Bab 23 ~ Anugerah Tuhan
Sebenarnya Ayra kurang menyukai harus ikut dengan orang tuanya untuk menghadiri acara dari kolega orang tuanya.
Saat ini dirinya merasa sedang terjebak di antara ratusan manusia. Acara yang membosankan menurut Ayra. Ia tidak mengerti apakah ini memang acara pembukaan sebuah sekolah swasta elite atau sebenarnya acara pamer harta dan jabatan?
Dari tadi Ayra hanya duduk dan memperhatikan orang yang berlalu lalang. Sesekali ia mendengarkan percakapan orang-orang di sekitarnya yang bahasannya tak jauh dari membicarakan pencapaian mereka.
Ia pun akhirnya mengirim pesan pada Liam.
Ayra : acaranya ngebosenin, pengen pulang tapi takut di coret dari kk 🥲
Sudah ceklis dua tapi tak kunjung di balas walaupun sudah beberapa menit yang lalu. Tapi Ayra tidak berpikir yang macam-macam karena ia paham pasti saat ini Liam belum pulang kerja atau mungkin masih di perjalanan.
Ayra hendak beranjak dari duduknya berniat mencari keberadaan orang tuanya. Memang sejak tadi orang tuanya mengajak ia untuk bertemu sang empunya hajat, Ayra memutuskan untuk memisahkan diri karena tidak ingin terlibat dengan obrolan yang menurutnya kurang menyenangkan.
“Nah kan benar ini kamu,” hingga sebuah suara mengurungkan niatnya.
Ayra cukup terkejut karena ia bertemu lagi dengan Andi, orang yang dulu sempat akan di jodohkan dengannya. Si anak politikus terkenal itu.
“Eh mas Andi. Kamu di sini juga?” tanya Ayra.
“Iya saya juga di undang. Sama pak Hadi ke sini?” tanya Andi dan diangguki oleh Ayra.
“Saya boleh, kan duduk di sini?” tanya Andi sambil menunjuk kursi yang berada di dekat Ayra.
“Ya boleh dong. Masa saya larang,” gurau Ayra dan dihadiahi tawa kecil Anda.
“Kamu apa kabar Ay?” tanya Andi berbasa-basi.
“Alhamdulillah baik. Kamu sendiri gimana?” tanya Ayra.
“Seperti yang kamu lihat, saya juga baik,” jawab Andi.
“Yang terlihat kadang bukan kenyataannya,” ucap Ayra santai.
“Benar juga sih. Oh ya congrat’s ya buat pertunangannya,” kata Andi sambil melirik sekilas ke arah jari Ayra.
“Hehe iya makasih ya,” kata Ayra.
“Saya jadi penasaran calon suami kamu itu seperti apa hingga bisa naklukin perempuan seperti kamu. Dia beruntung banget Ay,” ujar Andi.
“Saya yang beruntung sepertinya,” ucap Ayra merendah.
“Nanti kalau nikah ngundang saya, kan?” tanya Andi sambil terkekeh.
“Iya dong. Kemarin sebenarnya hanya acara ulang tahun saya kecil-kecilan. Gak nyangka juga bakalan sekalian tunangan,” kekeh Ayra.
“Mas Andi udah dapat calonnya sekarang?” tanya Ayra iseng.
“Bingung saya Ay. Ada perempuan yang aku suka tapi dianya seperti tidak suka aku,” jawab Andi.
“Perasaan itu jangan di terka-terka loh. Karena perasaan itu sebuah misteri yang hanya pemiliknya yang tahu. Kalau memang kamu suka ya coba di deketin dulu,” ujar Ayra.
Ia jadi teringat kepada kisah rumit dirinya dahulu dengan Liam. Terlalu banyak prasangka hingga membuat mereka melewati kisah yang panjang ini.
“Pengalaman Ay?” tanya Andi dengan nada becanda.
“Bisa dibilang kaya gitu. Tapi saya serius loh ini ngasih saran ke kamu. Kalau emang suka ya coba dulu jangan langsung nyimpulin kalau dianya gak suka,” jawab Ayra.
“Tapi saya baru pernah ketemu dia dua kali Ay. Dunia kita juga berbeda, jadi sulit buat aku bisa mencoba berkomunikasi dengan dia,” kata Andi.
“Hah? Dia dari dunia lain?” tanya Ayra dengan wajah polosnya.
“Bukan gitu Ayra,” kata Andi dan tertawa.
“Maksud saya lingkungan saya dan dianya yang berbeda. Waktu itu pertama kali aku ketemu dia pas ngantar ibu ku ke rumah sakit. Dan sekarang saya gak tahu karena alasan apa saya bisa bertemu dan mendekatinya?” tanya Andi yang lebih ke bertanya pada dirinya sendiri.
“Dia dokter?” tanya Ayra langsung dan diangguki oleh Andi.
“Masih koas sih,” jawab Andi dan Ayra mengangguk-angguk paham.
“Emm gimana ya saya jadi bingung. Kok bisa sih sampai suka walau cuman ketemu dua kali?” tanya Ayra.
“Namanya juga cinta pada pandangan pertama Ay,” jawab Andi.
“Bener sih. Dia kerja di rumah sakit mana?” tanya Ayra.
“Eh aku jadi inget. Kayanya itu rumah sakit milik om kamu deh Ay,” kata Andi antusias.
“Serius? Nama dokter mudanya siapa? Nanti bisa saya tanyain deh ke adik sepupu saya yang juga lagi koas di sana,” kata Ayra.
“Wow! Ini takdir kayanya,” kekeh Andi.
“Namanya Azalea kalau gak salah. Ia bener itu karena saya sempat baca di id card nya,” ucapan Andi membuat Ayra melongo tak percaya.
Apa dunia memang sesempit ini? Pikir Ayra.
“Kenapa Ay? Kamu kenal?” tanya Andi merasa aneh dengan ekspresi Ayra.
“Jangan bilang kalau itu adalah Azalea yang sama dengan adik sepupu saya,” kata Ayra.
“What? Kalau benar ini berarti emang dia itu jodoh saya loh,” kata Andi dengan semangat membuat Ayra hampir saja tertawa keras.
“Ini takdirnya becanda banget sumpah! Bisa-bisanya kamu suka sama adik sepupu saya sendiri,” ucap Ayra dengan tawa renyah.
“Akhirnya saya merasa bersyukur banget telah datang ke acara ini dan bertemu kamu,” kata Andi.
“Apa nih? Bau-baunya pengen saya jadi perantara kalian ya?” tanya Ayra dengan tatapan menyelidik.
“Ayolah Ay. Kamu kan tahu saya pria baik-baik yang pasti gak akan nyakitin hati sepupu kamu. Orang berniat baik itu di bantu Ay,” ucap Andi dengan nada yang menurut Ayra sangat lucu.
Laki-laki kalau jatuh cinta emang ya sampe lupa segalanya.
“Saya sampai lupa kalau kamu itu anggota dewan,” ucap Ayra tertawa kecil.
“Udah jangan bahas itu. Kalau sama teman saya itu santai kaya gini Ay. Lagian bentar lagi kita juga bakalan jadi sodara,” ucap Andi sambil menaik turunkan alisnya.
“Idih PD banget bakalan jadi sama Lea,” kata Ayra tak bisa menahan tawanya lagi.
“Mau ya, Ay?” tanya Andi lagi.
“Mau apa nih?” goda Ayra.
“Yeahh mau dong kamu deketin saya sama Lea,” jawab Andi.
“Yaudah entar saya pikirin deh gimana caranya biar kalian bisa dekat,” ucap Ayra.
“Yes! Makasih Ay udah mau bantuin,” ucap Andi dengan senang.
Ayra hanya terkekeh. Ia sepertinya harus memutar otak bagaimana ini. Pasalnya ia dan Lea memang sepupuan tapi mereka pun jarang bertemu atau berkomunikasi. Paling hanya sekadar menanyakan kabar dan itu pun jarang Ayra lakukan.
“Asik banget kayanya,” papa dan mama Ayra tiba-tiba menghampiri mereka.
“Eh Pak, apa kabar? Ibu juga apa kabar?” tanya Andi dan langsung menyalami orang tua Ayra.
“Baik alhamdulillah, ibu juga sehat,” jawab papa Ayra dan mamanya hanya tersenyum ramah.
“Eh kamu udah denger belum tentang pak Satrio?” tanya papanya Ayra pada Andi dan langsung duduk di dekatnya.
Ayra pun hanya menghembuskan napasnya. Ia kira orang tuanya akan mengajak dirinya pulang. Eh sang raja malah memiliki topik obrolan baru dengan Andi.
Ayra mengecek ponselnya dan ternyata Liam sudah membalasnya.
Liam : sabar.. namanya juga hidup😌
Aku baru pulang Ay. Baru nyampe apart.
Nah kan benar dugaan Ayra. Pria ini pasti baru pulang.
Ayra : iya kalau gak hidup gak napas:) Aku masih di acara bang. Abang mandi dulu, jangan lupa makan ya. Entar pulang dari sini Ayra kabarin.
Liam : oke Ay.
***
Sepulangnya dari acara Ayra langsung merebahkan dirinya di kasur. Ia mengecek jam dan baru jam 9 malam. Dengan cepat ia pun langsung menghubungi Liam.
“Baru pulang?” tanya Liam dengan posisi yang sama dengan Ayra. Rebahan.
“Iya,” jawab Ayra dan mengangguk-anggukkan kepalanya.
“Ganti baju dulu dong sayang. Itu make up nya juga bersihin,” kata Liam sambil menilik penampilan Ayra dari layar ponselnya.
“Bentar aku masih capek,” kata Ayra.
“Nanti keburu ngantuk loh, itu bajunya juga pasti kotor dari luar masa langsung rebahan di kasur sih,” komentar Liam.
“Bawel banget sih tunangan aku ini!” ucap Ayra sambil mendengkus.
“Kan aku mau cerita dulu ke Abang. Entar kalau aku bersih-bersih dulu keburu Abangnya malah tidur,” lanjut Ayra.
“Yaudah mau cerita apa sayangku hari ini?” tanya Liam dengan lembut membuat Ayra salah tingkah.
Meski bukan pertama kalinya, tetap saja Ayra sering merasa salah tingkah di depan Liam.
“Jadi tadi di pesta itu aku ketemu sama mas Andi, dia itu anaknya temen papa.” Ayra memulai ceritanya.
“Yang pernah di jodohin sama kamu?” tanya Liam cepat.
“Iya. Tapi jangan bahas itu sekarang dong. Ceritanya bukan kesana arahnya,” kata Ayra menjelaskan.
“Iya terus gimana kelanjutannya?” tanya Liam.
“Ternyata ya Bang. Dia itu naksir sama Lea, sepupunya Aira. Anak bungsunya om Aska,” kata Ayra.
“Awalnya sih Ayra gak tahu kalau yang di ceritain mas Andi itu adalah sepupu aku. Tapi setelah kita mengobrol lebih lama barulah kita ketahui kalau orang yang di maksud dia itu adalah sepupu Ayra,” lanjut Ayra.
“Lucu banget, kan Bang? Dunia ini berasa sempit banget,” kata Ayra mengakhiri sejenak ceritanya.
“Kamu ngobrol lama sama dia?” tanya Liam tidak nyambung dengan obrolan Ayra sebelumnya.
“Iya lah kan bahas Lea Bang. Jangan mikir yang macam-macam loh,” ucap Ayra memperingati.
Pasalnya menurut Ayra, Liam itu ternyata tipe laki-laki yang pencemburu. Bukan sekali dua kali mereka bertengkar hanya karena rasa cemburu.
“Terus apa lagi?” tanya Liam.
“Dia minta aku buat ngedeketin mereka,” jawab Ayra.
“Terus kamu mau?” tanya Liam.
“Mau nolak juga, kan Ayra bingung Bang. Ya udah Ayra setujui aja meskipun gak tahu harus gimana caranya,” jawab Ayra santai.
“Kamu kok gak nanya aku dulu sih Ay?” tanya Liam membuat Ayra mengerutkan keningnya.
“Kenapa?” tanya Ayra bingung.
“Kalau aku gak setuju gimana?” tanya Liam.
“Alasannya?” Ayra balik bertanya.
“Kalau kamu jadi perantara mereka, itu artinya kamu bakalan sering komunikasi sama mas Andi dong. Dan aku gak suka itu,” jelas Liam.
“Terus Ayra gimana dong? Kan gak enak juga kalau tiba-tiba Ayra nolak permintaannya?” tanya Ayra.
Ia tak ingin memperpanjang masalah dengan Liam. Bertengkar permasalahan orang ketiga dengan Liam dahulu juga cukup membuatnya lelah.
“Yaudah kalau gitu kamu yang komunikasi sama Lea. Dan biar aku yang komunikasi sama mas Andi,” usul Liam.
“Eh serius say? Kamu mau bantuin?” tanya Ayra kicep gak percaya.
“Iyalah serius. Dari pada kamu harus komunikasi terus sama beliau,” kata Liam membuat Ayra terkekeh.
“Makasih sayangnya aku,” ucap Ayra dengan senyum merekah.
Ia tersenyum begitu pula hatinya. Memiliki pria seperti Liam di sisinya merupakan anugerah dari Tuhan yang tak terhingga bagi Ayra. Pria itu yang selalu menjadi penengah dan pemberi solusi bagi segala kebingungannya.
Ayra menghembuskan napasnya lega. Untuk saat ini berarti ia hanya tinggal memikirkan cara bagaimana untuk bisa mendekatkan Andi dan Lea.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top