Bab 11 Kepergok Bang Ghaffar
"Menjadi seorang wanita muslimah harus memiliki batasan-batasan terhadap lawan jenis, bukan malah mengobral layaknya menjual pakaian. " ~Ghaffar
Ditempat lain, sebuah mobil baru saja sampai dikediaman Abi Harrist. Seorang satpam bergegas membuka pagar dan juga mempersilahkan tuan mudanya memasuki pekarangan rumah, lelaki itu adalah Ghaffar Arsalan. Sudah tiga tahun keluarga kecil Ghaffar merantau ke kota dengan julukan "Bumi Sriwijaya", lebaran tahun ini ia bisa kembali berkumpul dengan keluarga besarnya. Baru saja lelaki itu membuka pintu mobil, sudah terdengar suara teriakan merdu dari adik bungsunya yang menggema seantro rumah.
Anak perempuan usia tiga tahun langsung turun dari mobil dibantu oleh Umminya, ia berlari memasuki rumah dengan tubuh yang gempal. Ghaffar menurunkan kopernya satu persatu dibantu asisten rumah tangga, sementara istrinya langsung masuk ke dalam rumah menyusul putri kesayangannya. Alya langsung memeluk tubuh Ghaffar melepas rindu, sementara lelaki itu mengusap tangan adiknya yang melingkar.
"Kak kenapa engga bilang sih ke Alya kalau udah sampai bogor, kalau tau Kakak sampai hari ini kan biar disiapkan jamuan masakan buatan Alya!" ketusnya.
Ghaffar menyentil kening Alya yang tidak tertutup hijab, "pernah diajarkan sopan santun tidak? Ngucap assalammualaikum dulu baru ngedumel," ucapnya dengan nada datar.
"Hehehe, maaf Kak, habisnya kan kesenangan melihat Kakak Ghaffar kembali lagi ke rumah ini. Oh iya mana oleh-oleh yang Alya minta," pintanya.
Ghaffar melepaskan pelukan adiknya dan membawa tangan Alya kearah kopernya, "bawa dulu koper Kakak masuk kedalam baru nanti minta oleh-oleh ke kakak ipar." Mata Alya membola ketika Ghaffar melengos masuk gitu saja dengan membawa kedua koper di kedua tangannya, sementara dirinya di tinggal dengan koper super besar milik kakaknya itu.
Alya mendorong kopernya dengan mimik wajah masam, Nisa-istri Ghaffar yang melihat adik iparnya memasuki rumah dengan membawa koper langsung menghampiri dan membantunya. Alya sangat bersyukur memiliki kakak ipar yang pengertian dan menyayangi layaknya seperti kakak kandung, setelah semua barang bawaan masuk kedalam rumah.
Ummi menyuruh Alya untuk menemani keponakannya, sedangkan Ghaffar dan Nisa tengah beristirahat dikamar. Zakiya –putri semata wayang Ghaffar berlari kearah taman bermain yang tersedia di belakang rumah, ia satu persatu permainan. Sementara Alya sibuk dengan ponselnya untuk membuat instastory disalah satu media sosial miliknya, jarinya tidak sengaja membuka postingan terbaru dari kakaknya yang sedang menghabiskan senja.
Namun yang menjadi pertanyaan dalam benaknya saat ini, siapa laki-laki yang berada dihadapan kakaknya. Walaupun hanya sebuah siluet, tapi Alya tidak yakin bahwa yang poto bersama Adzkiya adalah pacar kakaknya. Apalagi selama ini dirinya tidak pernah membawa lelaki ke rumah, ditambah sifat jutek yang dimiliki oleh Adzkiya. Mungkin nanti dia akan menanyakan terkait postingan itu pada kakaknya, Alya langsung mematikan ponselnya dan fokus pada Zakiya.
Azan magrib berkumandang, Ummi Daliya menghampiri putrinya untuk mengajak masuk kedalam rumah. Alya menggendong Zakiya saat memasuki rumah, ia lalu mengajak keponakannya untuk membersihkan diri. Sementara Ummi kembali ke dapur untuk mempersiapkan makan malam dibantu oleh Mba Nisa-istri Ghaffar, Ghaffar yang baru saja keluar dari kamarnya menggunakan stelan kurta pakistan kombinasi yang dipadukan dengan celana bahan hitam.
Sudah menjadi kebiasaan kaum adam dirumah Abi Harrist untuk melaksanakan ibadah solat berjama'ah dimasjid yang tidak jauh dari komplek, Abi mengajarkan untuk anak-anaknya bisa berbaur dengan orang-orang disekitarnya. Bisa saja melaksanakan solat dirumah, namuan pahalanya lebih besar dibandingkan melaksanakan masing-masing.
Rasulullah pun pernah memberikan peringatan keras tentang kewajiban shalat berjamaah, seperti dijelaskan dalam riwayat Imam Bukhori Muslim, yaitu : "Demi jiwaku yang berada dalam kekuasaan-Nya, sungguh aku bertekad menyuruh mengumpulkan kayu bakar, kemudian aku suruh seorang adzan untuk sholat dan seseorang untuk mengimami manusia, kemudian aku pergi kepada orang-orang yang tidak ikut sholat, kemudian aku bakar rumah mereka"
Selain itu dalam hadist riwayat Imam Ahmad, Rasulullah juga bersabda : "Tidak sempurna sholat seseorang yang bertetangga dengan masjid kecuali dengan berjama'ah. Dalam suatu riwayat, kecuali di masjid."
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan sholat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada apa pun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk."(QS. At-Taubah 9: Ayat 18)
Sementara kaum hawa melaksanakan solat berjamaah dirumah, selesai membersihkan diri Alya mengajak Zakiya ke mushola dalam rumah. Ummi dan Mba Nisa yang sudah beres berwudhu pun memasuki mushola, mereka berempat melaksanakan sholat fardu dengan khusu.
****
Adzkiya yang sudah selesai solat langsung memasukkan mukenanya kembali kedalam tas, ia memutuskan untuk meninggalkan masjid. Saat kakinya melangkah keluar masjid, tatapannya tidak sengaja melihat Adnan yang tengah bermurojaah. Senyumnya terbit ketika melihat lelaki yang dicintainya dalam diam masih bisa menyempatkan waktunya untuk sekedar membaca kalamullah, Adzkiya langsung berjalan menuju parkiran motor sambil menunggu Adnan selesai.
Lima menit berlalu, Adnan selesai menuntaskan murojaahnya. Ia mencium kitab suci lalu menaruhnya kembali ke rak yang tersedia di masjid, hatinya terasa lebih tenang ketika membaca kalamullah. Matanya menatap jam yang melingkar ditangan kirinya, setelah keluar dari masjid Adnan berjalan menuju parkiran motor.
Sesampainya diparkiran, Adnan langsung menghampiri Adzkiya yang sedang sibuk dengan ponsel genggamnya. Dengan kejahilannya Adnan langsung merebut ponsel itu dan membuat video lalu diunggahnya ke salah satu media sosial milik Adzkiya, sementara Adzkiya mencebikkan bibirnya lalu berjalan kearah motor Adnan.
"Hei, maaf ya. Habisnya malah sibuk main ponsel sampai tidak sadar bahwa Kakak sudah ada dihadapan kamu," ucapnya dengan tersenyum.
"Kalau Nai engga mau maafin tingkah laku kakak gimana!" ketusnya.
"Hm, berarti tugas Kakak meminta maaf kepada orang tuamu dan sekalian meminta restu agar bisa mempersunting kamu," ucapnya jujur.
"Ih, apaan sih ngomongnya malah gitu. Udah ah anterin pulang," balasnya mengalihkan pembicaraan Adnan.
"Tunggu, Nai, jika Kakak mengatakan itu dengan tulus dari lubuk hati yang terdalam bagaimana? Apakah kamu mau menerima pinangan Kakak suatu saat ?" ucap Adnan menatap kedua mata Adzkiya.
"Tanyakan pada Abi terlebih dahulu, karena yang berhak atas diri Nai masih Abi. Jika Kakak berniat untuk mempersunting putrinya, maka mintalah pada keluarga dengan baik-baik," balas Adzkiya.
"Baiklah, malam ini Kakak antarkan pulang sekaligus ingin mengenal keluarga kamu. Ayo kita berangkat," ajaknya.
Adnan memberikan helm pada Adzkiya dan membantu memakaikannya, setelah itu Adnan melajukan motornya membelah jalan kota bogor pada malam hari. Adzkiya memikirkan bagaimana respon Abi dan Umminya saat ia diantar oleh lelaki, sejauh ini dirinya belum pernah sama sekali membawa ataupun mengenalkan lelaki yang pernah dekat dengannya. Karena tujuan utama Adzkiya adalah membawa lelaki yang serius dengan keputusannya untuk mempersunting bukan malah mengajak pacaran tanpa kepastian ke jenjang pernikahan.
***
Sepulangnya dari masjid, Ghaffar mengajak istri dan putrinya untuk sekedar menghabiskan malam di teras rumah. Sementara Alya dia menghabiskan malamnya dengan mengerjakan tugas sekolah di taman belakang, Nisa membawakan nampan berisi secangkir coklat panas kesukaan suaminya dan tidak lupa cemilan goreng pisang yang sempat dibuat olehnya.
"Mas Ghaffar, ini minuman kesukaan kamu dan cemilannya. Oh iya Nisa tidak lihat Adzkiya dan Adiva?" tanya Nisa sambil menaruh nampan di atas meja lalu duduk disamping Ghaffar.
"Mungkin mereka masih sibuk dengan dunia kerjanya, sampai tidak ingat jalan pulang." Ghaffar mengambil pisang goreng lalu memakannya.
"Mas, tadi Ummi sudah menceritakan semua permasalah Adzkiya. Bahkan niat Abi Harrist untuk menjodohkannya dengan seorang sahabat Abi, tapi kalau Ummah boleh usul apa sebaiknya membiarkan Adzkiya untuk memilih pendamping hidupnya sendiri seperti kamu memilihku," ucapnya.
"Nisa, kamu tau sendiri jaman sekarang bukan seperti dulu. Bahkan saat ini moral dan akiqah anak laki-laki diluar sana tidak tahu, memang tidak semua laki-laki bermoral buruk. Tapi setidaknya keputusan Abi untuk menjodohkan Adzkiya dengan anak dari sahabatnya adalah keputusan terbaik, Mas sangat tahu sifat dan karakter masing-masing dari kita berempat. Yang lebih egois dan keras kepala adalah Adzkiya, nanti setibanya dia dirumah kamu coba untuk berbicara dari hati ke hati. Mas percayakan semuanya sama kamu, ya sayang," balas Ghaffar sambil mengusap pipi istrinya.
Tidak berselang waktu lama, suara deru motor parkir di depan pekarangan rumah ke diaman Abi Harrist. Nisa yang penasaran langsung berdiri dan melihat dari jarak dekat, tatapannya membola ketika melihat siapa yang datang diantar oleh seorang laki-laki. Ia langsung menghampiri suaminya dan menyuruh untuk segera masuk membawa putri mereka, namun disayangkan Ghaffar sudah melihatnya lalu menghampiri dua orang yang baru saja memarkirkan motornya.
Adzkiya turun dari motor dan melepaskan helm, ia tidak sadar jika di hadapannya sudah ada Ghaffar berdiri sambil tangannya menyilang. Suara deheman membuat Adzkiya melihat kearah depan, ia tersenyum kikuk. Seperti maling tertangkap oleh warga, Ghaffar langsung memberikan kode pada Nisa untuk membawa adik dan putrinya masuk. Namun sebelum itu Adzkiya memberikan helm pada Adnan, sepanjang memasuki rumah ia hanya menunduk dan merasa bersalah.
Ghaffar langsung menatap Adnan dengan raut tidak suka, sedangkan Adnan mencoba untuk bersalaman dengan Ghaffar, lalu ia berkata "Assalammualaiakum, maaf Bang saya mengantarkan Adzkiya pulang terlalu malam."
"Waalaikumussalam, kalau boleh tau kamu siapanya adik saya?" bukannya membalas jawaban Adnan, Ghaffar malah memberikan pertanyaan padanya.
"Saya teman dekatnya Bang, perkenalkan nama Saya Muhammad Adnan Al-faaris. Kalau boleh tau nama abang siapa?"
"Tidak perlu tau nama saya, jika memang kamu ingin lebih dekat dengan Adzkiya. Saya tunggu hari minggu tepat puasa pertama untuk bertemu dengan keluarga kami, karena Adzkiya adalah permata berharga bagi saya. Jangan sekali-kali kamu menyakiti hatinya apalagi membuat dia menangis, jika itu sampai terjadi hidupmu tidak akan pernah tenang camkan itu!"
"Baik Bang, minggu saya akan datang dengan salah satu keluarga saya. Kalau begitu saya pamit undur diri, Assalammualaikum."
Sebelum Adnan pamit Ghaffar mencekal tangannya, "Dan ingat satu hal, jangan mengajak Adzkiya menuju jurang kemaksiatan. Ajaklah dia untuk menuju ridho-Nya dengan cara mempersuntingnya dengan ijab, bukan mengajaknya berpacaran. Jangan sesekali berduaan tanpa adanya pihak ketiga dari keluargamu ataupun Adzkiya," ucap Ghaffar dengan penuh tekanan.
"Baik Bang, terimakasih atas nasihatnya. Lagi pula saya tahu batasan-batasan, walaupun iman saya tidak setinggi Adzkiya ataupun keluarganya. Insyaallah, saya akan berusaha untuk memperbaiki dan membimbing Adzkiya menuju jalan yang lurus."
Ghaffar menepuk pundak Adnan tiga kali pertanda bahwa dia sangat bangga dengan kata-katanya, Adnan langsung menaiki motor dan meninggalkan rumah Adzkiya. Ghaffar langsung memasuki rumahnya sambil bersiul, ternyata asik juga mengganggu adik tertuanya. Ia memang sedikit tegas seperti Abi Harrist bahkan Ghaffar memiliki prawakan tinggi besar, berwajah lebih ke arab.
Namun ia memiliki keusilan yang unik, apalagi jika menyangkut Adzkiya. Ghaffar sangat menyayangi ketiga adiknya, tapi ia lebih cenderung memberikan kasih sayang lebih pada adik pertamanya. Adzkiya dan Ghaffar hanya beda ibu tetapi keduanya sama-sama saling menyayangi, namun kelemahan lelaki itu tidak terlalu dekat dengan Abi Harrist.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top