Bab 5 Perjodohan
Hai semuanya,,
Hanya mau mengingatkan saja, biar penulisnya semakin bersemangat di paling bawah ada 2 tombol. Yaitu like dan komentar sebanyak-banyaknya, see you next episode 🥰❤️
🎉🎉🎉
Jika berbicara saja tidak didengar, maka perbuatanlah yang akan menjadi tindakan akhir dari semua drama ini ~ adzkiya
Ummi Daliya meminta Adiva untuk menyiapkan makan malam dibantu oleh anggota rumah tangga, sementara ia akan menjemput Adzkiya di kamar untuk memulai acara makan malam ini. Seorang ibu akan merasakan kesedihan yang dialami oleh anaknya, walaupun mereka pandai menyembunyikan masalahnya namun hati seorang ibu tidak bisa dibohongi.
Adzkiya masih mengurung dirinya dikamar, tatapannya tertuju pada gamis berwarna peach yang tersusun rapih diatas tempat tidurnya. Amarah menggebu didalam hatinya, ia berjalan menuju meja rias dan membanting semua barang yang ada diatasnya.
"Kenapa tidak ada yang mau mengerti perasaan Kiya," lirihnya dengan air mata yang terus menetes.
Alya yang baru saja keluar kamar mendengar suara kegaduhan dari balik pintu kamar kakaknya, dengan segera ia berlari untuk mengetahui apa yang terjadi pada kakak kesayangannya itu. Alya mengetok pintu kamar berulang kali namun tidak dibuka oleh Adzkiya, ia langsung berlari kelantai bawah untuk memberitahukan apa yang terjadi pada Ummi Daliya.
"Ummi,,, Ummi,, " panggilnya dengan berteriak.
Ummi langsung berlari menghampiri Alya lalu memeluknya, "Ada apa sayang, kenapa kamu berlari dan memanggil Ummi dengan berteriak?"
"Afwan, Ummi, tadi Alya dengar suara kegaduhan dikamar Kakak. Tapi pada saat Alya mengetok pintu kamarnya malah dikunci, Alya takut Kak Adzkiya berbuat yang macam-macam."
Setelah mendengarkan penjelasan dari putri bungsunya, Ummi Daliya langsung berlari ke lantai atas untuk mengetahui apa yang terjadi. Raut wajahnya terlihat sangat panik, Ummi menyuruh Alya mencari kunci cadangan yang disimpan dilaci kamar Adiva. Alya langsung sigap memasuki kamar Adiva menuruti perintah Ummi, setelah barang yang dicari dia dapatkan.
Alya memberikan kunci cadangannya, Ummi Daliya langsung memasukan kuncinya lalu langsung membuka pintunya. Ketika memasuki kamar betapa terkejutnya melihat kamar Adzkiya berantakan, sementara gadis itu tengah meringkuk di pojok tempat tidur sambil menangis. Alya langsung membereskan barang yang berserakan sementara Ummi Daliya menghampiri Adzkiya lalu memeluknya.
"Ummi,,, Kiya engga mau ketemu sama temannya Abi, tolong bujuk untuk tidak memaksa perihal perjodohan ini," lirihnya.
"Sayang, dengarkan Ummi. Kita ikuti semua perintah Abi terlebih dahulu, jika memang kamu dan anaknya temen Abi tidak setuju perjodohan ini. Akan dibahas secara kekeluargaan." Ummi memberikan pengertian pada Adzkiya.
"Tapi Kiya masih pengen mengejar karir, Kiya masih belum berpikir untuk menikah."
"Sebaiknya kita temui Abi dulu yuk! Tidak enak jika ada tamu tapi yang punya rumah malah sibuk dikamar, ingat dengan hadist dari HR. Bukhari yang menjelaskan "Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya." Ummi sangat tahu jika kamu sangat paham tentang agama."
Alya yang sibuk menyapu lantai langsung berjalan menuju arah Ummi dan Adzkiya, "Ummi, biarkan Kak Kiya bersiap dengan Alya. Ummi temani saja tamu dan juga Abi dibawah sana."
"Baiklah, Ummi tunggu dibawah. Gantilah pakaianmu yang sudah Ummi siapkan, jangan lupa dipoles wajahmu dengan makeup agar tidak terlihat sembab. Nanti kelihatan jelek loh," ucap Ummi dengan kekehan.
Adzkiya berdiri lalu berjalan menuju kamar mandi, mungkin dengan mengikuti ucapan dan permintaan Abinya kali ini akan membuat mereka bahagia. Tapi ia harus mencari cara untuk membatalkan proses perjohonan yang menurutnya kuno sekali, memang selama ini Kiya yang sudah beranjak dewasa namun tidak ada satupun lelaki yang pernah dibawanya ke rumah.
Bukan karena tidak laku, melainkan Adzkiya mempunyai pendirian yang kuat. Ia sudah memimpikan untuk tidak berpacaran, keinginan Adzkiya hanya mengenalkan satu lelaki kepada keluarganya tepat saat lelaki itu ingin serius menjalin hubungan yang halal. Karena yang gunta-ganti pacar belum tentu sampai ke pelaminan, Alya yang melihat Adzkiya melamun memeluknya dari samping.
"Alya tahu apa yang dirasakan oleh kakak, tapi sekali saja ikuti semua kemuan Abi. Setidaknya jadilah anak yang berbakti kepada kedua orang tua, Kakak pasti ingat dengan pesan yang selalu Kak Ghaffar ucapkan kepada kita. Untuk selalu menuruti semua perintah Abi dan Ummi, mereka pasti sudah memikirkan matang-matang tentang perjodohan ini. Alya harap Kakak mau menemui teman kerjanya Abi dulu untuk makan malam bersama."
Adzkiya menghapus air matanya, tangannya meraih gamis dan khimar yang tertata rapi diatas tempat tidurnya. Biarkan kali ini dirinya mengikuti alur hidup yang telah disusun oleh kedua orang tuanya, mungkin benar yang dikatakan Alya untuk saat ini biarkan menerima keputusan Abi.
Hanya membutuhkan waktu lima menit, Adzkiya sudah keluar dengan pakaian gamis beserta khimar yang senada. Matanya masih sembab, namun Alya berjalan menghampiri Adzkiya lalu meraih tangannya. Mereka berdua berjalan menuju meja rias untuk memoles wajah agar tidak terlihat pucat, Alya dengan telaten merapihkan bedak dan juga lipstik yang akan dipakai kakaknya. Setelah dirasa siap, Alya menggenggam tangan Adzkiya untuk menemui tamu yang sudah menunggu di meja makan.
****
Ditempat lain Adnan tengah menata gelas dan juga sedotan dimeja bartender, pikirannya tertuju pada wanita yang tidak sengaja menabraknya tadi. Wajah, nada suaranya, nama yang disebutkan seperti pernah dia kenal sebelumnya. Adnan mencoba mengingat satu persatu teman semasa sekolah ataupun adik kelasnya, potongan gambaran masa lalu tergambar dalam benaknya.
"Alma,, apakah dia Alma Amriliazzia salah satu anggota palang merah remaja yang memiliki segudang prestasi disekolah. Bukankah dia juga memiliki dua sahabat yang merupakan anggota OSIS, gadis pendiam dan memiliki sahabat yang selalu bersama dengan dirinya. Bukankah dia juga salah satu anak dari jurusan administrasi," monolognya.
Adnan memegang jantungnya yang berdetak dengan kencang, oh, apakah ini yang dinamakan jatuh cinta. Ia mengambil ponselnya yang sengaja disimpan di saku approve lalu mencari tahu instagram milik Alma. Senyumnya mengembang ketika menemukan akun sosial media gadis itu, tatapannya tertuju pada gadis yang memakang gamis peach dipadukan dengan pashmina yang senada dan tidak lupa kacamata hitam yang bertengger di hidungnya.
Adnan tersenyum ketika tangannya tanpa sengaja berselanjar di akun instagram milik sahabat dari Alma, Adzkiya Naila Taleetha. Nama yang indah, Adnan tertarik dengan kecantikan yang dimiliki oleh Adzkiya. Sewaktu duduk dibangku SMK gadis itu sangatlah pendiam dan pemalu, namun ternyata sekarang berubah dengan drastis. Tampilannya sekarang layaknya selebgram yang sangat terkenal, namun dimatanya Adzkiya tetaplah gadis pemalu.
****
Adzkiya dan Alya menuruni anak tangga untuk menemui kedua orang tuanya dan tamu yang sudah diundang oleh Abi Harrist, dia hanya menundukkan pandangan lalu duduk di kursi meja makan yang sudah tersedia. Abi memimpin acara makan malam, tidak lama jamuan dimulai.
Alya dan Ummi Daliya menuangkan makanan pada semua piring yang sudah di duduki oleh beberapa orang, sementara Adiva yang baru saja pulang kerja dengan kekasihnya ikut bergabung makan malam. Dengan kejahilannya Adiva melihat raut wajah Adzkiya yang enggan sekali menikmati makan malam.
"Abi, dimana calon kakak ipar? Kenapa tidak ikut bergabung acara jamuan makan malam ini?"
"Wildan tidak bisa hadir malam ini, mungkin nanti setelah nak, Adzkiya. Menyetujui perjodohan ini, putraku akan hadir beserta dengan keluarga besar agar bisa membahas acara pernikahannya nanti." Bukan Abi Harrist yang menjawab melainkan Om Eldar.
"Duh, Om, Kak Adzkiya pasti sangat setuju dengan perjodohan ini. Adiva sangat yakin nantinya jika mereka menikah keturunannya pasti blasteran, asal jangan juteknya seperti kakak saja. Semoga saja putra Om bisa meluluhkan hati batunya kakak," ujarnya dengan terkikik.
Sementara Adzkiya hanya menatap adiknya dengan sinis, Ummi Daliya menuangkan segelas orange jus lalu memberikan pada putri sulungnya, "Sudah,, sudah,, Diva sebaiknya kamu bantu Ummi untuk mengambil pencuci mulut di dapur, biarkan Alya yang membantu Ummi disini!"
"Baik Ummi, sayang tunggu sebentar ya! Calon istrimu yang baik ini akan mengambil pencuci mulut terlebih dahulu," jelasnya sambil mengacak-ngacak rambut kekasihnya sebelum meninggalkan meja makan.
Setelah seluruh jamuan sudah tersaji, Abi memimpin doa lalu semua orang mencicipi makan malam. Hanya dentingan sendok dan garpu mengiringi makan malam mereka, makan malam pun akhirnya usai. Adzkiya lebih dulu selesai menghabiskan makan malamnya, ia mengambil piring bekas makan lalu mencucinya di wastafel.
Abi meminta keluarga dan Om Eldar untuk berbicara serius di ruangan keluarga, Papa Eldar mulai mengutarakan niat baik untuk menjodohkan putra semata wayangnya dengan Adzkiya. Sementara ia hanya menyimak dengan enggan masalah perjodohan ini, biarkan saja kedua orang tua memilih jalan terbaik untuk anaknya. Namun yang Adzkiya khawatirkan adalah kebahagiaan dirinya saat setelah menikah nanti, yang menjalani kehidupan berikutnya bukanlah orang tuanya melainkan dia dan suaminya kelak.
Jika Allah mengijinkan sekali saja, Adzkiya ingin sekali menolak keras tentang perjodohan ini. Walaupun dirinya belum bertemu dengan laki-laki yang akan menjadi jodohnya nanti, Adiva yang duduk di sebrang Abi langsung berantusias ingin melihat perawakan dari calon kakak iparnya itu. Om Eldar langsung mengirim poto putranya pada ponsel Abi Harrist, Adiva langsung meraih ponsel Abinya yang tergeletak di meja. Dengan penasaran Adiva langsung mengklik pesan dari nomer Om Eldar.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top