BAB 18 Buka Bersama
"Jangan menangisi sesuatu yang telah terjadi, nasi sudah menjadi bubur. Pikirkan kembali keputusan yang akan diambil untuk kedepannya, jangan tinggikan ego yang akan membuat kekecewaan kembali."
~ Wildan ramadhaniel Orlem
Selepas sahur dan solat subuh, Adzkiya langsung bersiap-siap memakai baju PDH. Hari ini dirinya akan disibukkan dengan pekerjaan dan membagikan paket hari raya yang di khususkan untuk seluruh karyawan/I di lingkungan instansinya, ia langsung memoles makeup tipis tidak lupa untuk menyemprotkan minyak wangi pada tubuhnya.
Setelah semuanya siap, Adzkiya mengambil sepatu pantofel di rak sepatu lalu memakainya dengan tergesa-gesa. Dengan sedikit berlari menuruni anak tangga, ia langsung keluar dari rumah. Keadaan rumah pagi ini sangatlah sepi, karena yang lain sudah berangkat pagi-pagi sekali apalagi kedua adik Adzkiya pasti sudah beraktivitas kegiatannya masing-masing, Adzkiya melihat jam dipergelangan tangannya langsung berlari menuju pekarangan rumah. Ia melihat Ummi Daliya yang tengah menyiram tanaman, Adzkiya merapihkan pakaiannya terlebih dahulu baru mendekati Ummi Daliya.
"Ummi, Kiya ijin berangkat kerja dulu ya," pintanya saat sudah berada di hadapan Ummi.
"Eh, tumben kamu telat turun, padahal tadi Abi ingin sekalian berangkat dengan ketiga putrinya loh," ucap Ummi setelah membersihkan tangannya yang kotor.
"Kiya keasikan liat laporan dan mempersiapkan pakaian dulu, Ummi tau sendiri khimar yang selalu dipakai harus disetrika dulu. Oh iya nanti sore Kiya ijin pulang telat karena mau buka puasa dengan Azzura dan yang lainnya," pinta Adzkiya.
"Baiklah, tapi ingat pesan Ummi jangan pulang larut malam. Oh iya apa tidak sebaiknya kamu ikuti kemauan Abi untuk menjalin hubungan dengan anaknya Om Edgar, ada yang bisa menjaga kamu loh sayang. Ummi sangat khawatir jika Adnan tidak bisa membahagiakanmu," pinta Ummi dengan mengusap pipi putrinya.
"Biarkan Kiya ikuti kata hati untuk saat ini, jika memang Allah tidak mentakdirkan bersama dengan Adnan hingga nanti. Tapi ikatan persaudaraan dalam islam bukankah harus tetap terjalin, Ummi tenang saja Kiya sudah dewasa dan bisa menjaga diri sendiri. Kalau begitu putri kesayanganmu ini bekerja untuk mencari rezeki dulu, do'akan agar hari ini semuanya tidak ada masalah dikantor ya, Ummi," ujarnya dengan mencium pipi tidak lupa punggung tangan Ummi Daliya.
Setelah selesai berpamitan, Adzkiya merogoh saku kemeja PDHnya untuk mengambil kunci motor. Sebelum menjalankan motor, ia terlebih dahulu berdoa demi keselamatan saat diperjalanan. Hanya membutuhkan waktu kurang lebih dua puluh menit dari rumah, akhirnya Adzkiya sampai di parkiran kantornya. Ia langsung berlari memasuki ruangan para staff, sudah banyak lalu lalang para staff dan karyawan ASN yang sudah mulai bekerja. Seseorang berdiri di depan kubikel Adzkiya, suara deheman membuatnya menatap kearah siapa yang berada dihadapannya saat ini. ia langsung mengerutkan keningnya ketika di orang tersebut memberikan sepuncuk surat beserta bunga mawar merah depan matanya, dengan senyuman manis Adzkiya menerimanya.
"Terimakasih Zura, pasti ini dari satpam kantor kan yang selalu mendapatkan titipan kedua barang dipagi hari. Sudah pastinya hanya satu orang sangat romantis, siapa lagi kalau bukan Adnan. Uhh, rasanya tidak sabar ingin mengajaknya diacara bukber kita nanti," ucapnya dengan penuh antusias.
"Sama-sama, tapi Zura pernah baca dinovel karya Chanty Romans. Kalau tidak salah kutipannya itu seperti ini, perempuan yang terhormat dimuliakan oleh akad, bukan kado ataupun cokelat. Itu novel best seller yang Zura punya, bahkan Kak Wildan juga sangat menyukai kutipan dari novel tersebut. Dalam islam memang tidak ada istilah pacaran, melainkan adanya khitbah, lamaran, dan akad. Kak Wildan pernah bilang, jika dirinya tidak akan mengajak wanita yang dicintainya jatuh kedalam jurang kemaksiatan. Melainkan ia akan langsung melamarnya, kalau perlu langsung akad."
"Hm, sejauh Kakak mengenal sepupu kamu. Memang akhlaqnya sangatlah baik, tutur kata dan perilakunya sangat sempurna. Semoga kelak Allah memberikan tulang rusuk yang akhlaqnya baik sepertinya, karena jodoh adalah cerminan diri kita. Oh iya, untuk acara nanti malam lokasi udah di share ke grup kan?" tanya Adzkiya sambil menaruh bunga mawar di vas bunga yang berada diatas meja kerjanya.
"Untuk lokasi tenang saja, udah di booking juga dari kemarin malam. Lagian kalau kita cari restoran lain pasti sudah full booking dari H-2 reservasi, dan untuk menu buka bersama sudah beres tinggal duduk manis," jawabnya dengan senyuman.
Adzkiya mengangguk dan mulai menyalakan komputernya, "Oh iya memang lokasinya dimana?"
"Di Star'caffe lagi pula pas banget tidak banyak yang reservasi disana, dan bukannya disana tempat Kak Adnan bekerja juga ya? Kita ajak untuk buka bersama saja," ajaknya dengan antusias.
"Hm, ide yang bagus. Kakak coba telpon dulu ya," ucapnya.
Adzkiya merogoh tas selempang untuk mencari ponsel kesayangannya, ia langsung mendial nomer kekasihnya. Namun panggilannya tidak diangkat-angkat juga oleh lelaki disebrang sana, ia mencoba untuk menghubunginya berkali-kali sampai Bu Santi memasuki ruangan staff dan mengontrol pekerjaan mereka masing-masing.
"Kiya, bagaimana dengan tugas yang saya berikan apakah sudah selesai?"
"Sudah Bu Santi, tinggal nanti jam sebelas siang akan ada mobil pick up yang akan mengantarkan parcel untuk para staff diruangan ini. terkait uang THR bidang sudah disiapkan, jika Ibu ingin memeriksanya akan disiapkan," jawabnya.
"Bagus, oh iya satu lagi di bagasi mobil saya ada tambahan paket juga untuk diruangan saya. Tolong ambilkan dan print list nama-nama karyawan ya!" perintahnya.
Adzkiya mengangguk lalu mengikuti Bu Santi yang memasuki ruangan pribadinya untuk mengambil kunci mobil, setelah mendapatkan barang yang dituju. Ia menarik tangan Azzura untuk membantunya, dengan senang hati Azzura akan membantunya. Keduanya berjalan menuju parkiran mobil khusus pejabat, Adzkiya membuka bagasi mobil milik Bu Santi sementara Azzura menurunkan barang-barang dari bagasi lalu dibawanya ke ruangan staff bidang fakir miskin.
Setelah bagasi mobil kosong, Adzkiya menutupnya kembali lalu berjalan menuju ruangan Bu Santi untuk mengembalikan kunci mobilnya. Satu persatu seluruh staff bidang dipanggil ke ruangan Bu Santi, Azzura membantu Adzkiya untuk memberikan bingkisan parcel dan paket tambahan yang sudah disiapkan oleh Bu Santi. Sementara Adzkiya berdiri disamping Bu Santi dengan memegang absen berikut amplop uang THR, setelah semuanya menerima sekarang giliran Adzkiya dan Azzura.
"Adzkiya, Azzura, terimakasih karena sudah membantu saya dalam mengurus dan merapihkan data bidang ini. untuk skill kalian berdua patut saya ancungi jempol, raih terus ilmu sampai akhir hayat nanti. Pesan saya hanya satu, jangan memandang orang kecil dengan sebelah mata. Jika kalian tidak bisa memberikan materi, apa salahnya kalian membantu dengan otak. Bekerja jangan pakai mulut melainkan otak, saya salut dengan kecerdasan Adzkiya yang memiliki daya ingat tinggi. Bahkan ia bisa membuat masyarakat tersenyum saat meninggalkan pelayanan, tapi saat dirinya sudah tidak mengheandle pelayanan semuanya keteteran," Bu Santi menggambil nafas perlahan, semoga keputusannya untuk memindahkan Adzkiya adalah yang terbaik.
"Oleh sebab itu kalian berdua harus saya pisahkan, Adzkiya menjadi kepala pelayanan yang harus selalu standby di pelayanan mendampingi anak-anak front office. Dan untuk Azzura saya beri tugas kamu untuk membantu Bu Ani dalam membina para Yayasan dan penyelenggara UGB. Semoga kalian dengan dipisahkan oleh tugas masing-masing dapat lebih giat lagi, oh iya ini ada bingkisan dan sedikit rezeki untuk Hari Raya nanti. Selamat menjalankan ibadah puasa yang sebentar lagi akan berakhir, sekaligus saya memohon maaf jika ada kehilapan." Bu Santi langsung merentangkan kedua tangannya dan meminta kedua anak buahnya mendekat.
Adzkiya dan Azzura terharu langsung memeluk Bu Santi yang sudah dianggap oleh keduanya sebagai orang tua, ketiganya menyalurkan rasa sayang satu sama lain. Setelahnya Adzkiya dan Azzura pamit untuk kembali ketempat bekerja, mungkin setelah lebaran nanti dirinya akan disibukkan kembali oleh pekerjaan barunya sebagai kepala Front Office. Sementara Azzura akan keliling lapangan bersaa team yang lain, sejak tahun 2019 keduanya selalu bersama dalam menjalankan tugas dan misi kantor.
"Yah, kenapa sih kita berdua harus dipisahkan tugas dalam pekerjaannya. Kalau Kak Kiya sendiri mungkin sudah paham betul bahkan sudah menguasai bagian Front Office sejak masuk ke Dinas ini, sedangkan Azzura sama sekali tidak paham dalam urusan penyelenggaraan undian itu. Boleh minta ralat engga yah ke Bu Santi," ucapnya lalu membalikkan badan menuju arah ruangan Bu Santi.
Adzkiya langsung menahan tangan Azzura lalu tersenyum hangat, "Dengarkan ucapan Kakak, setiap pekerjaan memang engga ada yang mudah. Apalagi saat kita diangkat jabatan ataupun dimutasi oleh atasan sekaligus, kita memang harus beradaptasi kembali dengan lingkungan. Tapi kita juga harus membuktikan bahwa setiap usaha akan membuahkan hasil yang maksimal, Oh iya sebentar lagi jam pulang kerja sebaiknya kita langsung bersiap-siap untuk pulang lebih dulu atau langsung ke Mall nih?" tanya Adzkiya dengan mencubit pipi Azzura.
"Hm,baiklah Zura sekarang paham kenapa Bu Santi memisahkan kita berdua. Oke kita siap-siap langsung ke Mall untuk mencari buku novel dan menonton bioskop terlebih dahulu sebelum ke lokasi buka bersama," ujarnya dengan raut bahagia.
Adzkiya mengangguk, lalu keduanya kembali ketempat duduk masing-masing untuk membereskan pekerjaannya terlebih dahulu. Biarkan semuanya berjalan seperti air yang mengalir, ia tidak ingin mengambil pusing untuk masalah pekerjaan saat ini.
Jam di dinding menunjukkan pukul setengah empat sore, Adzkiya langsung mematikan layar monitornya lalu membereskan dokumen-dokumen yang berserakan di atas meja. Saat tangannya membuka laci meja, tatapannya tertuju pada sepuncuk surat yang belum sama sekali ia sentuh apalagi membacanya. Dengan senyum yang tipis, ia membuka surat itu perlahan dan membaca setiap bait kata yang ada disurat tersebut.
Assalammu'alaikum calon istriku,,
Eh maaf maksud Kakak, Adzkiya Naila.
Selamat hari pertemuan yang ke dua bulan, tidak terasa ya saat ini hubungan kita hampir menginjak kedua bulan. Terima kasih karena sudah memilih Kakak sebagai calon suamimu yah. Mungkin Kakak bukanlah lelaki yang sempurna dimata keluarga kamu, tapi insyaallah Kakak akan mencoba untuk membahagiakanmu bagaimanapun caranya itu.
Maaf karena belakangan ini Kakak disibukkan dengan pekerjaan, semoga kamu mengerti. Wassalam.
Muhammad Adnan Al-Faaris.
Pelupuk mata Adzkiya memanas, untuk kedua kalinya Adnan lebih memprioritaskan pekerjaannya dibandingkan kebahagiaan wanitanya. Sakit itulah yang ia rasakan, bahkan saat wanita seumurannya sudah membina rumah tangga dengan pria yang dicintainya. Atau ada yang bahagia karena kekasih hatinya memberikan perhatian seutuhnya untuk wanita itu, namun berbeda dengannya saat ini. Adzkiya langsung menghapus airmatanya lalu menormalkan denyut jantungnya, ia merogoh ponselnya untuk meminta Kak Ghaffar menjemputnya dengan mobil atau menyuruh salah satu supir pribadi Abi Harrist.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top