Adzkiya Naila Taleetha

"Hidup itu harus disyukuri dan dinikmati. Jika kau lelah dengan hidup, cukup basuh wajahmu dan mengucapkan istigfar."

—Adzkiya

Seusai dibangunkan oleh uminya, Naila yang memang telah terlambat langsung bersiap-siap melakukan rutinitas pagi sebelum berangkat kerja. Hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit, ia sudah siap dengan seragam PDH-nya beserta hijab yang menutupi surai rambut hitamnya.

Setelah dirasa sudah selesai dengan polesan make-up tipis, Naila langsung meraih tas kerja tidak lupa dengan berkas-berkas yang sudah diselesaikannya semalam. Kedua kakinya melangkah menuruni satu persatu anak tangga dengan tujuannya saat ini adalah bergabung dengan keluarganya dilantai bawah, disisi lain

Umi Daliya yang diperlakukan manis oleh suaminya tersipu malu, pernikahan mereka berdua sudah memasuki usia dua puluh tiga tahun. Sebelum menikahi Umi Daliya, Abi Harrist sudah lebih dahulu menikah dan memiliki putra satu-satunya bernama Ahmad Ghaffar Arsalan.

"Umi sangat bahagia memiliki suami seperti Abi yang menyayangi anak-anak bahkan mencintaiku apa adanya, terima kasih sudah menjadi imam di dunia untukku dan keluarga kecil kita. Semoga Ghaffar bisa membimbing istrinya seperti kamu membimbingku hingga seperti saat ini, Ana Uhibbuka Fillah zauji," ucap Umi Daliya lalu memeluk suaminya dengan erat menyalurkan betapa bahagianya saat ini.

"Abi yang bersyukur mendapatkan kamu, terima kasih karena sudah menerima kekuranganku dan mencintai Ghaffar seperti putra kandungmu sendiri. Abi sangat berharap kelak Allah persatukan kita semua di surga nanti, Ahabbakilladzii ahbabtani ilahuu zaujati." Abi mencium kening Umi Daliya dengan penuh cinta.

Naila yang melihat keromantisan kedua orangnya hanya bisa menggelengkan kepalanya, suara ketukan langkah sepasang sepatu membuat Abi dan Umi langsung menatap ke arah di mana seorang gadis berjalan menuju ruang keluarga, Abi Harrist langsung memanggil Naila untuk sarapan terlebih dahulu sebelum beraktivitas hari ini. Namun, putri sulungnya itu menolak dengan tegas, Umi Daliya berinisiatif untuk membuatkan bekal sarapan tidak lupa dengan sebotol susu cokelat kesukaan Naila.

"Umi, Abi, kakak berangkat duluan ya, Assalamualaikum!" ketika Naila akan melangkahkan kakinya suara Abi menggema.

"Kak, tunggu sayang ada yang ingin Abi bicarakan sama kamu!" perintah Abi membuat Naila menghentikan langkahnya, dengan embusan napas yang berat Naila membalikkan badannya lalu berjalan ke arah kedua orang tuanya.

"Abi, Naila mohon jangan untuk sekarang. Putrimu ini sudah kesiangan, apalagi jalanan menuju kantor yang akan memakan waktu karena kemacetan. Izinkan Nai untuk berangkat sekarang ya, Abi," ucapnya dengan wajah memelas.

"Sampai kapan kamu akan menghindar ketika Abi ingin menjodohkan kamu dengan rekan kerja Abi. Umur kamu sudah memasuki 23 tahun, mau sampai kapan sendiri terus? Lihatlah abangmu Ghaffar, saat ini sudah bahagia dengan keluarga kecilnya. Apa kamu tidak ada niatan sedikit untuk memulai hidup baru?" tanya Abi dengan wajah yang datar.

"Ayolah, Abi. Naila masih ingin menikmati hidup bebas. Lagi pula masih belum ada pemikiran untuk menikah muda. Oh, iya, Naila minta uang tambahan untuk minggu ini karena ada tugas kampus. Janji deh, saat di umur 23 tahun putrimu ini mulai fokus untuk memikirkan hidup ke depannya bagaimana, tapi Naila mohon untuk tidak ada perjodohan. Itu terlalu kuno, sudah saatnya Naila ingin memilih pasangan hidup sendiri, bukan pilihan Umi atau Abi."

Bukan Naila namanya jika tidak bisa membuat kedua orang tuanya luluh dengan ucapan manis. Sang Abi hanya bisa menghela napas berat. Memang paling sulit berbicara serius dengan putri sulungnya ini, egonya terlalu tinggi. Kepribadian Naila tidak jauh beda sifatnya dengan Abi Harrist yang egois, namun hatinya lembut seperti kapas.

"Baiklah jika itu mau kamu, berapa uang yang kamu butuhkan biar Abi yang transfer ke nomer rekeningmu. Tapi ingat jangan kamu hambur-hamburkan uang itu, lebih baik disisihkan kalau perlu kamu sedekahkan kembali kepada yang membutuhkan!" perintah Abi Harrist sambil mengetikkan sesuatu di ponsel pintarnya.

"Terima kasih, Abi Sayang. Kalau begitu Naila berangkat dulu. Assalamualaikum," pamitnya. Ia tidak lupa mencium tangan kedua orang tuanya, meminta restu hari ini. Umi Daliya hanya menggeleng-geleng dengan tingkah laku putrinya. Selepas kepergian Naila, Umi Daliya langsung membersihkan meja makan dan kembali menemani suami tercinta.

Setelah sadar motornya tidak ada, Adzkiya menghela napas lemah. Dia mencoba tenang dan mendinginkan pikiran, lalu kembali berjalan ke dalam rumah untuk menemui sang ummi. Dia tahu, berteriak pada orang tua tentu bukan adab yang diajarkan Rasulullah.

"Afwan,Ummi, motor Naila kemana, ya?"

Sementara Abi Harrist yang tengah menyesap secangkir kopi langsung tersedak ketika melihat putri sulungnya tiba-tiba datang. Umi Daliya yang sedang membersihkan peralatan makan langsung menghampiri putrinya.

"Kak, bukankah semalam Ummi sudah bilang kalau hari ini kamu berangkat bareng sama Abi atau diantar oleh Mang Ucup? Motor kesayangan kamu kan dipakai Adiva dulu, besok baru kamu pakai motor lagi, ya," ucap Umi Daliya dengan nada penuh kelembutan.

"Astaghfirullahaladzim, afwan, Ummi, Kakak lupa kalau semalam Diva meminta kunci motor. Aduh, dasar ceroboh banget sih, tidak perlu Ummi. Jika Kakak berangkat bareng Abi atau Mang Ucup, pasti memakan waktu lama lagi. Lebih baik memesan ojek saja yang lebih aman dan cepat," ucapnya lirih.

Tidak mungkin Naila bisa melukai hati wanita yang sudah melahirkan dan memberikan kasih sayang dengan tulus untuknya hingga saat ini. Dengan berat hati, ia memilih untuk memesan ojek online yang lebih praktis. Jika menunggu Abi atau Mang Ucup memanaskan mobil bisa memakan waktu lebih lama lagi, apalagi jarak dari rumah ke kantornya sering terjadi kemacetan di beberapa titik.

Hanya membutuhkan waktu sekitar lima menit, ojek online pesanan Naila sampai. Ia segera menghampiri pengemudi ojol dan tidak lupa memakai helm yang sudah diberikan. Setelah terpasang, ia langsung menaiki motor dan tidak lupa mengucap basmallah.

Sepanjang perjalanan, Naila hanya bisa merapalkan zikir dari bibirnya. Ia berharap jika waktu bisa sedikit lambat hari ini. Karena ia tidak ingin hari ini menjadi lebih buruk hanya kecerobohannya terlambat bangun, jarak dari rumah ke kantor hanya membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit.

Setelah sampai parkiran, Naila bisa bernapas lega karena tidak sampai telat. Ia membuka ponsel dan aplikasi absen masuk. Dirinya tidak lupa melepaskan helm, lalu memberikan ongkos berikut helmnya pada ojol tersebut. Dengan tergesa-gesa, Naila memasuki ruangan kerjanya dan membanting diri di atas tempat duduk.

"Astaghfirullahaladzim, kalau datang itu ucapkan salam terlebih dahulu Kak Naila. Lah, Kakak malah langsung duduk saja. Jangan bilang hampir telat lagi?" tanya sahabatnya yang tidak lain Azzura.

"Sut, diem anak kecil! Ini semua gara-gara tugas kantor yang mengharuskan kakak lembur semalam. Lihat, nih, mata panda keliatan banget. Bu Bos belum datang, kan? Berharap hari ini ada rapat di luar kantor, deh," ucapnya dengan pelan, namun masih di dengar oleh Azzura.

"Hari ini, kan, emang ada rapat dengan dinas terkait untuk membahas kerja sama perihal pembayaran iuran PD pemda, Kak?" tanya Azzura tanpa menatap wajah Naila karena fokus pada layar monitor.

"Maksudku adalah dinas luar, adikku sayang. Sehari saja otak kamu jangan lemot, Dek," ucap Naila terkikik-kikik.

Seluruh tenaga ASN memasuki kubikel masing-masing. Naila mulai menyalakan komputer, lalu memeriksa map file yang sudah dibawanya dari rumah. ia menatap layar monitor dan mempersiapkan kebutuhan rapat yang akan diadakan pukul 9.00 pagi di Dinas Kesehatan. Kali ini, Naila hanya mempersiapkan data yang dibutuhkan. Bulan ini dirinya mengirim data usulan terkait BPJS pemerintah warga sekitar 2000 KK. Ia berharap semua warga bisa mendapatkan fasilitas kesehatan dengan layak.

***

🌷🌷🌷🌷

Akhirnya bisa juga update kisah Takdir Sang Ilahi..
Kali ini Sekar ikutan nulis marathon batch 2 bersama komunitas Rex publisher, ayo jangan lupa vote dan komentar sebanyak-banyaknya untuk disetiap babnya.

Insya Allah nanti di akhir bab akan ada give away yang akan sekar adakan untuk kalian semua 🥰🤭..

1599 kata 🥰
Jangan lupa follow Instagram Sekar_puji_indriaswati & storry_sekarpuji07

Adzkiya Naila taleetha
#Revisi 08 April 2023

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top