BAB 15 RAMADHAN KAREEM
"Cara meluluhkan hati seseorang bukan dengan memberikan sesuatu yang bisa membuat orang tersebut terkesan pada kita, melainkan rayulah sang pencipta agar orang tersebut menerima kita apa adanya bukan ada apanya"
~ Wildan Ramadhaniel Orlem
Suara ketukan pintu membuat adzkiya terbangun dari tidur nyenyaknya, hari ini adalah puasa ramadhan yang akan berbeda dari sebelumnya. Sudut bibirnya terangkat keatas seakan menggambarkan jika dirinya sangat bahagia, ia langsung menyibak selimut yang menyelimuti tubuhnya sepanjang malam lalu berjalan menuju kamar mandi.
Sudah menjadi rutinitasnya ketika terbangun ditengah malam, ia akan melaksanakan Qiyamul lail apalagi mulai hari ini adalah ramadhan pertama. Setelah keluar dari kamar mandi Adzkiya menggelar sajadah lalu memulai dengan takbir, hatinya terasa tenang ketika selesai melaksanakan rutinitasnya dan tidak lupa untuk berdoa meminta hal yang selalu ia langitkan hingga saat ini.
"Ya rabb, ampunilah dosa kedua orang tua hamba, jauhkanlah mereka dari api neraka. Berikanlah keduanya kesehatan dan juga panjang umur, hanya kepadamulah hamba meminta pertolongan. Luluhkanlah hati Abi untuk menerima Kak Adnan, memang sejauh ini Kiya belum sama sekali mengenalnya secara dekat. Adzkiya sangat tahu apa yang tidak mungkin menurut manusia, tapi menjadi mungkin menurut engkau sudah membulak-balikkan hati manusia. Semoga saja ini menjadi awal kebahagiaan bagi Kiya setelah sekian lama meminta padamu, aamiin."
Usai berdo'a, Adzkiya melepaskan mukena lalu menaruh dirak yang tersedia dekat meja belajarnya. Ia akan membantu Ummi untuk menyajikan makanan sahur di dapur, memang Kiya tidak sepandai Adiva dan kakak iparnya ketika didapur. Namun setidaknya dia bisa membantu sedikit pekerjaan Ummi dengan mencuci parabotan yang sudah dipakai atau merapihkan meja makan, langkah kakinya menuruni satu persatu anak tangga.
Tatapannya melihat kearah Kak Ghaffar yang tengah menggendong putrinya, mungkin terbangun karena lalu-lalang orang-orang membangunkan sahur. Adzkiya langsung berbelok kearah dapur, benar saja saat ini di dapur sudah ada Ummi bersama dengan Adiva dan tidak lupa Kakak iparnya yang sedang menata meja makan. Adzkiya langsung memeluk tubuh Mba Nisa-istri Ghaffar, hampir saja piring berisi tesmol ikan patin terjatuh dari genggaman tangannya.
Mba Nisa langsung menaruh piring tersebut lalu membalikkan tubuhnya, senyuman adzkiya langsung tercetak jelas dari wajahnya. Ummi yang melihat kedekatan putri dan menantunya langsung tersenyum, ia kira Adzkiya tidak akan sedekat dengan iparnya ternyata pikiran Ummi salah. Malah Adiva yang sangat sulit dekat dengan Mba Nisa, apalagi Ghaffar yang sifat dan wataknya sangat persis dengan Abi Harrist. Diantara ketiga putrinya yang dekat dengan Ghaffar hanya Adzkiya dan Alya, sementara putri keduanya selalu menghindar.
"Dek, kamu ini selalu mengagetkan Mba. Tumben telat turun kamarnya?" tanya Mba Nisa.
"Tadi melaksanakan rutinitas dulu baru turun hehehe, oh iya tadi Kiya lihat Kak Ghaffar lagi menggendong Zakiya pasti terbangun karena berisik orang-orang bangunin sahur," ucapnya sambil membantu Mba Nisa.
"Zakiya memang sudah terbiasa bangun tengah malam, apalagi kalau Kakakmu dinas luar dan Mba hanya sendiri dirumah. Maklum saja anak kesayangan Abinya, oh iya ini semua sudah siap sekarang tinggal panggil semuanya untuk sahur!" perintah Mba Nisa langsung mendapat anggukan dari Adzkiya.
Adzkiya langsung berjalan menuju ruang keluarga dimana Abi Harrist dan Kak Ghaffar sedang berbincang dengan Zakiya ditengah-tengah mereka, Adzkiya langsung menyuruh Abi dan yang lainnya bergabung ke meja makan. Abi meminta Ghaffar untuk memimpin doa, Ummi dan Mba Nisa menyajikan makanan sahur pada piring suaminya masing-masing.
Adzkiya menundukkan pandangannya ketika mengingat momen jika nanti dirinya menyandang status seorang istri, bukan hanya menyiapkan makan melainkan menyiapkan semua yang dibutuhkan suami dan hal lainnya termasuk memberikan hak seutuhnya. Pipinya tampak merona saat ini, Kak Ghaffar yang melihat perubahan pipi adiknya seperti tomat langsung memberikan kode pada Mba Nisa untuk mengisi piring makan dihadapannya.
"Eh,, Mba kok malah mengisikan piring Kiya? Padahal kan bisa sendiri," ucapnya dengan tidak enak.
"Kamu fokus dengan pikiranmu sendiri, dari pada keburu imsak nantinya yasudah Mba berinisiatif untuk mengisi lauk pauk. Sudah sekarang habiskan makanannya!" perintah Mba Nisa diangguki oleh Adzkiya.
Semua orang makan dengan penuh hikmat, setelah selesai makan Adzkiya langsung berjalan menuju westafel untuk mencuci perabotan yang sudah dipakai makan oleh seluruh keluarga. Hanya membutuhkan waktu kurang lebih lima menit, ia langsung mengelap tangannya dan berjalan menuju kamar. Tujuannya saat ini adalah mengambil ponselnya dan menghubungi Adnan untuk membangunkannya sahur, panggilan tersambung namun tidak ada tanda-tanda akan diangkatnya panggilan tersebut.
Adzkiya menghela napasnya lalu mencoba sekali lagi, "Ya Allah Kak, kamu tidur ko kaya kebo susah dibangunin," monolognya.
Tiga puluh panggilan sudah Adzkiya menunggu Adnan untuk sekedar mengangkatnya, sudah hampir memasuki imsak namun lelaki itu belum bangun juga. Adzkiya berinisiatif untuk menghubungi Akhmar adik dari pujaannya itu. Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya lelaki itu mengangkatnya.
"Hufh, Alhamdulillah kamu mengangkat panggilan Kakak, Mar," helanya.
"Kenapa Kak? Tumben telpon Akhmar?" tanyanya dari sebrang sana.
"Maaf nih kalau Kakak ganggu, sudah lima belas menit lalu menghubungi Kak Adnan malah tidak diangkat juga. Apakah dia sudah bangun untuk sahur?" tanya Adzkiya.
"Afwan Kak, tadi Kak Adnan membuatkan menu sahur untuk orang rumah. Jadi dia tidak sempat cek ponsel, maaf sudah membuat Kakak khawatir," lirihnya.
"Syukurlah kalau Kakak kamu sudah bangun, maaf banget kalau Kakak ganggu kamu. Boleh engga bilangin ke Kak Adnan untuk balas chat kakak," pintanya.
"Baik akan Akhmar sampaikan, kalau begitu ditutup dulu telponnya ya Kakak," ucapnya.
"Hm, baiklah, jangan lupa untuk niat puasa ya Akhmar. Assalammualaikum." Tanpa menunggu jawaban dari sebrang sana Adzkiya langsung menutup panggilan.
Ia memutuskan untuk mengambil wudhu kembali dan membaca kalamullah, setiap tahun selama bulan Ramadhan sudah menjadi rutinitasnya untuk menghatamkan Al-qur'an paling sedikit 1x. Namun targetnya tahun ini adalah bisa menghatamkan 5x dalam sebulan, ia bahkan ingin sekali bisa memaksimalkan beribadah.
Azan subuh berkumandang, Adzkiya langsung menuruni anak tangga satu persatu menuju mushola yang berada diarea rumahnya. Abi sengaja membuat mushola minimalis untuk kaum hawa yang ada dirumahnya, sesaat memasuki mushola Adzkiya melihat Ghaffar yang baru saja selesai murojaah sambil memangku Zakiya.
Adzkiya langsung mengulurkan tangannya ingin mencium punggung tangan kakaknya, Abi memanggil Ghaffar untuk mengajaknya beribadah di masjid komplek. Ummi mengajak seluruh kaum hawa untuk kembali mengambil air wudhu sebelum melaksanakan solat subuh berjamaah, usai selesai solat Ummi menyuruh putri-putrinya untuk menyetorkan hafalan Al-Qur'an. Dimulai dari Adzkiya yang menghafalkan juz 1 sampai juz 2, sementara Adiva tidak bisa mengikutinya karena harus mengerjakan laporan kerjaan, sedangkan Alya hafalan dibantu oleh Mba Nisa.
***
Ditempat lain, Wildan baru saja sampai dikediamannya setelah melaksanakan solat berjamaah di masjid. Ia langsung memasuki kamar pribadinya untuk kembali mengurus email masuk yang dikirim oleh staff kepercayaannya, sudah tiga hari dirinya memutuskan untuk cuti bekerja. Ia hanya memantau saja dari rekaman cctv yang terpantau dari laptopnya, ketukan pintu membuat Wildan menghentikan aktivitasnya.
Seorang wanita paruh baya beserta lelaki setengah baya menghampirinya, Wildan memutar bola matanya jengah ketika melihat Daddynya datang. Bukan karena rasa benci namun kekecewaan yang masih bersarang didalam hatinya, sulit sekali untuk berdamai dengan keadaan saat ini.
"Kamu itu lagi cuti tapi masih saja sibuk dengan laptop, ayolah apakah tidak suntuk harus terus berada di kamar pribadi terus. Nanti malah cepet tua seperti Daddymu, oh iya, Oma mempunyai ide bagaimana kalau kamu mengantar jemput Azzura sepupumu!" perintah Oma Alzena.
"Oma, lagian Zura hari ini bukannya dia cuti ya?" tanyanya.
Tiba-tiba seseorang memasuki kamar Wildan dengan terburu-buru, "Bohong Oma, lagian nih ya kalau Kak Wildan nganterin Zura pasti dia mempunyai kesempatan besar untuk modus dengan Kak Adzkiya," ucapnya dengan nada protesan.
Wildan membolakan matanya ketika sepupunya membongkar niat baiknya, "Tidak begitu Oma, jangan dengarkan Zura. Oh iya ngapain tanpa diundang udah ada dirumah ini, lagian mobil kamu bukannya baru beres diservis kemarin?" tanya Wildan dengan menyipitkan sebelah matanya.
"Biasa aja kali Kak Wil, Oma lihat tuh kelakuan cucu kesayanganmu. Lagian nih ya, tadi setelah solat subuh mobil Zura dipakai Bunda buat pergi ke Jakarta. Berhubung engga ada mobil satupun dirumah, dan Oma langsung telpon tadi pagi untuk datang ke rumah ini. Ya sudah, apa salahnya menerima permintaan Oma," tuturnya sambil memeluk tubuh Oma Alzena.
"Betul itu yang dikatakan Zura, ayo siap-siap sana Wil!" perintah Oma yang langsung diangguki oleh Wildan, ia tidak bisa menolak sama sekali permintaan Omanya tersayang.
Untuk kali ini biarkanlah Wildan mengikuti semua permainan yang dibuat oleh Oma dan Zura, mungkin dengan cara ini dia bisa mendekati wanita yang dicintainya dalam diam. Hanya membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit untuk bersiap, ia sudah selesai dengan setelan casual tidak lupa kacamata putih yang bertengger di hidungnya. Setelah merapihkan rambutnya, ia mengambil kunci mobil yang tersedia di atas meja rias.
Suara langkah kaki menggema dipenjuru massion milik keluarga Orlem, Azzura yang tengah menonton seputar gossip langsung memutar tubuhnya 90%. Posisinya saat ini membelakangi tangga utama, ia membulatkan matanya ketika melihat style yang dipakai oleh sepupunya itu. Azzura langsung berdiri lalu menarik tangan sepupunya menaiki anak tangga kembali menuju ke ruang pribadinya, Wildan hanya mengikuti langkah kakinya.
Sesampainya di pintu kamar Wildan, Azzura memasuki ruangan ganti dikamar tersebut. Ia mencari pakaian yang cocok untuk dipakai sepupunya, setelah mencari pakaian yang menurutnya cocok Azzura memberikan pada Wildan lalu menyuruhnya untuk mengganti sesegera mungkin. Namun bukannya setuju, Wildan malah menaruh kembali pakaian tersebut ketempat semula.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top