2

Kenanga masuk kedalam taksi berwarna biru. Setelah terlebih dahulu menyerahkan payung kepada gadis kecil yang mengantarnya.

"Sel, mbak jalan dulu ya" pamitnya kepada gadis kecil yang mengantarnya. gadis kecil itu mengangguk sambil tersenyum.

"Hati hati ya mbak Nanga" jawab gadis kecil yang bernama Sella itu.

Kenanga segera menutup pintu taksi sambil menyebutkan tujuannya kepada sang supir. Kemudian menggeser duduknya agar tepat berada dibelakangnya. Dia terus memandang mobil berwarna hitam dan berkaca gelap yang berada di depan taksi yang ditumpanginya. Ada perasaan khawatir yang menghinggapi. Kalau tidak salah tadi dia melihat ada lensa kamera dari balik jendela yang sedikit terbuka dan mengarah kepadanya.

Gadis itu menghela nafas dalam dalam. Mama sudah sering mengingatkannya untuk menggunakan supir. Tapi karena dari kemarin dia ada janji dengan sahabatnya Tia akhirnya dia menolak. Kan tidak lucu kalau dengan tujuan yang sama tapi harus membawa dua mobil. Ternyata jadwal Tia mengajar tidak dapat diselesaikan hari ini. Tiba tiba ada telepon dari ibunya yang memintanya untuk pulang cepat. Jadilah kenanga harus pulang sendirian menggunakan kendaraan umum.

Semenjak papa naik jabatan di kepolisian memang sering terlihat beberapa orang mengikutinya dari jauh. Tapi kemudian papa menjelaskan bahwa mereka adalah para ajudan yang ditugaskan untuk mengawasinya. Karena jabatan sang papa saat ini memang sangat strategis, sehingga bisa saja keluarganya menjadi incaran dari orang orang yang tidak suka. Wicaksono sengaja tidak meminta ajudan berada di dekat putrinya karena khawatir dengan privasi gadis itu.

Kenanga kembali menghela nafas kuat sambil memegang erat tas yang ada dipangkuannya. Dalam hati ia berharap agar ajudan papanya tetap berada di sekitarnya. Dia tidak bisa membayangkan kalau hidupnya harus berakhir ditangan penculik. Seperti yang sering dia lihat diberita kriminal akhir akhir ini. Mobil hitam itu masih berjalan lambat. Mungkin karena macet sore ini. Namun akhirnya dia boleh merasa lega ketika di persimpangan mobil itu berbelok ke kanan sementara taksinya harus berjalan lurus.




Kenanga pov

Namaku Kenanga Maria Wicaksono. Keluargaku memanggilku Kenanga. Nama terakhir adalah milik papaku. Namun jarang sekali ku gunakan. Karena papa sangat tidak suka kalau anak anaknya kemudian menyalah gunakan nama besarnya. Karena itu aku selalu menyingkat nama terakhirku. Aku anak bungsu dan satu satunya perempuan. Papaku seorang petinggi di kepolisian. Jabatannya membuat ia sering tampil di televisi dan jarang berada di rumah. Papa tidak pernah banyak bicara tapi sangat tegas.

Sementara itu mamaku adalah perempuan yang sangat cantik. Dulu ketika masih gadis pernah menjadi salah satu pemenang kontes putri kecantikan. Mungkin karena itu papa harus berjuang mati matian untuk mendapatkan mama. Walau ketika itu banyak saingan dan eyang kakung sangat tidak setuju. Akhirnya papa berhasil meluluhkan hati kedua orang tua mamaku. Setelah papa menyelesaikan masa ikatan dinasnya di kepolisian. Dan jabatanya perlahan membaik. papa resmi melamar mama. Mama tidak bekerja lagi setelah menikah. Selain karena mengurus kami, ini disebabkan juga karena papa sering berpindah tugas. Dan sebagai istri seorang abdi negara mama wajib mendampingi papa.

Kalau mama sedang mendampingi papa bertugas. Eyang putri dari pihak mama akan selalu menjaga kami. Eyang juga gak kalah cantik dengan mama. Eyang selalu lembut dalam bertutur kata dan menyayangi semua cucunya. Masakan eyang juga selalu enak. Aku dan beberapa sepupu perempuan belajar memasak dari eyang setiap minggu sore. Selain harus bisa memasak kami para cucu perempuan juga wajib pandai menari dan berbicara dalam bahasa jawa yang halus.

Kedua kakakku laki laki. Yang pertama mas Dipta. Sudah menikah dengan mbak Tasya. Tinggal di hongkong. Karena memang bertugas di konjen. Dan yang kedua mas Digta. Belum menikah tapi memilih tinggal di apartemen tidak jauh dari kantornya. Sudah bekerja malu numpang sama orang tua katanya. Jadilah di rumah hanya aku dan eyang yang menjadi penghuni resmi. Papa dan mama lebih sering tinggal di rumah dinas.




***



Kenanga pov

"Ma" Aku berteriak memanggil mama ketika masuk kedalam rumah. Waktu turun tadi aku melihat mobil mama di halaman.

"Hei, anak gadis mama sudah pulang?" Sambut mama

"Udah ma, papa belum pulang?" Jawabku sambil mencium tangan dan pipi mama

"Belum, lagi konfrensi pers. Mendampingi pak Kapolri."

Jawaban singkat mama sudah menjelaskan bahwa setelah ini papa akan pulang malam. Karena akan ada rapat atau pertemuan. Sudah hal biasa kalau papa pulang larut malam atau malah menjelang pagi.

"Hari ini ngapain aja?" Pertanyaan standar mama kalau kamu baru bertemu.

"Biasa, kuliah. Abis itu ke panti ngajar. Oh iya bulan depan ada pentas seni. Mama usahain dateng ya."

"Oh ya? Kasih tahu tanggalnya jauh hari ya Nga. Mudah mudahan mama bisa dateng. Takutnya bentrok dengan jadwal papa"

"Mama ih, masak sih papa udah tua didampingin terus. Sesekali dampingin aku kek" rajukku sambil tersenyum jahil.

"Kan udah tugas mama sebagai istri polisi. Kamu dah hapal kok masih nanya. Nanti kalau mama ngintilin kamu terus, malahan diprotes kayak dulu" jawab mama sambil tertawa kecil. Sementara itu aku hanya cemberut mendengar jawaban mama.

"Ngajar apa sekarang anak gadis mama?"

"Masih bahasa inggris, sama kadang kadang ngajar di kelas kreatifitas"

"Kuliah kamu?" Lanjut mama

"Biasa, dah semester tujuh. Mudah mudahan tahun depan lulus. Doain ya ma biar cepet jadi dokter. Bosen kuliah melulu" jawabku.

"Kan kamu yang minta kuliah di kedokteran. Gak boleh bosen ah. Siapa yang bilang dari dulu kalau cita citanya mau menolong orang" timpal mama.

Aku hanya mengangguk. Sambil merebahkan kepala di paha mama. Rasanya menyenangkan sekali. Karena sangat jarang kami bisa begini. Lama kami mengobrol sampai akhirnya mama bertanya

"Nanga sudah makan?" Tanya mama

"Siang udah, di panti tadi. Malam belum, Mama?" Tanyaku kembali.

"Sama, mama juga belum. Makan diluar yuk. Mama pengen makan ayam goreng kremes kesukaan papa. Cuma kita berdua jadi mama tadi malas masak. Eyang kan lagi ke rumah ommu. Membicarakan rencana pernikahan mbakmu Sisil"

Sisil adalah kakak sepupuku yang sebentar lagi akan menikah.

"Ya udah ma, tapi Nanga mandi dulu ya" jawabku sambil bangkit dari pangkuan mama

"Ok, mama tunggu. Jangan lama lama ya" Jawab mama sambil tersenyum.

"Sip" balasku sambil berjalan menuju kamar.

***


Bima pov

Aku mengedarkan pandangan mencari meja kosong. Tapi nampaknya malam ini sangat penuh. Atau mungkin karena kedatanganku yang tepat pada jam makan malam. Malam ini aku memilih makan malam disebuah rumah makan khas Jawa. Dengan ayam goreng kremes sebagai menu andalan mereka. Tempat ini juga terkenal dengan sambalnya yang sangat enak. Mungkin karena itu setiap malam selalu penuh.

Akhirnya setelah agak lama menunggu ada pengunjung yang duduk disudut berdiri. Aku bergegas menghampiri meja tersebut. Sebelum duduk aku meminta pelayan membersihkan meja. Lalu aku memesan makanan pilihanku. Seporsi ayam goreng ditambah segelas jus jeruk nipis dingin tanpa gula. Aku memang bukan penyuka makanan manis.

Tidak lama pesananku datang. Aku bergegas menyantap, karena setelah ini aku harus segera ke klub. Biasanya jam seperti ini aku sudah ada disana. Bekerja di ruang pribadiku. Sebuah tempat nyaman yang berada dibawah tanah.

Ketika sedang makan tiba tiba pandanganku terpaku pada dua orang perempuan yang baru masuk. Perempuan itu... ya aku tidak salah. Perempuan yang tadi sore keluar dari gedung panti asuhan. Tanpa sadar jantungku berdetak lebih kencang.

Secepat inikah aku harus bertemu kembali dengannya? Aku berusaha menenangkan detak jantungku. Perempuan itu datang bersama dengan seorang wanita paruh baya yang sangat anggun. Mereka terlihat mengobrol sambil tertawa dan bergandengan tangan. Tampaknya tebakanku bahwa ia adalah salah seorang penghuni panti asuhan adalah salah. Tampilannya menunjukkan ia tidak.berasal dari level tersebut.

Entah apa yang mereka bicarakan. Wajah mereka sangat mirip, kutebak perempuan setengah baya itu adalah ibunya. Beruntung mereka langsung mendapat tempat duduk tak jauh dari mejaku.

Aku kembali berusaha fokus pada makananku. Tidak ingin dia tahu kalau aku memandanginya tanpa berkedip. Tugas mata sudah diambil alih oleh ponselku. Aku menghidupkan mode video. Dan berharap rekaman aktifitasnya akan menemaniku malam ini. Aku beruntung, ponsel ini bisa merekam dalam ruang kurang cahaya dengan baik tanpa harus menggunakan cahaya tambahan. Rasanya tidak etis juga kalau sampai ketahuan mengambil video orang lain secara diam diam. Dan satu lagi keberuntunganku. Posisi duduk disudut membuat tak ada yang mengetahui apapun yang sedang kurekam.

Aku membayar pesananku setelah selesai makan. Sengaja aku melewati tempat duduk perempuan itu. Dari belakang tubuhnya samar aku mencium aroma lembut parfum. Kombinasi antara buah dan bunga terasa manis di indra penciumanku. Berada dalam jarak sedekat ini saja sudah sukses membuat jantungku bekerja keras. Bagaimana kalau aku berhasil mengajaknya berkencan? Mudah mudahan aku tidak pingsan duluan kalau hal itu terjadi.

Aku yakin malam ini perempuan itu mampu membuatku sulit tidur. Kalaupun bisa tidur aku berharap ia bersedia mengunjungiku dalam mimpi. Walau terdengar mustahil, mengharap boleh saja kan? Kulangkahkan kaki menuju tempat parkir. Dengan hati hati kukendarai mobilku menuju klub. Meninggalkan separuh hatiku disana.



12/09/17

09.04.19

Maaf untuk typo

Happy reading.......

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top