Bab 8 Inikah yang dinamakan Cinta Lama Belum Kelar?
Assalammualaikum semuanya,
sekar kembali lagi membawa bab yang terupdate untuk hari ini.
Happy Reading semuanya, jangan lupa tinggalkan vote dan follow biar bisa dapat notifikasi selalu. ❤️❤️❤️
~~~~~~~~~~~~~~~
Ternyata dunia sangat sempit, sejauh apapun kita pergi menghindar. Namun takdir mempertemukan kita kembali dengan versi lebih baik, aku sudah menunggu waktu itu tiba
~ Adnan
Semenjak sampai di kantor tadi pagi hingga menjelang siang, Azzura selalu saja mengutarakan kekesalannya pada Adzkiya. Hingga salah satu office boy dan anak magang diruangan menjadi sasaran kemarahannya, ingin sekali Adzkiya menjahilinya namun pekerjaan kali ini sangatlah membuat dirinya fokus.
Ingin sekali Adzkiya mengumpat karena kupingnya panas mendengar ocehan Azzura, ia menyumpal kupingnya dengan headset. Azzura yang melihat temen kerjanya malah memakai headset langsung berjalan meninggalkan ruangan, sasarannya saat ini adalah menenangkan diri dengan bercerita pada Allah.
"Kesialan apalagi yang akan terjadi hari ini," monolognya saat berjalan menuju lorong mushola.
Adzkiya yang baru selesai membackup data dari tahun 2015 akhirnya bisa bernapas lebih lega lagi, punggungnya terasa sakit ditambah matanya yang pegal melihat layar monitor pc sejak tadi pagi. Sudah jam setengah sebelas siang ternyata, rasa lapar dan haus membuatnya memutuskan untuk belanja di minimarket yang tidak jauh dari kantornya.
Mungkin ia akan menulis catatan kecil di meja Azzura jika mencarinya, sepertinya cuaca siang ini sangat tidak mendukung. Adzkiya membuka pintu minimarket, pandangan pertama yang dia lihat adalah seorang kasir tengah menatapnya sambil mengucapkan selamat siang. Langkah kakinya menyusuri setiap lorong, tujuannya saat ini adalah lorong drink dan food, tangannya membuka gagang pintu namun kalah cepat dengan tangan seseorang.
Adzkiya langsung menundukkan pandangannya, "Silahkan Kak, untuk mengambil barangnya terlebih dahulu," ucapnya.
"Sebaiknya wanita terlebih dahulu, saya bisa menunggunya!"
Adzkiya hanya mengangguk tanpa melihat orang yang berada di hadapannya lalu tangannya meraih satu botol coffe dan air mineral, tidak lupa dirinya mengucapkan terimakasih sebelum meninggalkan lorong drink. Saat di lorong snack ia tidak sengaja mendengar pembicaraan seseorang, dengan rasa penasaran Adzkiya melihat siapa yang sedang berbincang itu. Langkah kakinya tertahan ketika menatap wajah yang sangat tidak asing, ingin sekali ia langsung menyapa namun ia tahan sebisa mungkin.
Adzkiya buru-buru langsung menuju kasir dan membayar belanjaannya, setelah selesai dengan traksaksinya. Hujan rintik-rintik turun membasahi bumi, Adzkiya hanya bisa mengumpat dalam hati. Ia berjalan kearah pintu minimarket lalu keluar, jantungnya berdetak dengan tidak normal.
Seseorang memberikan payung lipat, tatapan keduanya beradu. Pipinya merona merah, perhatian kecil namun membuat buncah bahagia, "Terimakasih, Kak. Sebaiknya dipakai saja oleh Kakaknya," ucapnya.
Namun lelaki dihadapannya itu menggeleng dengan tegas, "Jangan biarkan kamu sakit karena hujan, memang saat hujan berhenti nantinya akan membawa keindahan dengan adanya pelangi. Namun hujan juga bisa membuat hati lebih tenang ketika sedang ada masalah, salah satunya ketika kita berlari kea rah hujan dan menyembunyikan sebuah luka," ujarnya dengan menatap kearah langit yang diguyur hujan.
"Kakak Adnan sangat benar, hujan bisa membawa kebahagiaan dan kesedihan dalam waktu yang sangat singkat."
"Apakah saya mengenal kamu sebelumnya, wjahmu sangatlah tidak asing?" tanyanya.
"Adzkiya Naila Taleetha, seorang siswi yang memiliki prestasi di PMR dan seorang ketua seksi bidang di Osis SMKN 4 Bogor," ucapnya memperkenalkan diri.
"Masyaallah, apakah kamu sahabat dari Alma? Kalau tidak salah nama panggilan atau nama tenar kamu Naila kan?" tanya Adnan dengan mengingat seseorang yang membuatnya penasaran.
"Iya, betul, panggil saja Adzkiya."
"Kalau kakak maunya panggil Naila bagaimana? Biar berbeda dengan yang lain, atau mungkin itu adalah nama panggilan kamu untuk orang yang special?"
"Suka-suka hati kakak deh, oh iya sepertinya sudah waktunya Kiya untuk kembali ke kantor," pamitnya saat melihat hujan sudah mulai reda.
"Tunggu! Bolehkah, kakak meminta nomer ponselmu. Takutnya jika suatu saat kita dipertemukan kembali dengan versi yang lebih baik," ucapnya menghentikan langkah kaki Adzkiya, lalu ia memberikan ponselnya agar Adzkiya langsung mensave nomernya.
Adzkiya memberikan kembali ponsel milik lelaki di hadapannya, "Sudah Kak, aamiin, kalau begitu Kiya pamit dulu engga enak kalau lama-lama keluar kantor, assalammu'alaikum." Setelah mengucapkan salam, Adzkiya langsung meninggalkan minimarket tersebut.
"Waalaikumussalam,hati-hati Kiya nanti akan kakak hubungi ya," ucapnya dengan senyuman.
Adnan melihat kepergian Adzkiya dengan senyuman, ia berjalan menuju parkiran motor. Tangannya meraih helm lalu memejamkan mata merampalkan doa, "Semoga Allah mentakdirkan kamu untuk menjadi pelabuhan hatiku Nai. Ijinkan Kakak meminjam namamu untuk disandingkan dalam sujud terakhirku," lirihnya.
****
Usai mengucapkan salam, Adzkiya langsung memasuki ruangan kerja. Ia menaruh belanjaannya diatas meja, Azzura yang melihat sahabat sekaligus kakak kesayangannya belanja langsung merebut barang bawaannya. Adzkiya sudah terbiasa dengan tingkah laku Azzura, dengan jahilnya ia mengacak-ngacak rambut Azzura yang tertutup pashmina.
Tanpa diminta Azzura membuka ciki dan susu uht, rasa haus sudah tergantikan dengan melepaskan dahaga. Azzura menatap Adzkiya yang sibuk dengan ponselnya, tidak biasanya dijam kerja sahabatnya itu memainkan benda pipih tersebut.
"Tumben, Kak, biasanya kalau jam kerja paling anti main ponsel?"
"Lagian kerjaan sudah selesai kok, eh iya cemilannya jangan dihabiskan jam makan siang masih satu jam lagi!" perintahnya.
"Yaelah, Kak, lagi pula Zura cuman ambil ciki ini aja kok. Lagi chattingan sama siapa sih?" tanya Azzura dengan kepo.
"A-anu,, aduh gimana ya jawabnya," ucapnya gerogi.
"Ko jadi gerogi gitu sih, sini coba liat!" Azzura langsung merebut ponsel Adzkiya dan membaca isi chatting.
My Crush
Assalammualaikum, Nai,
Ini nomer Kakak, semangat ya kerjanya dan jangan lupa kewajiban kamu sebagai seorang muslimah dikerjakan, sampai bertemu di kemudian hari yang telah allah siapkan.
Adzkiya
Wa'alaikumussalam, iya Kak Adnan, izin Kiya save ya.
Itu sudah pasti akan dilaksanakan, lagi pula kalau dikerjakan mendapatkan dosa.
Alhamdulillah kalau kamu ingat,
Hm, engga apa-apa kan kalau Kakak memanggil Naila?
Adzkiya
Sebenarnya sedikit tidak nyaman, karena sahabat Kiya dan keluarga memanggil dengan nama depan bukan nama tengah hehehe.
Tapi jika Kak Adnan nyaman dengan nama panggilan itu, Kiya tidak masalah
Terimakasih karena sudah mengijinkan Kakak memanggil dengan nama Naila,
Baiklah semangat ya.
Azzura tersenyum setelah membaca isi chatting, ingin sekali dirinya meledek Adzkiya yang saat ini mukanya sudah merah entah karena malu atau bahagia. "Oh, jadi sekarang udah main sembunyi-sembunyi sama sahabatnya sendiri. Siapa sih sosok My Crushnya Kak Kiya, boleh nih akhir pekan ini kita ketemuan," ajak Azzura.
"Ih, apaan sih, lagian bukan siapa-siapa kok, cuman hanya sebatas temen saja. Udah sana kerja lagi, inget loh ada surat keluar yang harus kamu selesaikan hari ini juga!" perintah Adzkiya dan merebut kembali ponselnya.
"Kenapa pakai acara diingetin kerjaan yang belum beres coba Kak Kiya, lütfen bir kez yardım edin," ucapnya dengan wajah memelas.
"yapamazsın, kendin denemek zorundasın."
"sonunda türkçe konuşabildim," ucapnya dengan raut bahagia.
Adzkiya menatapnya jengah, "Kakak belajar otodidak saat mendengarkan percakapan kamu dengan kedua orang tuamu, awalnya merasa sangat asing ketika seseorang berbicara dengan bahasa yang berbeda. Tapi dengan perlahan ikutan les private, baru sekitar enam bulan," ucapnya dengan senyuman.
"Baiklah, bagaimana kalau sekarang kita berbicara dengan bahasa turki saja?" ajaknya.
"No, jangan sampai orang lain menatap kita aneh. Sudah sana kembali bekerja!"
"Tamam, sorun yok." Azzura langsung menatap monitor pc untuk kembali bekerja, ingin sekali hari ini bebas dari tugas negara. Namun dirinya pasti akan dimarahi oleh Adzkiya, apalagi sahabatnya itu adalah salah satu senior di ruangan. Semoga saja hari cepat berlalu, agar dirinya bisa cepat pulang kerumah untuk kembali mengistirahatkan tubuhnya.
Menit terus berlalu hingga terganti oleh jam, azan berkumandang memberikan peringatan untuk segera melaksanakan panggilan yang maha kuasa untuk mengerjakan kewajiban sebagai seorang muslim. Adzkiya yang baru saja selesai menyusun agenda rapat dinas langsung berjalan menuju lemari filling cabinet dimana disimpannya mukena kesayangannya.
Azzura meraih botol minum yang berada di atas meja, tatapannya tertuju pada jam yang bertengger di tembok. Senyumannya menghiasi wajah cantik Azzura, bahagianya ketika menyambut jam makan siang. Terbebas selama kurang lebih satu jam dari pekerjaan, ia langsung menghampiri Adzkiya yang sedang mengganti sepatu dengan sendal yang tersedia.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top