BAB 13 MAKAN MALAM BERSAMA

"Jika memang niatmu untuk menyempurkan agama, maka katakanlah yang sejujurnya pada Abi. Seorang anak perempuan kelak akan meninggalkan kedua orang tuanya untuk hidup bersama suaminya, namun berbeda dengan seorang suami. Karena surganya suami masih terletak pada kaki seorang ibu,"

~ Adzkiya Naila Taleetha.

Seminggu telah berlalu, dikediaman Abi Harrist tengah disibukkan dengan aktivitas masing-masing. Ummi dan Nissa sedang berada di dapur untuk membuat cemilan, hari ini akan ada makan malam spesial bagi putri kesayangannya. Alya yang sedang berada dikamar kakaknya melihat seberapa antusiasnya Adzkiya menyambut kedatangan Adnan, ya memang lelaki itu belum mengungkapkan isi hatinya.

Namun ini kali pertamanya ia membawa lelaki ke rumah, jika bukan kepergok dengan Ghaffar mungkin hari ini tidak akan terjadi. Bahkan tantangan Abi kepada Adzkiya tidak akan bisa diselesaikan, ia sangat bersyukur ketika Ghaffar mengerti apa yang dirinya inginkan.

"Oh sudahlah, Kak, lihat semua gamismu sudah dikeluarkan dari lemari. Tapi kenapa tidak ada satupun yang cocok denganmu," ucapnya sambil menunjuk kearah gamis yang berserakan diatas tempat tidur.

"Kamu tidak akan mengerti Alya, dengar ini adalah pertama kalinya ada seorang pria yang akan ikut makan malam bersama selain pacarnya Diva. Kamu tau sendiri kan Abi sudah memberikan tantangan pada Kakak, nah ini saatnya Kakak buktikan jika Adnan adalah lelaki yang baik dan cocok untuk menjadi suami nantinya," ujar Adzkiya dengan mata berbinar.

"Terserah deh, lagian waktu Om Eldar kerumah ini dengan niat baik untuk menjodohkan putranya dengan Kakak malah tidak mau. Awas Kakak menyesal loh menolak anaknya Om Eldar, eh iya kemarin Alya baru saja di follback oleh putra semata wayangnya. Suaranya saat melantunkan kalamullah sangat merdu sekali, "ungkapnya.

"What, kamu dapat darimana akun medsosnya anak Om Eldar?" tanya Adzkiya penasaran.

"Oh jadi ada yang penasaran nih, Ummi Kakak Kiya penasaran sama anaknya Om Eldar," jeritnya.

Adzkiya yang berdiri tepat di sisi tempat tidur mengambil sebuah bantal lalu dilempar kearah Alya, sementara adiknya itu hanya mentertawai kelakuan Kakaknya. Ia melihat ponsel adiknya yang tengah di charger diatas nakas lansung mengambil dan membuka akun instagram milik adiknya, tangannya berselancar membuka notifikasi. Dengan penasaran ia membuka instagram yang baru saja memfollownya, betapa terkejutnya ketika melihat wajah yang sangat dia kenal.

Adzkiya menutup mulutnya ketika melihat siapa anak dari Om Eldar, Alya merebut kembali ponselnya. "Loh, kenapa Kakak terkejut gitu? Memangnya kenal dengan anaknya Om Eldar?" tanya Alya dengan penasaran.

"Kakak pernah bertemu dengannya seminggu yang lalu tepat Adnan menjemput dikantor, tapi Kakak tidak tau namanya siapa hanya tau wajahnya saja. Subhanallah wajahnya sangat berseri, sepertinya dia seorang hafiz qur'an. Dan setau Kakak dia adalah sepupu dari Azzura, semoga saja kelak Allah memberikan jodoh terbaik untuk putra Om Eldar," ujarnya dengan tersenyum.

"Huh, sangat disayangkan kakak menolak perjodohan Om Eldar. Setau Alya, Kak Wildan adalah salah satu pewaris dari keluarga Orlem. Abi pernah bercerita latar belakang keluarga Om Eldar saat di meja makan, kalau tidak salah Kakak masih di dalam kamar. Selama di Indonesia, Kakak Wildan memiliki massion dan tinggal bersama Omanya. Karena sejak duduk dibangku sekolah menengah pertama, Bundanya sudah menghembuskan napas terakhirnya. Oleh sebab itu Kakak Wildan memutuskan untuk mengejar cita-citanya sesuai keinginan hati, Abi juga bilang kalau dia memiliki sebuah usaha coffeshop dikota ini dan bercabang diseluruh pulau jawa," ucapnya panjang lebar.

Adzkiya hanya bisa merutuki kebodohannya, lebih mementingkan egonya sendiri tanpa mendengarkan penjelasan Abi Harrist kenapa harus dirinya yang dijodohkan. Nasi sudah menjadi bubur, saat ini yang harus dipikirkan adalah bagaimana caranya untuk meluluhkan hati Abi agar bisa menerima Adnan sepenuh hati. Alya yang melihat Adzkiya diam saja memilih untuk meninggalkan kamar, memberikan sedikit ruang agar kakaknya bisa merenung dan memilih keputusan yang akan diambil untuk jalan hidupnya.

****

Waktu yang ditunggu-tunggu tiba, Alya yang baru saja melaksanakan solat magrib langsung membantu Ummi dan Kakak iparnya. Sedangkan Adzkiya tengah duduk di ruang tamu bersama Abi, Ghaffar dan Zakiya yang berada dipangkuannya. Anak balita itu sibuk berbicara pada Abahnya- Abi Harrist, sedangkan Adzkiya hanya termenung.

Ghaffar yang melihat adiknya termenung langsung berinisiatif menurunkan putrinya dari pangkuan dan pindah tempat duduk disebelah Adzkiya. Tangan kekarnya mengusap pipi adiknya dengan lembut, "Apa yang kamu pikirkan saat ini, bukankah ini adalah keputusanmu untuk memulai suatu hubungan. Dengarkan Kakak, kita semua tidak memaksa kamu untuk menuruti semua keinginan kami. Kamu memiliki hak untuk memilih jalan hidup, tapi tetap libatkan Allah dalam setiap langkahmu," jelasnya.

"Terimakasih karena Kakak sudah mau memihak pada Kiya, semoga keputusan ini adalah yang terbaik."

Suara klakson motor berbunyi, membuat Adzkiya langsung berjalan kearah jendela untuk melihat siapa yang datang. Senyumnya terbit ketika melihat penampilan Adnan malam ini, lelaki itu memakai celana bahan hitam dipadukan dengan baju koko berwarna hitam dan kopiah yang menambah aura ketampanannya makin terpancar. Adzkiya langsung membuka pintu setelah mendengar suara bel berbunyi, Adnan terpana ketika melihat penampilan wanita yang dicintainya dalam diam itu.

Ghaffar dan Abi berdiri lalu menyambut kedatangan Adnan beserta seorang laki-laki yang tidak jauh usianya dengan Adiva, Adnan dipersilahkan masuk oleh Abi Harrist. Sementara Adzkiya berjalan memasuki ruang makan, ia sengaja memberikan ruang untuk Adnan bisa berleluasa berbincang dengan Abi dan Kakaknya.

Ummi yang baru saja akan keluar ruang makan dengan membawa nampan berisi empat cangkir teh hangat dengan dua piring pisang goreng dihentikan oleh aksi Adzkiya yang merentangkan kedua tangannya, Nisa yang melihat tingkah konyol adik iparnya hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ummi sangat peka, ia memberikan nampan tersebut pada putrinya lalu menyuruhnya untuk membawa ke ruang tamu dimana Adnan dan Abi berada.

"Bagaimana kabarmu, Adnan?" tanya Kakak Ghaffar.

"A-alhamdulillah baik, Bang," balasnya dengan gerogi.

"Panggil saya Kakak saja, jangan gerogi gitu. Oh iya ini Abi kami bernama Harrist, kalau boleh tau siapa lelaki disebelahmu?" tanya Ghaffar.

"Dia adalah adik saya, kami lima bersaudara dan yang belum menikah hanya tinggal saya dan Akhmar saja yang belum menikah." Suara langkah kaki memasuki ruang tamu, Adzkiya hanya bisa menundukkan pandangan sambil tersenyum.

"Nah, Adzkiya sudah datang. Sini dek, duduk disamping Kakak!"

Adzkiya hanya mengangguk, namun sebelum bergabung ia memberikan minuman dibantu oleh Nissa-istri dari Ghaffar. Zakiya yang melihat Umminya sibuk langsung merajuk meminta di gendong, Nissa langsung menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu baru menggendong putrinya.

Abi Harrist membuka suara, ia ingin mengetahui apa tujuan anak muda di hadapannya itu. Sementara Adzkiya duduk di samping Ghaffar sambil memilin ujung khimarnya, rasa gerogi membuatnya diam membisu. Ketakutannya saat ini adalah Abi Harrist yang menolak mentah-mentah hubungan yang akan dijalin oleh putrnya itu.

"Nak Adnan, sebelumnya saya ingin menanyakan apakah kalian sudah mengenal satu sama lain. karena yang saya tahu Adzkiya sama sekali tidak mempunyai teman atau sahabat laki-laki, bahkan sejak duduk di bangku sekolah hingga saat ini dia belum pernah membawa teman laki-lakinya. Karena ini adalah pertama kalinya Adzkiya mengenalkan teman laki-laki itu pun saya tidak tahu jika saja tidak Ghaffar yang mengatakan semuanya pada saya," ucap Abi Harrist.

"Mohon maaf sebelumnya Om, saya teman semasa duduk dibangku sekolah menengah atas. Lebih tepatnya saya kakak tingkat dari putri Om, kami sudah mengenal bahkan niat kedatangan saya kesini ingin meminta ijin pada Om untuk mengenal lebih dalam karakter dan sifat Adzkiya. Karena yang saya tahu sewaktu sekolah, Adzkiya adalah anak yang ceria, baik, selalu menolong orang walaupun selalu menjadi bahan bullying dari teman sekelasnya, sholeh dan pintar. Bahkan Adzkiya menjadi salah satu anak osis yang paling aktif semasa menjabat sebagai seorang ketua sekretaris bidang, saya sangat mengagumi sosok putri om," balas Adnan.

"Hanya sebatas mengagumi, lalu kapan rasa cinta akan tumbuh diantara kalian. Adzkiya dimata kami adalah sebuah permata berharga, sedikit saja ada celah kerusakan itu akan fatal nantinya. Oleh sebab itu saya selaku Abinya ingin menikahkan Adzkiya dengan lelaki yang terbaik," sarkasnya.

Adnan langsung melihat kearah Abi Harrist, ternyata seperti ini rasanya dipandang sebelah mata oleh keluarga wanita yang dicintainya. Tapi Adnan tidak patah semangat untuk mendapatkan hati seluruh keluarga dari belahan jiwanya, sementara Adzkiya dia hanya menundukkan pandangannya tidak bisa berkata apa-apa setelah mendengar ucapan Abi Harrist.

Ghaffar yang melihat adiknya menunduk lalu meraih tangannya untuk memberikan kekuatan, sudah saatnya ia harus menjadi garda terdepan untuk mewujudkan semua impian adiknya walaupun harus menentang semua perintah Abi yang terkesan memaksa. "Abi, biarkan Adzkiya memilih hidupnya. Lagi pula kelihatannya Adnan akan selalu melindunginya lebih baik memberikan kesempatan pertama untuk mereka agar mengenal satu sama lain, Adzkiya saat ini dihadapanmu ada lelaki yang dengan gentle datang kerumah untuk bertemu Abi dan Kakak. Sudah saatnya kamu bahagia dengan pilihan hatimu tanpa harus mengikuti semua ucapan kami, tapi alangkah baiknya mengenal lebih dalam dulu dan satukan visi misi kalian sebelum melangkah menuju hubungan kejenjang yang serius."

Abi yang baru saja ingin membalas ucapan putranya ternyata lebih dulu Adzkiya mengutarakan keinginannya, "Adzkiya ingin mengenal lebih dekat lagi dengan Kak Adnan, bukankah Abi menginginkan putrimu ini segera menikah sebelum usia menginjak dua puluh tiga tahun? Inilah kesempatan Adzkiya untuk memulai hidup dengan lelaki yang berani datang dan mengutarakan niat baiknya di depan keluarga inti, Kiya tidak mau jika dilangkah oleh Diva, Abi yang selalu membeda-bedakan bahkan mengatakan jika Kiya bukan wanita sempurna." Tangis Adzkiya pecah ketika mengingat semua ucapan Abinya yang seperti sebuah rekaman audio berputar.

Ghaffar langsung memeluk adik tersayangnya, sementara Ummi yang sejak tadi mendengar pembicaraan mereka diruang pemisah antara ruang tamu dan ruang keluarga langusng berjalan kearah seluruh keluarga. Ia berniat untuk mencairkan suasana dengan menjamu tamunya dengan hangat, Ghaffar memberikan kode pada Nissa untuk membawa adiknya ke ruang makan. Sementara ia akan mengajak Adnan dan saudaranya untuk ikut makan malam. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top