bab 19 luka Lara

"Jangan jadikan airmata sebagai kelemahanmu, berani membuka hati berani pula mengambil resiko sakit hati. Ini belum seberapa dengan kepahitan lainnya yang akan datang dalam hidup kita. Siapkan mental dan stok kesabaran untuk menghadapi rintangannya,"
~ Alma

Satu kata untuk Adzkiya saat ini mungkin lebih tepatnya adalah terluka, mungkin lebih baik dikhianati oleh perbuatan dari pada oleh kata-kata karena tidak kejujuran. Menjadi prioritas utama memang yang diharapkan olehnya saat ini, namun semenjak belakangan ini hanya ada kesendirian yang di dapat. Setelah membaca sepuncuk surat yang dikirimkan Adnan, ia hanya berdiam tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Azzura yang baru saja beres pekerjaannya langsung menghampiri Adzkiya, dengan kejahilannya ia langsung merebut begitu saja surat yang ditulis tangan oleh Adnan. Adzkiya menatap sengit Azzura yang dengan lancangnya membaca isi surat tersebut.

"Zura! Kembalikan surat itu!" perintah Adzkiya.

"No, ada apa dengan isi surat ini? dan kenapa sejak selesai bekerja Kak Kiya malah melamun, oh jangan-jangan ada hubungannya dengan isi surat ini?" tanya Azzura penuh dengan selidik.

"Diam, dan jangan ikut campur urusan Kakak! Engga semua hal yang menyangkut hubungan percintaan Kakak kamu ketahui, dan tolong kembalikan surat itu!" bentaknya.

Azzura yang baru pertama kali melihat Adzkiya meluapkan emosinya hanya bisa terdiam, rasanya sakit ketika mendengar ucapan dari sahabat dekatnya. Dengan kediamannya Azzura langsung memberikan kembali surat tersebut diatas meja kerja Adzkiya dan meninggalkan ruangan, sementara Adzkiya yang melihat kepergian Azzura langsung mengusap wajahnya.

"Zura, maafkan Kakak,"lirihnya dengan mata berkaca-kaca.

Azzura mengangguk lalu tersenyum tipis, "maaf, karena sudah ikut campur dalam privasi Kak Kiya. Lain kali Zura tidak akan melakukan hal yang membuat kakak semarah tadi, lupakan saja kejadian barusan ya. Kalau begitu Zura pulang duluan, Assalammualaikum." Setelah mengucapkan pamit, azzura meninggalkan ruangan kerja dan memilih menenangkan hatinya.

Sementara Adzkiya yang melihat raut kesedihan Dimata Azzura, ia memilih untuk menenangkan pikiran terlebih dahulu. Arloji di tangannya menunjukkan pukul setengah lima sore, sudah saatnya ia meninggalkan area kerja.

Dengan barang bawaan yang lumayan banyak, Adzkiya sebisa mungkin untuk tidak menghubungi orang rumah. Ia harus bisa mandiri tanpa mengandalkan orang lain, setelah menata rapih paket Hari Raya yang di dapat dari kantor. Ia langsung mulai menstater motornya, tidak lupa untuk memakai helm terlebih dahulu. Disepanjang perjalanan menuju cafe yang dijanjikan oleh ketiga sahabatnya, Adzkiya memikirkan ucapan yang mungkin saja menyakitkan bagi Azzura.

Setelah kejadian Adzkiya membentak azzura, ia memilih untuk menenangkan dirinya. Saat ini pikirannya sangatlah kalut, kisah percintaannya dengan Adnan selalu ada saja rintangan. Adzkiya berangkat ke caffe dengan motor, sedangkan Azzura dijemput oleh supir pribadinya. Saat keduanya sampai dicaffe, tatapan pertama yang dilihat adalah Adnan tertawa bahagia dengan seorang wanita berambut panjang. Adzkiya memicingkan matanya, mengingat bahwa siapa wanita yang ada dihadapan Adnan saat ini. Ingatannya tertuju pada satu nama yaitu Diana, salah satu mantan Adnan semasa duduk di bangku sekolah.

Deru nafasnya kian memburu, matanya memerah menahan gejolak amarah. Saat Adzkiya ingin menghampiri kedua orang tersebut, tangannya ditahan oleh seseorang. Ia langsung membalikkan tubuhnya melihat siapa lelaki yang berani menahan tangannya, senyuman manis terukir di bibirnya.

"Ingat, jangan mengotori tanganmu hanya karena amarah. Sayang amalan puasanya nanti hilang, engga mau kan kalau puasanya hanya menahan lapar dan haus saja tapi nilai pahalanya tidak bisa kamu dapatkan," tuturnya.

Adzkiya melihat kearah pergelangan tangan yang dipegang oleh Wildan, "Astaghfirullah, terimakasih karena sudah mengingatkan. Oh iya kalau begitu Adzkiya pamit untuk ke meja tempat anak-anak dulu, maaf Pak Wildan bisa tolong lepaskan tangan saya sekarang," ucapnya lirih.

"Ya Allah, maaf bukan maksud saya," tuturnya dengan salah tingkah, ini kali pertamanya Wildan memegang tangan wanita selain Oma dan sepupunya sendiri.

Ada rona merah dikedua pipi Adzkiya, ia sebisa mungkin untuk memalingkan wajahnya kearah lain. "Tidak apa-apa pak, kalau begitu saya pamit, Assalammualaikum."

"Waalaikumussalam," lirihnya, Wildan langsung berjalan menuju ruangan pribadinya untuk mengecek data laporan keuangan.

🌸🌸🌸🌸

Adzan magrib berkumandang, semua orang bersiap-siap untuk membatalkan puasa terlebih dahulu. Berbeda dengan Adzkiya yang terus memandang kearah bartender dimana Adnan tengah sibuk bekerja dengan teamnya, Alma dan Azzura yang melihatnya langsung memikirkan solusi terbaik tanpa harus menyakiti perasaan sahabatnya.

Karena sudah hampir selama sebulan ini, Alma memperhatikan gerak-gerik dari Adnan. Ia meminta kepada calon suaminya untuk memata-matai kekasih sahabatnya itu, setelah menemukan bukti yang cukup. Alma akan membongkar semua rahasia yang disembunyikan oleh Adnan selama ini, ia tidak mau sahabatnya menjadi korban perasaan.

"Kiya, hei, minum dulu itu jusnya. Engga baik menunda buka puasa, ayo dicicipi dulu walaupun sedikit. Malam ini kita harus happy-happy, no crying okey!"

"Astaghfirullah, iya bener juga. Maaf ya temen-temen, ayo silahkan dimakan pesanannya. Sebagai gantinya Kiya saja yang menteraktir kalian yah, lagian itung-itung bagi-bagi THR sedikit hehehe."

"Ya ampun Ki, jangan boros ihhhh. Awas aja kalau Ummi kamu tau, bisa kena omel kamu!"

Adzkiya mengibaskan tangan kanannya, "asal engga ada yang bocor ke Ummi," ucapnya sambil menyuapkan sesendok ice cream vanila kedalam mulutnya.

"Kalau saya yang bilang pada Om dan Tante bagaimana ?" Ucap seseorang yang membuat Adzkiya membulatkan bola matanya.

Alma memberikan tisu pada Adzkiya dan langsung memberikan kode pada Azzura untuk menggeser posisi duduk, "mohon maaf karena sudah lancang, boleh saya ikut bergabung?"

Azzura langsung menarik tangan Wildan untuk duduk disebelah Adzkiya, "oh tentu saja boleh lah Kak, kapan lagi kan kita bertiga duduk bareng pemilik coffe ini. Tapi lebih enak kayaknya kalau nanti bill dibayar sama Kak Wildan deh hehehe, itung-itung pendekatan iya engga Kak Alma," ucapnya dengan mengedipkan sebelah mata.

"Mulutmu Zur, udah kaya lambe turah, main seenaknya comblangin orang. Lagian juga Pak Wildan pasti udah punya calon istri atau malah sudah punya tunangan!" Ketusnya.

"Saya belum mengkhitbah ataupun yang lain, karena saya menunggu jawaban dari seseorang yang telah Papah saya jodohkan. Mungkin terdengar kuno dijaman milenial seperti saat ini masih ada perjodohan, tapi percayalah orang tua tidak akan menjerumuskan anaknya pada lubang yang salah. Saat kamu tau alasan orang tuamu menjodohkan tanpa persetujuan, percayalah mereka ingin anaknya mendapatkan kebahagiaan." Wildan tersenyum kearah Adzkiya.

"Tuh kan, Kak Kiya, tunggu apalagi! Di depan kamu udah ada cowo mapan, kaya raya, baik, ramah, dan pastinya tampan. Oh ayolah, buka mata dan hati Kakak," ucap Azzura dengan wajah geregeta.

"Sutt, diem kamu Zura. Kakak engga memaksa Adzkiya untuk menerima perjodohan ini, mungkin dalam waktu dekat Kakak akan kembali ke Turki untuk membuka cabang cabang usaha Papah disana. Mungkin Adzkiya lebih memilih untuk bersanding dengan Adnan, selamat ya Adzkiya. Mungkin kamu sudah memilih lelaki yang tepat, kabari saya jika kamu akan menikah. Kalau begitu Kakak kembali bekerja lagi Zura, nanti bilang pada kasir bahwa Kakak yang akan membayarnya. Silahkan makan sepuasnya," ujar Wildan langsung berdiri meninggalkan meja Adzkiya dan sahabatnya.

"Ya ampun Kiya apa yang kamu lakukan, coba buka mata kamu. Bukankah tadi kata Azzura kalian bertemu dengan Kak Adnan yang sedang asik dengan mantannya Diana itu kan! Please jangan jadi cewek bodoh yang bisa di tipu oleh lelaki seperti dia, kamu itu hanya dimanfaatkan materinya untuk biaya terapi dia. Oke engga sepantasnya Alma ikut campur masalah percintaan kalian, sekarang to the point aja ya. Lebih baik kamu jauhi atau putuskan hubungan dengan Kak Adnan, sebelum nantinya kamu menyesal karena tau fakta yang sesungguhnya. Ini mumpung belum terlambat Kiya, karena kami semua sayang sama kamu," ucap Alma memecah keheningan diantara semuanya.

Adzkiya langsung menatap mata Alma tajam lalu menggebrak meja, "Alma, jaga ucapanmu! Engga sepantasnya berbicara seperti itu, jika memang betul ucapanmu mana buktinya! Engga ada kan, cukup kecewa Kiya sama kalian!"

Adzkiya langsung mengambil tas selempang lalu berdiri namun tangannya ditahan oleh Azzura, sedangkan Alma membuka tasnya dan mengeluarkan beberapa Poto, hasil lab rumah sakit, dan video rekaman yang sengaja diputar diponselnya.

Matanya memanas, bibirnya bergetar, dunianya serasa hancur saat ini. Adzkiya menggelengkan kepalanya, ia masih tidak percaya dengan fakta yang Alma berikan. Selama ini Adzkiya sudah ditipu bahkan merasa menjadi wanita paling bodoh, kakinya lemas tidak bisa menopang tubuhnya saat ini. Azzura menahan tubuh Adzkiya dan membantunya duduk di kursi, sedangkan Alma memberikan segelas air putih yang baru saja dipesannya.

Saat ini yang ia butuhkan adalah kejujuran dari Adnan, airmata terus saja menetes membasahi pipinya. Alma dan Azzura memeluk tubuh rapuh sahabatnya itu, sebenarnya tidak tega untuk membuka faktanya saat ini. Tapi jika terus dibiarkan Adzkiya akan semakin menderita, setelah memikirkan solusi terbaik Alma mencoba untuk menuntaskan misinya saat ini.

"Kiya, ingatlah seorang sahabat tidak akan menjerumuskan kamu kejurang yang salah. Jangan jadikan airmata sebagai kelemahanmu, berani membuka hati berani pula mengambil resiko sakit hati. Ini belum seberapa dengan kepahitan lainnya yang akan datang dalam hidup kita. Siapkan mental dan stok kesabaran untuk menghadapi rintangannya, kamu masih memiliki kita sahabatmu dan juga kedua orang tuamu. Keep smile bestie, udah ah jangan nangis lagi. Jelek itu muka kamu Ki," ucapnya dengan sedikit senyuman.

Adzkiya langsung memeluk kedua sahabatnya dan menumpahkan semua rasa sakit di dalam hatinya, ingin rasanya ia mengakhiri semua cobaan hidup ini. Namun rasanya tidak mungkin karena Allah sudah menuliskan jalan takdir setiap manusia, sekarang tinggal kitanya saja yang harus bisa menjalani hari-harinya dengan cara bersyukur atau sebaliknya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top