Take Me To The Lucky Land

Parade di kota Tokyo sedang ramai-ramainya diadakan, ya parade yang mengusung tema natal ini sangat meriah bahkan dari tanggal 24 Desember atau lebih tepatnya malam natal. Gedung Sea Sky yang masih berhiaskan pohon natal dan pernak-pernik pun bisa menarik perhatian banyak orang yang lalu lalang di depannya. Tapi sepertinya tidak untuk anak jeruk satu ini, wajahnya lesu dan nampak sedih, kado-kado yang berserakan di kamarnya pun belum dibuka sama sekali, dia menatap ke arah jendela sambil menopang dagunya. Entah apa yang dipikirkan anak itu hingga membuat wajahnya yang ceria itu menjadi pemurung. Futa memutuskan untuk turun ke lantai bawah dan mengetuk pintu ruang kerjaku, aku yang tersadar langsung membukakannya dan terkejut melihat dia, "Oh Futa, ada apa?"

"Onee-chan, aku sedikit kangen dengan teman-temanku di Nagasaki. Bahkan ini sudah lama sekali sejak aku tinggal di Tokyo." katanya dengan sangat jujur.

Aku menggendong anak itu dan duduk di kursi kerjaku, "Oh ... jadi Futa kangen ya sama teman-teman Futa?"

"Iya onee-chan." angguknya lemas. Aku hanya mengangguk dan mengusap kepala anak itu, mencoba memikirkan sesuatu agar hatinya tidak sedih lagi, tanganku pun mulai mengetik di mesin pencarian untuk mencari tempat destinasi liburan yang sekiranya menyenangkan dan bisa dikunjungi oleh semua orang, ya aku menemukannya, sebuah taman bermain yang sedang sangat terkenal di Tokyo.

"Futa, coba lihat ini." kataku seraya menunjukkan gambar yang ada di laptopku padanya. Matanya langsung berbinar dan tersenyum, "Ini taman bermain? Onee-chan mau ajak Futa ke sana?"

"Iya! Bagaimana, Futa mau kan?"

"Hng!" angguknya.

"Baiklah, kalau begitu ayo kita berangkat sekarang!" ajakku, tapi senyum anak itu yang sempat terlihat malah menghilang lagi. Aku menyadari hal itu dan langsung meminta maaf kepadanya, "Maafkan onee-chan Futa, onee-chan tidak bermaksud begitu."

Dia hanya menggeleng, "Tidak apa onee-chan, lebih baik aku kembali ke kamar saja. Aku mengantuk, dan tidak baik jika aku mengganggu onee-chan bekerja. Sampai jumpa."

"Ah tunggu!"

Aku tak sempat mengejarnya, Futa sudah lebih dulu naik ke kamarnya. Aku benar-benar merasa menyesal karena telah mengajaknya untuk pergi sendirian, kupikir dia akan sedikit membaik tapi nyatanya aku malah membuat keadaannya semakin buruk. Di saat itu juga, Mashu datang bersama Yamato dengan membawa sebuah surat. "(Y/n), ini ada surat untukmu."

"Surat untukku?" tanyaku bingung dan menerima surat itu, kulihat siapa pengirimnya. Tertulis di amplop itu nama seorang anak laki-laki, Kohei Hayasaka dan amplop berisi surat itu ditunjukkan untuk Futa.

"Ini untuk Futa, aku akan memberikan ini padanya." ucapku segera menaiki tangga yang menghubungkan asrama dengan lantai bawah. Sementara itu di lorong asrama, Futa tengah berjalan dengan langkah yang gontai sambil bersedih, baru saja tangannya memegang gagang pintu. Aku yang sempat berlari berhasil mencegahnya, "Futa, tunggu dulu!"

Kepalanya menoleh dan segera menatapku, "Ada apa onee-chan? Kenapa lari-lari seperti itu?"

"Ini ..... ada surat dari Nagasaki ...." kataku sambil memberikan surat itu dengan nafas yang sedikit terengah-engah.

"Dari Nagasaki?!" dengan cepat ia membuka surat itu dan membacanya dengan seksama.

-----------------------------------------------------------
Untuk Futa
Nagasaki, 25 Desember

Selamat hari natal Futa! Pasti kamu senang bukan menerima hadiah yang banyak dari (Y/n) onee-chan dan Mashu-san? Ah pasti senang. Aku juga senang, aku bertukar kado dengan Misaki dan Aoi, tapi Misaki sangat jahil, dia memberikan toples berisi cicak pada Aoi sehingga dia menangis. Untung saja aku bisa menghentikan tangisannya, dan tentu saja Misaki kutegur. Setelahnya kita memakan makanan yang sangat enak! Ibumu memasakkan kami ayam panggang dengan krim bawang putih. Mmm..... membayangkannya saja membuatku ngiler :D. Aku harap kita bisa merayakan hari-hari bersama di sini, di Nagasaki, aku kangen sekali denganmu Futa, Misaki dan Aoi juga sama. Supaya kita bisa main bareng lagi. Ah sudah dulu ya Futa, Aoi menangis lagi karena diganggu Misaki. Aku harap kamu baik-baik saja di sana bersama (Y/n) onee-chan, Mashu-san dan Iryu-san ya. Sampai jumpa lagi :)

Dari
Kou-ni
-----------------------------------------------------------

Air mata haru Futa mengalir begitu saja setelah membaca surat tersebut, dia benar-benar sangat bahagia mendapat surat dari temannya yang jauh di sana. Aku merasa senang setelah dia mendapatkan surat itu. Dia menyeka air matanya dan mulai memegang tanganku, "Onee-chan, bisakah aku pergi berlibur ke Nagasaki? Aku ingin sekali bertemu dengan mereka!"

"Bisa saja, pasti Iryu-san akan mengizinkanmu untuk berlibur ke sana."

"Hore!!" ucapnya dengan girang dan memelukku, "Terima kasih onee-chan!"

Kubalas pelukannya dengan erat juga, "Sama-sama Futa."

***

Baru saja kabar baik itu datang, aku yang meminta izin untuk berlibur selama beberapa hari ke Nagasaki ditolak oleh Iryu, "Iryu-san, tapi bukankah ini sudah hari liburnya Futa? Kenapa tidak boleh?"

"Tidak boleh, ini karena Futa juga masih harus bekerja meskipun sedang cuti. Kamu tahu sendiri kan kalau seorang idol atau rapper itu harus tetap berlatih dan mengembangkan kemampuan mereka."

"Tapi ... apa itu tidak terlalu menguras tenaganya? Terlebih lagi, dia juga masih anak-anak."

"Aku tidak peduli dia masih anak-anak atau orang dewasa, di sini dia dididik untuk disiplin dengan tanggung jawabnya. Masalah izin itu kutolak, tidak ada penawaran." katanya dengan wajah tegasnya itu, aku tidak bisa berkata apa-apa lagi, saat ini aku hanya memikirkan apa yang harus kukatakan padanya, padahal dia sudah sangat berharap bisa pergi menemui temannya.

"Baiklah, aku mengerti. Aku akan bilang pada Futa, walaupun dia akan menangis lagi sepertinya." gumamku diakhir dan pergi meninggalkan ruangan itu setelah memberikan salam.

Futa yang sedang bermain di ruang latihan bersama Yamato melihatku yang berjalan dengan wajah yang agak murung, anak itu menghampiriku dengan wajah polosnya, "Onee-chan, apa paman Iryu memberikan izin untukku?"

Jawabanku hanyalah gelengan, aku tidak berani menatap wajahnya karena pasti dia akan menangis karena sedih, benar saja, wajah cerianya itu kini berubah menjadi sendu. "Tidak apa-apa onee-chan, jika aku tidak bisa pergi ke sana, aku bisa menghabiskan waktu bersama Yamato. Jangan sedih onee-chan, aku masih bisa melupakan rasa kangenku kok." katanya.

"Maaf Futa ...." ucapku sambil mengelus pelan rambutnya, dia hanya mengangguk tanda paham. Yamato yang ada di sebelahnya ikut merangkul pundak Futa dan mencoba menghiburnya, "Futa, masih ada aku yang akan menemanimu di sini. Kita masih bisa bermain bersama."

"Kamu benar Yamato. Baiklah, ayo kita bermain lagi! Kita main kejar-kejaran! Kamu yang jaga!" kata Futa setelah menepuk pundak Yamato dan berlari. Gelak tawa kedua anak itu mulai terdengar di ruangan latihan itu. Kesedihan yang tadi terasa berubah menjadi canda tawa yang riang.

***

Malam harinya, mereka berdua kembali ke kamar masing-masing. Futa yang sudah bersiap untuk tidur di kasurnya pun mematikan lampu kamarnya dan membiarkan lampu kecil di dekat meja menyala. Dia melihat surat pemberian dari Kohei yang masih terasa hangat dan membuat rasa rindunya semakin menjadi, sebelum akhirnya tertidur. Di dalam mimpinya dia bertemu dengan ketiga temannya itu, pergi ke sebuah taman bermain dan menjelajahi seluruh permainan yang ada di sana. Menghabiskan waktu bersama dengan tawa dan senyum, berlari-larian seperti anak kucing, dan memakan awan yang sangat empuk dan manis. Namun mimpi yang terasa indah itu harus berakhir karena terganggu oleh suara yang sangat berisik, dia terbangun di jam subuh dan segera membuka jendela kamarnya. Nampak sebuah mobil berwarna hitam tengah berhenti di depan gedung tempatnya kini tinggal, karena tak begitu jelas dia mengambil sebuah teropong dan melihatnya dari sana.

Seorang lelaki yang mengangkut beberapa tas besar, diikuti oleh tiga orang yang seperti anak-anak. "Apa mereka orang baru?" pikirnya tanpa melepaskan pandangannya dari teropong itu. Keempat orang itu masuk ke gedung tanpa bisa dilihat jelas wajahnya, Futa berusaha berpikir jernih bahwa mungkin saja memang orang baru yang datang dan akan bekerja di sini. Tapi jika dipikir-pikir lagi, postur ketiga anak tadi mirip sekali dengan Kohei dan yang lain. Ah, jika memang mereka benar datang kemari ..... mungkin itu hanya khayalannya saja. Futa menutup jendelanya dan kembali untuk melanjutkan tidurnya yang tertunda.

Hingga sekitar jam setengah delapan pagi, dia terbangun dan mulai siap-siap. Menggosok giginya dan mencuci muka, serta mengganti piyamanya dengan kaus berwarna putih. Selama tinggal di Tokyo, dirinya menjadi sedikit lebih mandiri, bisa bangun sendiri, memakai baju sendiri, dan mengerjakan tugas tanpa bantuan ayah dan ibunya. Baru saja dia keluar dari kamarnya, aku mendatanginya dan segera mengajaknya untuk turun ke bawah, "Futa, ayo ikut onee-chan sebentar."

Dengan wajah bingungnya dia pun hanya mengikutiku saja, dalam hati dia bertahya-tanya ada apa di bawah sana yang mau ditunjukkan padanya. Setelah sampai di bawah, Iryu sudah berkumpul dengan tiga orang anak kecil yang masih memakai jaket lengkap dengan tudungnya. "Nah, Futa. Lihat apa yang paman bawa."

"Apa paman?" tanyanya bersemangat.

Ketiga anak itu mulai membuka penutup kepala mereka, dengan terkejutnya Futa langsung menyadari kalau mereka adalah temannya yang datang dari Nagasaki, "Kou-ni, Misaki, Aoi! Kalian datang kesini?!"

"Iya Futa." jawab Kohei yang langsung merentangkan tangannya. Futa menghambur di pelukan Kohei dan kedua teman lainnya itu.

"Aku kangen banget sama kalian semua. Tapi kenapa malah kalian yang datang kesini?"

"Ya kami diundang sama paman Iryu, paman yang membelikan kami tiket." ujar Misaki.

"Iya." angguk Aoi.

Futa tak dapat menahan kebahagiaannya yang bisa bertemu dengan teman-temannya itu, setelah beberapa bulan akhirnya mereka bisa menghabiskan waktu bersama. Aku yang ada di sana segera menyiapkan sarapan untuk anak-anak ini, Yamato yang kebetulan lewat di dekat mereka langsung ditarik oleh Futa, "Ah Kou-ni, ini teman baruku yang tinggal di sini juga, namanya Yamato."

"Salam kenal." kata Yamato.

"Salam kenal juga Yamato, aku Kohei, biasa dipanggil Kou-ni. Ini Misaki, dan ini Aoi." kata Kohei menunjuk satu-satu dari mereka.

Setelah akrab berkenalan mereka sarapan pagi, karena tidak ada kegiatan apa-apa lagi aku memutuskan untuk mengajak mereka pergi ke sebuah taman bermain.
"Futa, bagaimana kalau kita semua pergi ke Lucky Land? Taman bermain yang baru buka itu."

"Lucky Land?" tanya Misaki dengan wajah bingungnya yang lucu.

"Iya, itu taman bermain. Kalian semua ikut ya, pasti menyenangkan." ajakku.

Kelima anak itu mengangguk senang dan langsung bersiap untuk pergi, dengan membawa sedikit perlengkapan dan atas izin Iryu juga tentunya kami semua langsung menuju ke arah taman bermain itu. Lucky Land, taman bermain yang baru dibuka di Tokyo itu kini sangat ramai oleh pengunjung, taman bermain ini terdiri dari dua ruangan yaitu indoor dan outdoor, di ruang indoor terdapat berbagai macam mainan arcade dan ruang karaoke, sementara di outdoor lebih bervariasi, terdapat wahana ekstrem yang memacu adrenalin yang sudah dijamin keamanannya. Futa yang baru sampai itu langsung menarik tanganku dan menunjuk ke sebuah wahana roller coaster, "Onee-chan, ayo kita naik itu!"

"Eh jangan Futa, kamu masih kecil. Nanti kalau kamu terbang gimana?"

"Terbang? Emang Futa burung bisa terbang." katanya sambil mengepakkan kedua tangannya seperti sayap burung.

"Bukan begitu Futa, kita masih belum cukup tinggi untuk naik itu." jelas Kohei padanya.

"Yah .... yasudah deh, nanti saja kalau Futa sudah tinggi. Nanti Futa pasti lebih tinggi daripada onee-chan."

"Eh? Kata siapa?" tanyaku jahil.

"Kata Futa." jawabnya dengan sombongnya.

Setelah itu kami semua bermain di wahana yang sekiranya masih aman untuk anak kecil ini. Kami bermain tembak-tembakan air hingga wajah dan baju kami basah karena air, tapi selanjutnya anak-anak ini ingin bermain permainan yang lain lagi sesuai dengan keinginan mereka. Karena itu aku meminta Kohei untuk menjaga anak-anak yang lain saat bermain, "Baiklah onee-chan, aku akan menjaga mereka."

"Terima kasih banyak Kou-ni, nah Futa dan Yamato, kalian mau main apa?"

Yamato menunjukkan jarinya ke sebuah permainan yang cukup memacu adrenalin, ya sebuah wahana rumah hantu. Dari luar sih tidak terlihat seram karena masih siang hari, cuma di dalam pasti sangat gelap. Aku sempat menolaknya karena takut, "Ah kita main yang lain saja yuk, jangan main yang itu."

"Onee-chan takut ya?" tanya Futa.

"Eh, aku bukannya takut. Tapi kayaknya gak seru deh, mending main kereta kuda aja." elakku.

"Onee-chan memang penakut kok. Buktinya aja kalau lihat kecoa langsung teriak-teriak."

"Hush!" kataku refleks menutup mulut bocah itu dan menatapnya horor, "Baiklah, ayo kita masuk."

Sebuah kesalahan baru saja kulakukan, akhirnya aku bersama dengan bocah dua ini memasuki area menyeramkan itu. Baru juga mulai, sesosok wanita keluar dari sumur dan mulai berjalan menghampiri kami. Aku langsung berteriak dan mengajak mereka berlari, belum sampai disitu, makhluk-makhluk menyeramkan mulai mengagetkanku, teriakanku menggema di ruangan itu, tapi kedua anak itu malah tertawa. Entah karena mereka berniat menjahiliku atau karena senang dengan suasana menyeramkan itu, selang sepuluh menit akhirnya kami berhasil keluar dari wahana tersebut. Sambil mengatur nafas yang sempat tersengal, seorang petugas memberikanku sebuah foto yang sempat dia ambil saat di dalam wahana tadi.

"Ini untuk kenang-kenangan anda." katanya.

"Terima kasih." balasku, saat melihat foto tersebut, bukannya senang aku malah merasa fotoku yang ketakutan itu aneh.

"Onee-chan aku juga mau lihat." kata Futa, dan langsung kuberikan saja padanya.

"Hahaha, Yamato kamu lihat kemana?" tanya Futa sambil terbahak.

"Kamu juga, mukamu gak jelas tuh." balas Yamato.

"Wahaha muka onee-chan lucu."

"Hush, jangan lihat mukaku ah, Futa."

"Tapi emang lucu kok, tuh lihat, onee-chan lagi teriak karena takut."

Aku hanya membiarkan mereka tertawa terbahak-bahak melihat foto tersebut, tak lama aku pun teringat dengan ketiga anak yang sempat berpisah dengan kami. "Futa, ayo kita susul Kohei dan yang lain. Mereka pasti menunggu di tempat lain."

"Iya onee-chan."

Kami semua sepakat untuk menyusul mereka bertiga, dan benar saja ternyata mereka sudah menunggu di sebuah restoran yang tidak jauh dari sana. Berhubung juga sudah waktunya makan siang, aku mentraktir mereka untuk makan siang dengan menu yakisoba dan es krim. Mereka semua makan dengan bahagia dan lahap, aku bisa merasakan kebahagiaan yang terpancar dari wajah Futa. Keinginannya untuk bertemu dengan teman-temannya itu akhirnya terwujud juga, malah sepertinya aku merasa tak tega jika mereka harus berpisah dengan cepat.

***

Siang hari setelah makan kami pun pulang dari taman bermain itu, kelima anak itu langsung menuju ruang atas dan beristirahat di sana. Iryu yang menunggu di depan pintu masuk tersenyum saat melihat mereka, aku yang masih bingung dengan apa yang dikatakan olehnya semalam pun bertanya, "Iryu-san, bukankah anda bilang kalau Futa itu sibuk? Kenapa anda mengundang teman-temannya datang kemari?"

Iryu hanya tersenyum dan mulai menjawab, "Yah, walaupun aku bilang sebenarnya dia sibuk. Tapi sesekali mengundang temannya seperti ini bukanlah hal yang buruk. Aku kasihan juga melihatnya bersedih begitu."

"Jadi, anda menyadarinya juga Iryu-san?" tanyaku agak terkejut.

"Tentu saja (Y/n), sebagai orang yang sangat dia percaya aku harus memberikannya sedikit hadiah. Ya anggap saja ini sebuah balas budi karena dia sudah mau bekerja di sini."

Aku hanya mengangguk paham, "Lalu, bagaimana dengan Yamato? Bukankah dia juga rindu dengan keluarganya?"

"Dia tidak apa-apa, dia bisa menahan rasa rindunya itu dan memilih bermain bersama Futa. Baginya bersama Futa itu lebih dari cukup."

"Haha, ada-ada saja anak itu." tawaku.

"Nah, bagaimana kalau kita merayakannya dengan makan malam bersama? Dengan mereka juga tentunya."

"Boleh saja. Dengan Mashu-san juga."

"Kenapa mau mengajak dia?" tanyanya dengan tatapan jahil.

"Loh jangan begitu dong Iryu-san, nanti dia menangis bagaimana?"

"Hei, aku dengar ya!" kata Mashu yang tiba-tiba datang dan mengagetkan kami.

"Aku tidak akan menangis karena itu tahu."

"Hahaha, aku cuma bercanda. Ayo kita makan malam bersama."

"Ayo!!" sorakku. Hatiku sangat bahagia, begitu juga dengan Futa yang bisa bertemu dengan kawan-kawannya dan mendapat teman baru. Di sebuah ruang yang biasa kami gunakan untuk menyambut Futa di hari pertamanya datang, aku menyiapkan berbagai macam makanan dan minuman untuk lima anak itu. Mereka sangat terkejut karenanya dan dengan wajah yang senang menikmati pesta tersebut. Saat Futa sedang menyantap kue kejunya dia bertanya, "Kou-ni, apa kalian besok masih ada di sini?"

"Kenapa tanya begitu Futa?" tanyanya balik.

Futa hanya menggeleng, "Tidak Kou-ni, aku bertanya saja."

Kohei mengelus kepala Futa dengan lembut sambil tersenyum, "Aku tahu kamu masih kangen sama kami, masih mau main bareng dalam waktu yang lama. Aku masih di sini sampai tiga hari, memang tak lama tapi setidaknya itu cukup untuk mengobati rasa kangenmu."

"Tiga hari? Berarti sisa dua hari lagi ya?"

"Iya." angguknya, Futa tersenyum dengan puas, "Baiklah, tidak apa-apa. Tiga hari juga sudah cukup untukku. Lagipula aku tidak bisa memaksa paman Iryu untuk meminta kalian tetap tinggal di sini."

"Bagus, inilah Futa yang kukenal!" pujinya sambil mengusak rambutnya hingga berantakan.

***

Hari terakhir pun tiba, sebelum mereka bertiga kembali ke Nagasaki, Futa mengajak mereka untuk pergi ke taman bermain itu lagi. Katanya sebagai tempat perpisahan mereka sebelum kembali ke kampung halaman. Aku yang sedang senggang pun menemani mereka pergi ke Lucky Land sembari mengawasi kelima anak itu, Futa yang sedang senang pun melihat ke arah jendela mobil dan berbincang-bincang bersama temannya.

Sesampainya di taman bermain itu, aku sempat bertanya ingin menaiki wahana apa, tapi Futa menolak dan memilih untuk berjalan-jalan di sekitar taman sambil menikmati pemandangan kebun yang indah dan sejuk. Keempat temannya berjalan lebih dulu sementara dia di belakang, tepatnya di sampingku, aku yang penasaran dengannya pun kemudian bertanya, "Futa, kenapa kamu memilih jalan-jalan?"

"Aku ingin menikmati hari terakhir bersama mereka dengan tenang, onee-chan. Kalau pertemuan kami sudah diisi dengan menguras tenaga, kali ini perpisahannya ingin ku nikmati secara perlahan."

"Memang kamu sudah tidak kangen lagi dengan mereka?"

"Masih, tapi aku harus merelakan mereka demi pekerjaanku. Aku kemari untuk menjadi rapper, dan itu adalah pilihanku sendiri. Aku tidak bisa egois hanya karena memilih untuk bersama mereka."

Aku terkejut mendengar perkataan darinya, benar-benar sangat berbeda dari Futa yang aku kenal, dia bukan anak kecil yang manja, dia anak yang sangat bijak. Aku kagum dengan sosoknya ini, dia seperti menasihatiku dengan caranya yang halus itu. Teriakan dari keempat anak itu terdengar memanggil namanya, anak itu langsung menghampirinya dan bercanda ria seperti biasa. Menjelang siang, kami kembali untuk mempersiapkan kepulangan tiga anak itu, tiket dari Tokyo - Nagasaki telah dipesan untuk perjalanan ini. Di depan gedung Sea Sky, seorang supir akan mengantar mereka ke stasiun kereta telah menunggu di dekat mobil sambil membawa tas mereka.

Futa yang telah siap berpisah bersalaman dengan Kohei, "Terima kasih ya sudah datang kemari. Aku senang bertemu dengan kalian."

"Sama-sama, aku juga senang bertemu denganmu, Futa."

"Huhu .... aku masih mau bersama Futaaa ...." tangis Aoi yang kepalanya ditepuk-tepuk oleh Misaki.

"Jangan menangis Aoi, nanti kita kan bisa bertemu dengan Futa lagi."

Kedua orang itu hanya tersenyum melihat bocah surai pink ini menangis, Yamato yang berdiri di samping Futa pun ikut tersenyum. Mobil sudah hampir berangkat, sebelum itu mereka berempat berpelukan, "Jaga dirimu baik-baik, Futa."

"Tentu Kou-ni."

"Hati-hati." ucap Yamato.

"Ya, kalau begitu kami berangkat dulu. Aku akan mengirim surat saat tahun baru!"

"Baiklah, kutunggu!"

Ketiga anak itu masuk ke mobil dan melambaikan tangan sebagai ucapan selamat tinggal, Futa menarik nafas panjang dan tersenyum. Kini hatinya lega karena sudah bertemu dengan teman-teman lamanya, Yamato yang menyadari temannya tersenyum bahagia juga ikut tersenyum.

"Ayo Yamato, kita kembali ke dalam."

"Ya." katanya dan masuk ke gedung.

***

1 Januari, tiga amplop dengan warna yang berbeda dari Nagasaki ditunjukkan untuk Futa. Aku yang memberikan surat itu padanya, dan dia sangat senang. Dengan mengajakku dan Yamato, dia pun membacanya.

-----------------------------------------------------------
Untuk Futa
Nagasaki, 29 Desember

Futa, bagaimana kabarmu? Aku yakin kamu pasti baik-baik saja, padahal baru kemarin kita bertemu tapi aku sudah mengirim surat seperti ini, haha :D. Aku senang bisa menghabiskan waktu bersamamu dan jalan-jalan di taman bermain itu, aku berharap bahwa kita bisa menikmati tahun baru dan merayakannya di sana, tapi hanya tiga hari ya .... ya sudah tidak apa-apa deh.

Aku harap kamu bisa menjaga dirimu baik-baik, aku percaya pada (Y/n) onee-chan dan semua orang di tempatmu akan menjagamu dengan baik selagi kami tidak ada di dekatmu. Tapi yakinlah, kami selalu ada saat kamu senang dan sedih, Futa. Dan aku harap kita bisa segera bertemu lagi.

Dari
Kou-ni
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Untuk temanku, Futa
Nagasaki, 29 Desember

Futaaaaa!!!! Gara-gara kamu mataku jadi bengkak karena menangisimu tahu! Ya, aku akui kalau aku memang kangen padamu! Tapi hanya tiga hari saja, itu belum cukup untukku. Ah, tapi sudah aku obati kok jadi tidak terlalu sakit. Aku tidak menyangka waktu bertemu dengan teman barumu itu, si Yamato. Kalau kamu, dia dan Misaki sudah bergabung kupikir kalian akan tenang-tenang saja, nyatanya malah makin parah, haaah ....

Untung saja Kou-ni tidak marah, jika dia marah kamu tahu kan apa yang akan terjadi? Ya sudah, segini saja surat dariku. Jangan lupa makan dan tidur yang cukup, aku mengkhawatirkanmu dari sini, ingat itu! Oke, sampai jumpa.

Dari
Aoi.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Untuk Futa
Nagasaki, 29 Desember

Aku sebenarnya dipaksa nulis loh sama Kou-ni, padahal aku sudah bilang kalau mau kirim surat satu saja seperti waktu natal. Tapi kata Kou-ni, "Kamu itu harus nulis sesuatu untuk temanmu!" begitu, mana matanya sambil berapi-api lagi, kan serem.

Oh iya, si Yamato temanmu itu asik juga ya, walaupun lebih banyak ngeselinnya sih hehe ... Aku juga kangen sama kamu Futa, aku seneng bisa ke sini bareng Kou-ni dan Aoi. Awal aku denger kita bakal ke Tokyo aku sempat kaget dan bilang, 'Serius? Ini bukan mimpi kan?". Satu lagi, aku juga rasanya pengen jadi rapper keren kaya kamu, lihat di tv tuh rasanya bikin aku merinding, kamu memang hebat!

Sudah ya, aku tidak tahu mau tulis apalagi, tanganku juga sudah capek. Ini aku nulisnya sambil diliatin Kou-ni loh, yaudah ya, sampai nanti lagi, bye!

Dari
Misaki
-----------------------------------------------------------

Senyum terukir di wajahnya, aku sempat tertawa karena isi surat dari mereka malah lebih berisi curhatan hati, Yamato pun berpikiran sama denganku. Tapi bagi Futa, surat dari temannya itu adalah hadiah yang sangat indah untukknya, dia memeluk ketiga surat itu, "Terima kasih untuk waktunya yang berharga ini Tuhan, aku tidak akan melupakan kenangan indah ini bersama mereka."

The End.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top