13. Try for Conguered
Taken by you 2
###
Part 13
Try for Conguered
###
Keydo menjauhkan ponselnya dari telinga karna suara teriakan Finar terlalu keras dan hampir menyakiti gendang telinganya. Tersenyum penuh kepuasan ketika membayangkan di ujung sana istrinya itu pasti sangat marah padanya. Dan kembali menatap layar ponselnya beberapa saat kemudian, tapi panggilan tersebut sudah di putuskan oleh Finar dengan kasar. Yg membuat harga dirinya terusik karna wanita itu memutuskan panggilan tersebut tanpa ijinnya. Tapi ia mengabaikannya, ia sudah cukup puas karna saat ini Finar berteriak teriak frustasi meluapkan kemarahannya.
Ia meletakkan ponselnya di samping gelas anggurnya. Meneguk anggurnya sekali lagi ketika kalimat Finar terngiang di kepalanya.
'Jangan menyangkalnya, Keydo. Kita sama sama tahu, bahwa di dalam hatimu sana. Kau masih sangat mencintai Herren.'
Herren...
Sialan...
Kenapa wanita itu masih juga mengusik kehidupannya setelah ia membiarkan wanita itu pergi untuk meninggalkannya hanya demi mimpi mimpinya.
Ia benci hubungan pernikahannya dengan Finar harus di usik usik mengenai masa lalu mereka.
Herren.
Layel.
Cinta?
Ia tak membutuhkan semua itu. Dan ia memang tak mencintai Finar. Karna cinta sudah tak ada dan tidak akan ada lagi di dalam hati maupun kehidupannya. Lagipula ia tak membutuhkan itu semua untuk melanjutkan hidupnya. Yg ia butuhkan hanyalah istri dan anak anaknya yg akan lahir dari rahim istrinya. Menjadi penerusnya.
Istri yg menyayangi anak anaknya. Dan jika Finar membutuhkan untuk mencintainya, ia juga sama sekali tak keberatan dengan hal itu. Dan jika di tanya apakah ia akan menyayangi Finar? tentu saja. Karna wanita itu istrinya, ibu dari anak anaknya dan adik sahabatnya. Dan ia percaya Alan tidak akan membiarkan adiknya berkhianat untuk kedua kalinya. Apalagi setelah adiknya kini terikat pernikahan dengannya.
Kemudian...
Dan kepada anak anak mereka nantinya? Sudah tentu ia akan menyayangi anaknya. Bagaimana mungkin ia tidak menyayangi darah daging yg di harap harapakannya selama ini.
Tapi bayangan rumah tangga yg bahagia itu ternyata tak semulus perkiraannya. Finar benar benar sulit di atur. Selalu membantah dan menantangnya kapanpun ada kesempatan untuk melakukannya. Tapi bukan seorang Kaheza Keydo Ellard jika tidak bisa mendapatkan apapun yg di inginkannya. Semua keinginannya harus di turuti. Dan ia akan memastikan Finar selalu menuruti semua keinginannya tanpa penolakan dan perlawanan seperti semua orang orangnya. Seperti semua orang orang yg tunduk dan takluk kepadanya.
Drrttt... drrrtttt...
Getaran ponsel di meja membangunkan Keydo dari lamunannya. Ia melirik ponselnya dengan pandangan enggan mengetahui siapa yg sedang mengganggu waktunya.
"Ada apa, Mike?"
"Tuan?"
"Ada apalagi? Apa istriku membuat masalah?" Geram Keydo tak sabar karna pengawalnya itu tak segera memberitahunya.
"Maafkan saya tidak bekerja dengan baik. Istri anda di bawa oleh petugas keamanan hotel."
"Apa?" Mata Keydo membelalak tak percaya dengan berita itu. "Dan kenapa sampai dia di bawa oleh petugas keamanan hotel?"
"Sebaiknya Tuan segera kembali."
###
"Di mana dia?" Tanya Keydo begitu mendapati Mike yg berdiri di depan pintu ruang keamanan hotel. Ia marah pada Mike karna tak bisa mengendalikan istrinya dan ingin memukul pria itu. Tapi ia lebih marah lagi pada istrinya yg ia tahu melakukan semua ini hanya untuk mencari gara gara dengannya.
"Nyonya ada di dalam." Jawab Mike.
"Bisakah kau jelaskan semua ini?" Suara Keydo tajam dan penuh kegeraman.
"Nyonya melemparkan ponsel saya ke lukisan yg ada di dinding dan merusaknya. Juga..." Mike menghentikan penjelasannya. Menengok ke arah dua orang petugas hotel yg sedang membersihkan pecahan pecahan vas dan bunga di lantai yg berada tak jauh dari mereka berdiri.
Keydo mengikuti arah pandangan Mike. Sangat jelas arti pandangan itu walaupun tanpa Mike menjelaskan dengan kata kata. "Dia sengaja." Gumam Keydo. Ia tahu Finar sengaja membuat kekacauan ini.
Mike hanya diam. Ia memang tahu istri tuannya ini sengaja mendorong vas bunga yg di jadikan hiasan di koridor dekat lift ketika petugas keamanan membawanya ke ruang keamanan. Bahkan wanita itu sama sekali tidak menampakkan rasa bersalah sedikitpun di wajahnya. Malah dengan angkuhnya wanita itu memamerkan bahwa suaminya adalah pria yg sangat kaya. Dan menyuruh petugas keamanan itu meminta ganti rugi dengan harga dua atau tiga kali lipat pada suaminya. Suaminya pasti tidak akan berpikir dua kali untuk membayarnya, mengingat uang sebesar itu hanya recehan bagi seorang Keydo Ellard.
Pyaarrr....
Terdengar bunyi benda terjatuh ke lantai dari dalam ruangan yg ada di hadapan mereka.
Keydo menoleh ke arah pintu tersebut. "Dan aku yakin itu juga sengaja." Desis Keydo. Mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuhnya dengan geram.
###
"Apa yg kau pikir akan kau dapatkan dari semua kekacauan ini?" Desis Keydo murka. Jemarinya mencengkeram lengan atas Finar dan mendorong wanita itu di atas ranjang dengan kasar.
Finar terhempas. Setengah berbaring ketika mengelus lengannya yg di cengkeram Keydo. Sedikit sakit dan memerah, tapi tak sampai melukainya. "Kenapa kau begitu marah? Kekacauan ini sama sekali tidak merugikanmu kecuali recehan yg kau keluarkan untuk membayar ganti ruginya." Jawab Finar ringan dan tak peduli. Seringai kecil menghiasi sudut bibirnya melihat kemarahan yg terpampang jelas di wajah Keydo.
Rahang Keydo tampak mengeras ketika menangkap seringai itu. Memang kekacauan ini sama sekalu tidak merugikannya. Tapi seringai kecil itu menghinanya. Menunjukkan bahwa Finar melakukannya hanya karna ingin menunjukkan pada dirinya bahwa wanita itu sengaja membuatnya marah.
"Kau benar." Keydo tersenyum sinis penuh arti. "Awalnya aku hanya ingin mengurungmu sehari saja. Tapi karna recehan itu, aku tak mau ambil resiko dan akan mengurungmu di kamar ini sampai liburan ini berakhir." Tambah Keydo penuh kepuasan sadis.
"Apa?" Mata Finar melotot tak percaya. Segera ia bangkit dari atas ranjang dan berdiri di hadapan Keydo.
"Aku tidak suka kau melawanku. Jangan membuat dirimu semakin menderita dengan perlawanan yg kau pikir akan berhasil padaku. Kau cukup mengenal pria macam apa aku ini."
Sekilas perasaan takut menghinggapi hati Finar terhadap nada dominasi di kalimat terakhir yg di dengarnya. Namun perasaan itu di kalahkan oleh bayangan kefrustasian menimpa dirinya jika harus di kurung di kamar hotel ini sampai mereka kembali. "Tega sekali kau, Keydo. Kau bilang aku bisa menikmati liburan ini. Tapi kau malah mengurungku di dalam kamar. Menurutmu apa yg harus ku lakukan?"
"Karna kau lebih memilih menentangku yg membuatku membatalkan semua itu, Finar. Dan kau sengaja melakukannya untuk mengusikku."
Finar hanya mendengus. Ya, ia memang melakukan itu semua karna memang sengaja untuk mengusik Keydo. "Aku sudah bosan menuruti semua perintahmu itu."
"Baiklah..." Keydo mengerutkan keningnya tampak memikirkan sesuatu. Lalu tiba tiba matanya yg bersinar penuh kepuasan yg semakin cerah ketika berkata, "Katakan kau menyesal, mungkin aku akan memaafkan kekacauan ini."
Finar terdiam. Mencerna kalimat Keydo baik baik. 'Mungkin?' Itu berarti pria itu mungkin saja tidak akan memaafkan kekacauan ini sekalipun ia sudah mengatakan menyesalinya. Dan ia tidak akan heran jika mungkin saja pria itu akan tetap mengurungnya sekalipun ia juga sudah meminta maaf. Lalu harga dirinya akan terinjak injak dan pria itu akan tetap tersenyum penuh kepuasan dan angkuh padanya.
Tidak!
Ia tidak akan membiarkan harga dirinya di injak injak lebih dari dari ini. Dan dengan sisa sisa keberanian yg masih di milikinya, ia mengangkat dagunya menantang dan berkata, "Aku tidak menyesal, Keydo. Dan aku tidak akan meminta maaf untuk semua kekacauan ini."
"Apa kau bilang?" Desis Keydo. Tatapan matanya menajam dengan jawaban Finar.
"Ya, Keydo. Aku tidak menyesalinya. Tidak akan. Setidaknya kekacauan ini cukup berhasil mengusikmu. Dan aku cukup menikmatinya." Jawab Finar menantang. Sekalipun dalam hatinya tersenyum kecut ia berani melawan sosok yg ia tahu sangat berkuasa yg seharusnya tidak boleh di usiknya, apalagi di tantangnya. Tapi ia tidak peduli, setidaknya ia masih bisa berjuang mempertahankan harga dirinya untuk tidak pasrah dan hanya tunduk penuh ketakutan terhadap kekuasaan Keydo yg kejam.
Dan sepertinya, jawaban Finar cukup mengena pada Keydo karna rahang pria itu tampak mengeras marah. Matanya semakin menyala nyala. Dan dengan kasar ia mencengkeram rahang Finar dengan sebelah tangannya. "Kita akan lihat kau akan menyesal atau tidak setelah ini."
Cengkeraman itu terasa keras dan menyakitkan. Membuat kening Finar mengernyit. Tetapi ia menahan diri untuk tidak mengaduh. Dia tidak akan sudi memberikan kepuasan itu pada Keydo.
"Jika kau masih berkutat mempertahankan gagasanmu untuk tidak menyesali kekacauanmu dan cukup menikmatinya, maka sekarang giliranku menikmati hasil kerjaku karna sudah membereskan kekacauan yg kau buat." Sedetik Keydo menyelesaikan kalimatnya, di detik itu juga ia mendorong tubuh Finar kembali ke atas kasur.
Dan ketika Finar menyadari maksud ucapan Keydo, ia menyesal. Tapi sudah terlambat. "Kau... kau mau apa?" Suaranya panik ketika Keydo menyusulnya naik di atas kasur dan memposisikan dirinya di sampingnya memeluknya. Ia berusaha berontak dari pelukan itu, akan tetapi kekuatannya sudah tentu tak sebanding dengan kekuatan Keydo yg besar dan kuat di atasnya.
"Itulah sebabnya kau harus memikirkan dulu apa yg akan kau dapatkan sebelum berpikir untuk mengusikku, Finar." Senyum Keydo semakin merekah melihat wajah panik Finar. Iapun menundukkan wajahnya mencium sisi leher Finar. Wanita ini memang perlu di beri pelajaran sebelum tunduk padanya.
Dengan sisa sisa kepanikannya, Finar meronta lagi dan menendang nendang. Sedapat mungkin bergerak untuk melepaskan diri. Tetapi semuanya sia sia, pelukan Keydo sangat erat dan dengan kakinya yg di kunci oleh kaki Keydo dan kedua tangannya yg di cengkeram dengan satu tangan pria itu, kini ia benar benar tak berdaya dan tak bisa bergerak.
"Sshhh..." bisik Keydo di telinga Finar. "Kau akan menyakiti dirimu kalau kau terus bersikeras menolaknya, Sayang. Kau hanya perlu mengikuti dan menikmati permainan ini atau kau akan mengalami memar memar di seluruh tubuhmu ketika ini selesai. Karna aku tidak akan mundur."
Kalimat Keydo membuat Finar terkesiap. Perasaan takut merayapi hati dan pikiran normalnya. Bisikan pria itu memang sangat lembut dan mesra di telinganya. Tapi ia sangat tahu dengan jelas itu hanyalah kalimat ancaman untuknua. Dan ia tahu Keydo tidak pernah main main dengan ancamannya. Dengan debar jantung yg tak terkendali, ia mengutuk dirinya sendiri atas ketakutan dan ketidak berdayaannya.
Keydo memiringkan kepalanya dan mengunci mulut Finar di mulutnya. Membuatnya mendesah pelan ketika lidahnya mencicipi bibir Finar membungkam dengan jilatan santai yg lama. Menggodanya dan semakin memperdalam ciumannya.
Ketika Keydo melepaskan bibirnya, nafas Finar terengah engah mencari pasokan udara untuk paru-parunya. Setetes air mata mengalir di sudut matanya, dia putus asa dan tak berdaya dalam usahanya untuk melepaskan diri dan pada akhirnya ia akan kembali takluk pada Keydo. "Jangan lakukan ini, Keydo." Mohon Finar lirih.
Mata Keydo sedikit melembut ketika mendengar permohonan dan wajah ekspresi tak berdaya Finar. Jemarinya bergerak untuk menghapus air mata itu di pipi istrinya. Tetapi kemudian senyumannya tampak mengeras. Menarik baju yg di pakai Finar dengan kasar saat bibirnya mendesis penuh kesadisan, "Sudah terlambat."
###
Dan benar saja, Keydo tidak main main dengan hukuman yg di berikannya pada Finar. Pria itu mengurungnya di dalam kamar hotel hingga liburan mereka berakhir. Hanya jika Keydo menginginkan makan di luar hotel saja, ia berkesempatan untuk keluar dari kamar terkutuk itu. Dan perjalanan pulangpun sama sekali tidak bisa melunturkan kekesalannya pada kekejaman Keydo. Ia sudah merasa begitu muak dan frustasi karena bosan.
Mobil mereka memasuki pagar rumahnya ketika Keydo tidak langsung turun. Melirik ke arah Finar yg menampakkan pandangan malasnya. Memunculkan senyum sinis di bibirnya. "Seharusnya kau terlihat bahagia, Sayang. Karna hukumanmu sudah berakhir."
Finar hanya mendengus jengkel sambil membuang mukanya menanggapi kalimat Keydo. Hukumannya memang sudah berakhir. Tapi keadaannya sekarang juga tak lebih baik dari penjara kamar hotel mereka.
Keydo melirik ke arah jemari Finar yg terkepal, membuatnya menahan senyum gelinya di sudut bibirnya. Sepertinya wanita itu masih juga kesal padanya. Membuatnya teringat akan apa yg di lakukannya setelah kekacauan yg Finar lakukan, istrinya itu tidak lagi mencoba membuatnya marah. Kecuali memecahkan beberapa gelas dan vas bunga hias yg Finar katakan tidak sengaja. Namun Keydo tahu Finar sengaja menyenggolnya dan memastikannya terjatuh. Dan ia lebih memilih mendiamkannya karna tahu istrinya juga tidak berniat menentangnya. Pelajarannya cukup berguna untuk wanita itu, sekalipun tak cukup membuatnya sepenuhnya tunduk.
"Aku akan pulang." Ucap Finar sebelum Keydo sempat membuka pintu mobil.
"Kau sudah pulang, Sayang." Keydo menekan kata 'sayang' nya. Sengaja menggoda wanita itu.
"Ini rumahmu, Keydo. Aku ingin pulang ke rumahku." Finar menolehkan wajahnya ke arah Keydo. Menatap manik mata Keydo dengan tajam.
Keydo membalasnya dengan tatapan malasnya, "Masih banyak yg harus ku kerjakan selain berdebat hal tidak penting ini denganmu, Finar." Keydo membuka pintu mobil dan melangkah keluar tak memedulikan bantahan yg akan keluar dari mulut Finar.
Finar segera membuka pintu di sampingnya dan melangkah keluar. Berjalan mengitari mobil mengejar Keydo. Namun langkahnya melambat saat melihat seorang pria yg menyambut Keydo di depan pintu utama. Ia mengenalinya sebagai Ale, tangan kanan Keydo.
"Apa semuanya sudah kau siapkan, Al?" tanya Keydo dingin sambil melangkah menaiki anak tangga yg ada di depan pintu utama.
"Semua sudah di urus. Hanya tinggal menunggu selesai." Jawab Ale sambil mengekor di belakang Keydo masuk ke dalam rumah.
Finar baru menyadari hiruk pikuk yg terlihat di samping rumah Keydo. Iapun menghentikan langkahnya dan melihat mobil bunga dan mobil catering yg di parkir di halaman rumah. Dan beberapa pelayan yg berjalan melakukan tugasnya masing masing.
'Apakah Keydo akan mengadakan pesta?'
'Kalau iya. Apakah ia akan punya kesempatana untuk bertemu dengan orang tuanya dan kakaknya?'
Sedang larut dalam bayangan keriangannya akan bertemu orang tua dan kakaknya, tiba tiba sebuah mobil sport merah yg berhenti di depan pintu utama menggantikan mobil yg baru saja ia dan Keydo naiki membuat senyum cerah di wajahnya menghilang. Ia menoleh dan melihat sosok yg keluar dari kursi pengemudi dengan tatapan datarnya.
Ana hanya sekilas menatap Finar sambil menutup pintu mobilnya. Lalu melangkah ke pintu belakanh dan membungkuk untuk mengambil sesuatu di jok belakang mobil. Setelan jas khusus untuk Keydo dan beberapa gaun malam untuk Finar. Namun tiba tiba saja gerakannya terhenti, membatalkan niatnya mengambil gaun malan Finar dan hanya membawa setelan jas Keydo. Ia benci posisi wanita itu di sisi Keydo.
Selain karna Finar tak terlalu mengenal Ana, dan memang wanita itu tak pernah menganggapnya ada, Finarpun hanya perlu mengacuhkan kehadiran wanita itu yg kimi berjalan menaiki anak tangga teras dengan langkahnya yg penuh keanggunan. Ia membalikkan badannya dan berniat menyusul Keydo memasuki rumah.
"Wajahmu kusut sekali, Finar." Ucap Ana memulai percakapan di antara mereka.
Finar menoleh ke samping, melihat Ana yg kini sudah berjalan di sampingnya dan memberikan senyum tipisnya untuknya. Tapi karna senyum itu lebih mirip sebuah seringai, jadi Finarpun tak bersusah payah membalas senyum itu, "Yah. Aku membutuhkan istirahat setelah perjalanan panjang yg melelahkan."
'Dan memuakkan.' Tambah Finar dalam hati. Ana adalah salah satu asisten Keydo. Dan ia tidak mau mengambil resiko wanita itu akan mengatakan apapun pada Keydo jika saja ia menjelek jelekkan Keydo di depan asistennya.
Ana mengangguk angguk kecil. "Yah. Kau memang membutuhkan istirahat. Keydo akan kecewa jika wajah kusutmu itu masih terlihat di pesta nanti malam. Kau harus terlihat sempurna untuk di pamerkan pada teman teman kami." Jawab Ana dengan dingin. Sudut bibirnya naik ke atas dan membentuk senyum mencemooh ketika melanjutkan kalimatnya lagi, "Walaupun aku sama sekali tak keberatan kalau kau tidak ikut ke pesta itu. Karna aku akan dengan sukarela menggantikan posisimu."
***
Repost, Thursday, 29 August 2019
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top