirnya. Asam manis buah strawberry bercampur dengan manisnya bibir Finar benar-benar perpaduan yang memabukkan.

Finar terkesiap kaget. Matanya membelalak dan nafasnya tertahan ketika tiba-tiba Keydo mengecup bibirnya. Di depan umum. Di hadapan Layel. Dan bukan hanya mengecup, bahkan pria mesum itu menjilat bibirnya dengan tanpa seijinnya terlebih dahulu.

Tidak bisakah pria itu membiarkan jantungnya berdetak normal di antara kecanggungan yang sengaja diberikan Keydo padanya dan Layel?

Sehingga ia punya usaha lebih untuk mengacuhkan Layel.

Tapi memang bukan Keydo namanya jika membiarkan dirinya dalam ketenangan. Karena pria itu selalu memastikannya menderita.

Selama beberapa detik yang cukup panjang, keduanya hanya membeku saling menatap manik mata masing-masing.

"Sebaiknya kalian segera mencari kamar." Dengus Marisa sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi dengan enggan dan senyum sinisnya.

Praanggg....

Dentingan garpu dan pisau yang beradu dengan piring saji membuyarkan keterpakuan Finar dan Keydo setelah kata-kaya sindiran Marisa. Keduanya menoleh ke asal suara, ke arah Layel yang menatap mereka dengan rahang yang mengeras, tatapan mata menajam dan kedua tangan terkepal di atas meja.

"Ada apa, sayang?" Marisa mengangkat tangannya dan meletakkan jemarinya di bahu Layel dengan kekhawatiran.

Layel tak menjawab. Mendorong kursinya ke belakang dan membalikkan badannya melangkah pergi. Mengacuhkan panggilan Marisa yang penuh keheranan dan tak mengerti.

"Kenapa dia?" Tanya Marisa pada Keydo ketika punggung Layel menghilang di balik pintu keluar.

Finar menelan ludahnya dengan kekacauan yang di dalangi oleh suaminya. Tapi pria itu bersikap tak mau tahu dan mengangkat bahunya tak acuh. "Biasanya dia memang seperti itu jika sedang kesal. Sebaiknya kau menyusulnya."

Marisa mengerutkan keningnya semakin tak mengerti dengan jawaban yang diberikan Keydo. Lalu menarik tas yang di gantung di punggung kursi dan beranjak pergi. Mengejar Layel.

Finar melotot pada Keydo ketika Marisa ikut menghilang mengikuti Layel. "Dia sepupumu."

Keydo hanya menyeringai kecil dengan komentar penuh peringatan yang diucapkan istrinya. Kembali sibuk dengan makanan yang ada di piringnya seakan tak terjadi apapun.

Finar mendesah kesal, lalu merebut potongan steak yang siap di lahap Keydo beralih ke dalam mulutnya sendiri. Mengunyahnya beberapa kali sebelum menelannya dan berkata lagi, "Kau tak perlu bersikap kekanakan hanya untuk mengusik Layel, Keydo."

"Dan apa sekarang kau lebih peduli pria lain daripada suamimu sendiri?" Ekspresi sakit hati yang dibuat-buat Keydo membuat Finar muak.

"Dia sudah tahu kau suamiku. Dan kau tak perlu memperjelasnya dengan men..." Finar menggeram. Menjatuhkan tanganya dengan kesal karena tak mampu memperjelas ciuman pria itu dengan kata-kata.

Benar-benar sialan. Dan bukan Keydo namanya jika tidak pernah membuat hati siapapun tenang tanpa kekacauan pria itu. Memang pria itu paling hobby membuat siapapun naik darah. Dan selalu berhasil.

"Itu bayaran karena telah berani mencoba mengkhianatiku, Finar." Kata-kata Keydo kali ini mampu membuat mulut Finar terkatup rapat. Kembali mendongak menatap wajah suaminya yang kini berubah serius dengan wajahnya yang mengeras. Berikut tatapannya yang menajam.

"Aa... apa maksudmu, Keydo?" Tanya Finar dengan suara tergagapnya. Menelan ludahnya mencoba mengusir ketakutan yang mulai menyergapnya.

"Kau pikir aku tidak tahu sepupuku itu menemuimu di belakangku?" Desis Keydo. "Aku tidak semudah itu untuk kalian bodohi. Apa kau sudah mengerti maksudku sekarang, My Dear Finar?"

Finar semakin membeku dengan penjelasan Keydo.

'Apa pria itu tahu apa yang ia dan Layel bicarakan di depan toilet tadi?'

'Benar-benar gawat.'

***

Mantan emang hal paling sensitif. Dan kayaknya dari lapak Darius, Alan, Keydo dan Zaffya. Author kok baru nyadar kalau masalahnya selalu berhubungan dengan mantan ya. Bener ga, readers?

Oh ya, ngomong-ngomong readers ada yang punya akun ig ga?
Coba mampir ke akun ig baru milik author ya....

luisanazaffyafarick.

Kalau author lagi pengen posting tapi draftnya belum lengkap, author posting cuplikannya.

Vote dan commentsnya selalu di tunggu author. Masukan juga selalu diterima author dengan hati yang terbuka kok. Ga usah khawatir di semprot sama author. He he he...

Sunday, 28 May 2017

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top