BAB 6 PENOLAKAN
hai reader kesayangan,,
gimana nih di bab sebelumnya menurut kalian, semoga di bab ini kalian lebih terhibur ya. hm.. penasaran engga sih dengan sosok wildan ramadhaniel, makin menarik nih kalau adnan stalking medsosnya gadis pendiam.
so buat kalian jangan lupa komentar dan likenya ya, gratis loh hehehe.
Oh iya berhubung kemarin penulis kesayangan kalian lagi ulang tahun, boleh kok kalian kasih ucapan bentuk video diposting di Instagram masing-masing + tag Instagram sekar_puji_indriaswati dan storry_sekarpuji07. 🤭
🌷🌷🌷🌷🌷
Malam semakin larut, Om Eldar pamit untuk pulang kepada keluarga Abi Harrist. Ummi dan kedua Adzkiya mengikuti Abi untuk mengantarkan Om Eldar ke depan rumah, sementara ia hanya diam di ruang tamu sambil membuka aplikasi instagram. Mungkin dengan menstalking salah satu instagram milik penyanyi asal Yogyakarta akan membuat dirinya lupa soal perjodohannya.
Tiba-tiba bunyi notifikasi muncul di instagram miliknya, ada salah satu akun instagram yang memfollow dirinya. Dengan penasaran Adzkiya langsung mengklik akun tersebut, namun tatapannya tertuju pada 1 nama yang menurutnya tidak asing. Akun instagramnya di private, membuat ia sangat penasaran.
Adzkiya langsung mengeluarkan aplikasi berwarna hijau, dia ingin memberitahukan kepada sahabatnya. Ia mencoba merangkai kata bagaimana cara menjelaskan awal mulanya pada mereka, jantungnya saat ini seperti marathon. Jika memang pemilik akun itu adalah orang sama dengan lelaki yang pernah menjadi pujaan hatinya semasa sekolah, maka Allah telah mempertemukan dia kembali dengan versi yang berbeda.
My best friend
Adzkiya
Hai friends
Alma
Iya kenapa kia ?
Azzura
Sepertinya ada yang ingin disampaikan, jangan-jangan ada apa hayo ?
Kiara
Zura, diam dulu mulutnya! Jangan banyak omong dulu, dengerin penjelasan orang baru kamu berkomentar.
Adzkiya hanya menghela napas ketika membaca balasan dari sahabatnya, apakah ini adalah keputusan yang tepat. Jika memang iya, semoga saja salah satu dari mereka ada yang mengenalinya. Ia mengeluarkan aplikasi chat lalu membuka instagram untuk kembali melihat dengan teliti siapa lelaki itu, setelah menscreenshot poto yang diposting dari akun Al-faaris. Adzkiya langsung mengirimkan poto ke aplikasi chat grup, ia menunggu respon dari sahabatnya.
Adzkiya
*send picture*
Kalian ada yang kenal dengan cowok ini engga, sebenarnya tadi ada notifikasi di salah satu akun medsos Kiya. Nah cowok ini memfollow akun Kiya, nama pemilik akun sangat tidak asing di telinga Kiya. @Al-Faris_Adnan, coba deh kalian cek!
Kiara
Sebentar Ki, bukannya itu lelaki incaran kamu selama sekolah ya? Dia kan salah satu anggota osis juga, anak rohis dan futsal. Omg, jangan bilang kamu lupa, Ki!
Alma
Bu.. bukan ko, Kiara. Kamu salah liat kali, perhatikan baik-baik deh. Wajahnya sangatlah berbeda!
Adzkiya
Ih, ko kalian malah jadi rebut. Kalau memang dia lelaki yang pernah Kiya incar, tapi ko berbeda banget ya. Lebih ganteng yang sekarang deh hehehe.
Azzura
Buat Zura saja Kak, lebih cocok kayaknya. Kak Kiya nanti Zura kenalkan sama seseorang yang sangat pantas menjadi pendamping hidup, muka blasteran, seorang hafiz Qur'an, pemilik caffe juga. Cocok banget deh.
Adzkiya
No, please ya jangan bahas perjodohan lagi. Udah cukup Abi menjodohkan dengan lelaki yang tidak dikenal, apa jadinya kalau menikah nanti. Rasa cinta engga ada, apalagi rasa sayang dan kagum, No!
Mata Adzkiya sudah merasa lelah, ia menyimpan ponselnya diatas nakas dan tidak lupa untuk mencharger agar besok batrainya full. Rutinitas sebelum tidur, Adzkiya selalu menyempatkan untuk mencuci muka dan mengambil air wudhu. Sudah menjadi kebiasaan sejak umurnya berusia delapan tahun, setelah membersihkan dirinya Adzkiya langsung membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur.
****
Suara deru mesin mobil yang baru saja terparkir di garasi, membuat wanita paruh baya menyambut cucu semata wayangnya. Semenjak kepergian mendiang putri kesayangannya, wanita itu merawat cucunya dengan penuh rasa cinta dan memberikan kasih sayang layaknya anak. Langkah kaki memasuki mainson milik kediaman Orlem, dengan mimik muka datar. Salah seorang maid menghampiri pewaris tunggal keluarga Orlem.
"Torunum, Rama, günün nasıldı? (Cucuku, Rama, bagaimana harimu?" tanya wanita paruh baya.
"Büyükanne, bugün çok yorucu (Oma, hari ini sangatlah melelahkan)." Wildan langsung duduk di sofa mewah milik keluarganya, sedangkan Oma memerintahkan maid untuk melepaskan sepatu cucunya, Wildan melintingkan kemeja lengan panjangnya hingga sebatas sikut.
"Sadece dinlenmelisin, zamanı unutmak için baban gibi olma. Sağlığını unutma, büyükannem torunumun hastaneye kaldırılmasını istemiyor! (Sebaiknya kamu istirahat saja, jangan seperti papahmu sampai melupakan waktu. ingatlah kesehatanmu, oma tidak ingin cucuku sampai masuk rumah sakit.)" ucap Oma dengan tegas.
"Oma canım, sakin ol torunun hastalanmayacak. o sinir bozucu yaşlı adam nerede? (Oma sayang, tenanglah cucumu ini tidak akan jatuh sakit. dimana pria tua menyebalkan itu?" tanya Wildan sambil mencari keseluruh penjuru mansion.
Oma Alzena hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap keras kepala cucunya, sejak kepergian alm. Zehra putrinya. Wildan menjadi sosok lelaki yang cuek, bahkan dingin. Jangankan kepada Bodyguard, Maid, bahkan kepada papahnya sendiri.
"Babanla soğuk savaşa daha ne kadar devam edeceksin? (Sampai kapan kamu terus berperang dingin dengan papahmu?)"
"Bu mümkün olmayacak çünkü annenin ölümüne bencilliği sebep oldu. (tidak akan mungkin, karena kematian bunda diakibatkan oleh keegoisannya)."
Tanpa mereka berdua sadari, seorang pria setengah baya sudah berdiri di pintu masuk mansion. Dua orang maid menghampirinya untuk membantu tuan besar, pria itu berjalan menuju kearah kedua orang yang dicintainya. Wajahnya sangatlah persis dengan putra semata wayangnya, namun karakter mereka berdua berbeda.
"Yani hala o yanlış anlaşılma var, Rama? (Jadi kamu masih menyimpan kesalah pahaman itu, Rama?)" tanyanya pada Wildan.
Bukannya menjawab pertanyaan Wildan malah berdiri lalu mencium pipi Omanya, "Büyükanne, bugün çok yorgun hissediyorum. sonra rama önce odaya gider iyi geceler. (Oma, rasanya hari ini sangat lelah sekali. kalau begitu rama masuk kamar dulu, selamat malam.)"
"Rama, baba seninle konuşmak istiyor! (Rama, papah ingin berbicara denganmu!)" "Oma, söyle ihtiyar torunun çok uykuluysa geç oldu fazla konuşmanın sırası değil (oma, katakan pada pria tua itu jika cucumu ini sangatlah mengantuk, ini sudah malam bukan waktunya banyak berbicara.)"
Wildan langsung berdiri dan meninggalkan kedua orang berbeda usia, Eldar yang baru saja akan menyusul putranya namun ditahan oleh ibu mertuanya. Gelengan kepala Alzena membuat lelaki setengah baya itu mengurungkan niatnya, sudah hampir 14 tahun sikap Wildan menjadi lelaki yang cuek dan ketus terhadap dirinya. Kesalah pahaman masih saja menjadi jurang pembatas antara anak dan orang tua.
Harus dengan cara apalagi Eldar menjelaskannya, semoga cepat atau lambat ia dan putra semata wayangnya akan akur kembali. Eldar sudah berjanji pada mendiang istrinya jika ia akan memberikan cinta dan kasih sayang pada putranya, demi menebus masa kecil Wildan yang kekurangan kasih sayang dari seorang ayah.
****
Bunyi alarm diponsel seorang wanita membuat dirinya terbangun ditengah malam, rasa haus dahaga. Ia bangun dan duduk bersandar di dipan, untuk mengumpulkan nyawa. Matanya menatap jam diatas nakas, dirinya merasa aneh sekali tidak biasanya bangun di tengah malam.
Adzkiya memutuskan untuk mengambil air wudu, mungkin dengan cara merayu sang pencipta. Dia bisa memutuskan apa yang terbaik untuk hidup kedepannya, setelah selesai mengambil air wudu. Ia langsung menggelar sajadah kearah kiblat untuk melaksanakan solat disepertiga malam, dalam keheningan malam cara terbaik menenangkan diri. Kurang dari lima belas menis, Adzkiya sudah selesai solat tahajud dan istikharah.
Ia yang masih memakai mukena langsung berjalan meja belajar untuk mengambil kalamullah dan duduk balkon kamarnya, ayat demi ayat surah Ar-rahman dilanggamkan olehnya. Sampai 31x pengulangan ayat Fabiayyi Ala Irobbikuma Tukadziban, membuat hatinya bergetar.
Adzkiya menghapus airmatanya lalu mengingat nikmat apa saja yang sudah Allah berikan padanya, diayat terakhir Adzkiya langsung memutuskan untuk memasuki kembali kamarnya. Ia sudah memiliki keputusan yang tepat untuk menolak perjodohan ini, semoga Abi dan Ummi bisa mengerti kemauannya saat ini.
Ummi yang baru saja selesai solat malam ingin membangunkan ketiga putrinya yang masih terlelap, tujuan utama saat ini adalah kamar Adzkiya. Saat tangannya akan membuka gagang pintu, namun lebih dulu dibuka oleh pemiliknya "Sayang, tumben kamu sudah bangun?"
"Adzkiya memang sengaja menstel alarm untuk melaksanakan solat malam, Ummi. Mungkin dengan merayu Allah, putrimu ini bisa mendapatkan suami impian yang diinginkan. Oh iya, Ummi, sebenarnya Kiya ingin membatalkan niat Abi untuk menjodohkan dengan putra Om Eldar," jujurnya.
"Ummi sangat tahu tentang perasaanmu, cinta itu hadir karena terbiasa sayang. Bener nih kamu mau menolaknya sebelum bertemu dengan putra Om Eldar?" tanyanya dengan senyum manis.
"Mungkin kalau sebatas teman, Kiya insyaallah bisa. Tapi untuk menjadi calon suami, setidaknya putrimu ini masih muda dan ingin karir yang lebih baik dulu," rengeknya dengan wajah puppy eyes.
Ummi Daliya sangat gemas dengan tingkah laku Adzkiya, Ia mencium puncak kepala Adzkiya tidak lupa mencium juga pipinya dengan penuh sayang. "Ummi akan mendukung keputusan kamu, yasudah mandi dulu sana, bau!" perintah Ummi.
"Siap komandan!"
Adzkiya langsung memasuki kamarnya, Ummi Daliya hanya menggelengkan kepala lalu berjalan kearah pintu kamar kedua putrinya. Sebelum membersihkan diri, ia menyiapkan pakaian kerja dan juga membereskan kamar. Tidak mungkin menjadi beban Ummi lagi untuk membersihkan kamarnya!
****
Mentari pagi sudah bersinar, ia sudah bersiap dengan stelan celana biru dongker, kaos dan tidak lupa jaket hoodie yang senada. Hari ini berniat untuk berkeliling salah satu desa yang berada di kabupaten bogor, mungkin dengan menghabiskan waktu untuk menenangkan pikiran karena sudah seminggu ini disibukkan dengan pekerjaan.
Langkah kakinya menuruni satu demi persatu anak tangga, pandangannya mencari keberadaan orang terkasihnya yaitu Oma Alzena. Salah satu maid berjalan dihadapannya, ia memanggil dengan suara yang terkesan sangat datar.
"Büyükanne nerede? (Dimana, keberadaan Oma?) "
"Büyükanne şu anda arka verandada efendim, (Saat ini Oma sedang berada teras belakang, tuan)," balas maid tersebut dengan pandangan ke bawah.
"Pekala, lütfen kenara çekilin ve işinize geri dönün. Büyükanne sana heykel olman için para vermiyor, çabuk git! (Baiklah, silahkan menyingkir dan kembali bekerja. Oma menggaji kalian bukan untuk menjadi patung, cepat pergi!)" perintah Wildan langsung diangguki oleh maid.
Seluruh maid dan pengawal sudah terbiasa dengan berbahasa turki, mereka terlatih oleh Oma Alzena yang memberikan fasilitas memanggil salah satu guru private. Walaupun harus mengeluarkan uang yang banyak, Oma ingin mereka semua terbiasa dengan bahasa turki dan inggris. Salah satunya tidak kaget ketika cucu kesayangannya memerlukan bantuan mereka, pasti langsung paham dengan apa yang dikatakan.
Wildan langsung berjalan menuju teras belakang rumah untuk meminta ijin pada Oma, tatapannya tertuju pada wanita paruh baya yang sedang duduk di ayunan dengan memegang secangkir teh hijau kesukaannya. Oma tersenyum ketika melihat Wildan menghampirinya, sudah saatnya ia harus menjelaskan inti kesalah pahaman yang dialami oleh menantu dan cucunya. Wildan duduk disamping Oma, lalu memeluknya dari samping. Oma yang sangat paham dengan sikap manja cucunya langsung mengusap pipi Wildan.
"Rama, babanla aranızdaki yanlış anlama ne zamana kadar sona erecek? (Rama, sampai kapan kesalahpahaman dengan papamu selesai?"
"Ta ki hayatını kurtarmak için annesini Singapur'a getirmemenin kendi kararı olduğunu anlayana kadar, (Sampai dia sadar jika keputusannya untuk tidak membawa mamih ke Singapura demi menyelamatkan nyawanya)," balasnya dengan tatapan mata sinis.
"Büyükanne lütfen babanın açıklamasını bir kez dinle, bunun olmasına izin verme, öfken yüzünden ilerde bir şeyler olacak ve pişmanlık senin tarafından elde edilecek. (Oma mohon dengarkan penjelasan papahmu sekali saja, jangan sampai karena amarahmu sesuatu akan terjadi di masa depan dan penyesalan akan didapatkan olehmu.)"
"Bunların hiçbiri olmayacak! Büyükanne, belirsizliği düşünme. Ah evet, Rama bugün işten çıktı ama diğer insanlara yardım ederken biraz temiz hava almak istiyor (semua itu tidak akan terjadi! Oma, jangan memikirkan yang belum pasti. Oh iya, Rama hari ini libur kerja tapi ingin mencari udara segar sambil membantu sesama manusia," pintanya dengan senyuman.
"Tamam, büyükanne seni destekliyor. Ama en azından çok meşgul olmayın ve doğa ile olan aktiviteleriniz, kalbinizin limanı olarak hizmet edecek iyi bir kadın bulmanın zamanı geldi. (baiklah, Oma mendukungmu. Tapi setidaknya jangan terlalu sibuk dan kegiatanmu dengan alam, sudah saatnya mencari wanita yang baik untuk dijadikan sebagai pelabuhan hatimu)." Oma Alzena sangat mengetahui karakter dari cucu kesayangannya itu, walaupun dingin dan keras kepala Wildan selalu menuruti keinginan Omanya.
"Rama hala evlenmekle ilgilenmiyor, belki daha sonra gönlüne göre biri çıkarsa en kısa zamanda evlenir. sonra elveda Oma, Assalammualaikum.(Rama masih belum tertarik untuk menikah, mungkin nanti jika ada seseorang yang pas dengan hati akan segera dipersunting secepatnya. kalau begitu pamit berangkat dulu Oma, Assalammualaikum)." Setelah berpamitan pada Oma Alzena, Wildan berjalan menuju garasi mobil untuk mengambil motor kesayangannya yang sudah disiapkan oleh pengawalnya.
Oma Alzena menatap punggung cucunya yang sudah menghilang dibalik pintu kaca pembatas antara taman belakang dengan ruang makan, mungkin dengan memberikan pengertian lebih ekstra lagi betapa pentingnya menjalin hubungan serius bersama wanita pilihannya cucunya itu pasti tidak akan pernah bisa menolak. Ia langsung menghubungi seseorang.
****
Finally, 1910 kata untuk Bab 6 ini.
semoga makin suka dengan cerita ini, ambil hikmah baiknya dan buang keburukannya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top