Bab 15 ~ Menjaga dan Memberi Kepercayaan

Happy Reading ^^

Hari demi hari telah berlalu. Ayra menatap ke sekeliling orang-orang yang berlalu lalang beraktivitas di pagi hari. Ada yang jogging atau hanya sekadar berjalan-jalan. Hari Minggu memang taman komplek nya ramai dikunjungi. Selain luas, suasananya juga adem dan asri membuat orang-orang betah berlama-lama di sana begitu pun dengan Ayra.

"Ayra sendiri aja," tegur ibu Rose, mama nya Liam.

"Eh Tante. Iya nih sendiri aja," jawab Ayra sambil tersenyum ramah.

"Habis olahraga Ay?" tanya bu Rose melihat Ayra yang membawa botol minum dan handuk kecil.

"Iya Tan, biasalah hanya lari-lari kecil," ucap Ayra sambil terkekeh.

"Tante sendiri?" tanya Ayra.

"Iya Ay. Tante hanya jalan-jalan aja sih bosen di rumah," jawab bu Rose.

"Om sehat Tan?" tanya Ayra menanyakan papa nya Liam.

"Alhamdulillah sehat. Ayo main ke rumah dong Ay," tawar ibunya Liam.

"Boleh Tan?" canda Ayra.

"Ya boleh lah. Apa sih yang gak boleh buat calon mantu," kikik ibunya Liam membuat Ayra salah tingkah.

Masalahnya ia sendiri pun tak tahu sekarang hubungannya dengan Liam apa. Ditambah kepergian Liam ke luar negeri membuat hubungannya semakin menggantung tanpa arah.

"Nanti deh kapan-kapan Ayra main ke rumah Tante," kata Ayra kemudian.

"Nah gitu dong! Tante itu suka kesepian di rumah sendiri, mama kamu juga sama mungkin ya Ay," ucap bu Rose dan diangguki oleh Ayra.

"Makannya mama itu rawat tanaman terus Tan. Sampai taman belakang rumah udah kaya tempat penjualan tanaman hias saking banyaknya," kata Ayra sambil terkekeh.

"Kalau tante mah seneng masak terus kalau bosan, sampe papa nya Liam bosan kayanya harus menguji coba terus masakan tante," ujar bu Rose dengan tertawa renyah.

"Kapan-kapan Ayra aja deh Tan yang jadi bahan uji coba nya," tawar Ayra dengan semangat.

"Boleh tuh kalau kamu mau tante seneng deh. Entar tante buatin apa aja sesuai request kamu," kata bu Rose.

"Serius nih Tan sesuai permintaan aku?" tanya Ayra senang.

"Serius dong! Ayo kapan nih mau ke rumah tante?" tanya bu Rose membuat Ayra sedikit berpikir.

"Hari Rabu aja ya Tan," kata Ayra memutuskan setelah memikirkan jadwal mengajarnya.

"Eh kamu gak tiap hari ngajar, kan Ay?" tanya bu Rose.

"Enggak Tan, hari Rabu juga Ayra kebetulan gak ada jadwal," jawab Ayra.

"Yaudah Ay tante tunggu ya kamu di rumah. Sekarang kita sarapan yuk, kamu belum sarapan, kan?" tawar bu Rose.

"Iya ayo Tan, kebetulan Ayra juga udah lapar," kata Ayra menyetujui.

Dan mereka pun berjalan bersama menuju penjual bubur ayam yang tak jauh dari sana.

***

"Kata mama tadi kamu ngobrol-ngobrol ya sama mama pagi hari?" tanya Liam.

Saat ini mereka tengah melakukan video call.

"Iya," jawab Ayra sambil membenarkan rambutnya.

"Ngobrol apa aja sama mama?" tanya Liam penasaran.

"Enggak banyak sih, tapi nanti hari Rabu aku mau main ke rumah tante," jawab Ayra dan kembali membenarkan rambutnya.

"Rambut kamu kenapa sih Ay?" tanya Liam sambil terkekeh.

"Kok rasanya kaya berantakan gini ya," ucap Ayra dengan senyum yang berhasil membuat Liam merasa ketar-ketir.

"Kalau aku ada di sana udah aku berantakin beneran itu rambut kamu," kata Liam dengan gemas.

"Makannya sini pulang," ujar Ayra dengan menaik turunkan alisnya.

"Aku pulang kamu udah kasih jawaban ya," ucap Liam dengan senyum miringnya.

"Tergantung," kata Ayra.

"Lah mau selama apa lagi loh Ay," protes Liam.

"Tergantung abang bisa yakinin aku nya segimana dulu," ucap Ayra.

"Yang membuat kamu ragu terhadap abang itu apa Ay?" tanya Liam.

"Banyak hal Bang. Yang paling membuat aku ragu adalah aku gak yakin kalau Abang bakalan jadi jodoh aku," jawab Ayra.

"Jodoh itu emang misteri Ay, tapi apa selamanya kamu akan hidup dalam keraguan? Bagaimana kamu akan tahu jawabannya jika tidak pernah mencoba?" ucap Liam.

"Abang tahu apa yang membuat Ay takut untuk mencoba?" tanya Ayra membuat Liam menggeleng.

"Kamu boleh cerita kalau emang kamu udah siap. Kalau kamu merasa belum siap mendingan jangan dulu cerita," kata Liam setelah beberapa saat Ayra hanya terdiam seperti tengah berpikir.

"Bukannya gak siap hanya aja sedikit malu," kata Ayra sambil terkekeh menutupi semua gemuruh di dada nya.

"Eh Abang tahu gak tadi Ay dapat coklat dari mahasiswa loh," pamer Ayra sambil tertawa dan mengambil coklat dari nakas samping tempat tidurnya.

"Nanti aku kirimin kamu satu truk coklat deh biar kamu happy terus," ucap Liam.

"Abang cemburu ya?" usil Ayra sambil terkikik geli.

"Emang ada dari kata-kata aku yang menyebutkan aku cemburu?" tanya Liam.

"Cemburu itu gak perlu dikatakan Bang, tapi terlihat kok dari kalimat-kalimat tersirat Abang," kekeh Ayra masih setia menggoda Liam.

"Iya emang aku cemburu. Aku cemburu karena gak bisa ngasih coklat langsung ke kamu," ucap Liam dengan wajah pasrah membuat Ayra tertawa puas.

"Tapi Ay nanti aku kasih kamu mahar langsung aja deh gak usah coklat-coklatan," kata Liam membuat Ayra salah tingkah dan kembali membenarkan rambutnya.

"Abang ngantuk ya? Capek atau? Mending istirahat deh," kata Ayra kemudian.

"Gak usah mengubah-ubah topik gitu deh Ay. Santai aku gak akan buru-buru nyeret kamu ke KUA kok," ucap Liam sambil terkekeh.

"Bahasanya serem pake di seret-seret gitu," kata Ayra.

"Eh kalau nikah kan di rumah aja ya Ay gak usah ke KUA entar biar pihak KUA nya aja yang ke rumah," ucap Liam membuat Ayra menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Udah deh cukup halunya jangan ngomongin nikah mulu," ujar Ayra dan Liam hanya terkekeh mendengarnya.

"Halu di depan masa depan aku gak papa, kan?" tanya Liam yang Ayra dengar malah seperti pernyataan.

"Jiahhh percaya diri amat abangnya," ledek Ayra.

"Aku optimis aja sih. Yakin se yakin yakinnya kalau kamu bakalan jadi jodoh aku. Walaupun tuan puterinya masih belum yakin tapi aku akan terus berusaha buat yakinin," kata Liam membuat Ayra mau tak mau tersenyum mendengarnya.

Entah mengapa hatinya sedikit lega mendengar ucapan demi ucapan yang Liam katakan. Seolah ucapan pria itu berhasil sedikit demi sedikit mengikis ketakutannya tentang sebuah hubungan yang berhubungan dengan pria itu.

"Eh nanti kamu ke rumah mama mau ngapain?" tanya Liam kemudian.

"Tante mau masak buat aku katanya apa aja yang aku minta mau tante masakin," jawab Ayra dengan semangat.

"Wahh kalian curang. Seru-seruannya pas gaada aku," kata Liam dengan nada sedih yang dibuat-buat.

"Bentar lagi posisi Abang bakalan tergeser sama aku. Entar malah aku yang jadi anak kesayangan tante," kata Ayra sambil memeletkan lidahnya.

"Aku gak papa kok serius gak papa. Aku malah seneng kalau mama tambah sayang sama kamu. Jadi aku gak perlu banyak usaha buat ngedeketin kalian," ujar Liam.

"Ini maksud-maksudnya sepertinya aku ngerti deh kemana arahnya," ucap Ayra dengan mata menyipit.

"Syukurlah kalau kamu peka duluan. Aku kan udah diterima dengan baik sama om dan tante jadi hubungan kita ke depannya tinggal tentang kita berduanya kan Ay? Masalah keluarga udah teratasi," kata Liam.

"Abang kenapa sih percaya diri banget bakalan diterima sama aku," ungkap Ayra sambil menggeleng-gelengkan kepalanya merasa heran dengan pria ini.

"Feeling aja sih. Atau mungkin aku mencoba menghibur diri sendiri," kata Liam dengan dramatis membuat Ayra terkekeh.

"Emang sejak kapan abang suka sama aku?" tanya Ayra.

"Dari semenjak kamu ngirim surat cinta ke aku," jawab Liam dan tak bisa menahan tawanya membuat Ayra menggerutu kesal.

"Ih Abang ngapain bahas itu lagi sih!" kata Ayra dengan wajah memerah menahan malu.

"Serius loh kan kamu tanya semenjak kapan Ay. Ya sejak saat itu, kan aku waktu itu balas surat kamu dan bilang kalau aku juga cinta sama kamu," ujar Liam dengan tawa yang belum mereda.

"Udah ah Ayra matiin nih!" ancam Ayra dan Liam buru-buru menghentikan tawanya.

"Jangan ngambekan gini dong Ay," kata Liam.

"Habisnya bang Liam sih yang mulai-mulai nyebelin," kesal Ayra membayangkan betapa memalukannya dirinya belasan tahun yang lalu.

"Tapi jujur kamu jadi pacar pertama aku loh Ay," kata Liam membuat Ayra menghembuskan napasnya keras.

"Kan udah Ayra bilang jangan dibahas," tutur Ayra dengan penekanan.

"Eh lupa, maaf-maaf aku terlalu excited soalnya kalau ngebahas masa lalu," ucap Liam dengan kekehan halusnya.

"Abang yang excited aku yang malu," ucap Ayra.

"Kamu dulu yang nembak aku duluan, sekarang buat aku tahu jawaban atas perasaan kamu pun butuh waktu yang tak sebentar Ay. Emang ya dunia dan manusia itu senantiasa berubah," ucap Liam.

"Jika ada yang berubah, mungkin bukan orang lain yang berubah. Tapi dirimu dan cara pandang mu terhadap dunia atau pun manusia," kata Ayra dengan serius.

"Wow sangat menjiwai dosen ya Ay," puji Liam sambil bertepuk tangan.

"Bukan menjiwai, tapi emang aku dosen Abang!!" geram Ayra sambil memanyunkan bibirnya.

"Ya ampun Ay aku lupa kalau lagi ngomong sama dosen. Pantesan dari tadi berasa di uji," ucap Liam membuat Ayra mendelik.

"Apanya yang diuji?" tanya Ayra.

"Perasaan aku," jawab Liam dan tertawa keras.

"Aku mau ngasih pertanyaan boleh Bang?" tanya Ayra setelah tawa diantara mereka mulai mereda.

"Boleh dong Ay, mau ngasih jawaban juga boleh," jawab Liam.

"Serius ini!" kata Ayra dan diangguki oleh Liam.

"Abang emang yakin kalau kita ada hubungan, hubungan kita bakalan berhasil? Secara untuk beberapa bulan ke depan kita berada dalam hubungan jarak jauh," tanya Ayra membuat Liam sedikit berpikir.

"Aku kan sudah bilang Ay tempo hari. Kalau aku bukan tidak bisa menjalani hubungan jarak jauh. I just need partner for it. Kalau aku punya pasangan yang bisa sama-sama menjaga komitmen dan komunikasi maka hubungan sejauh apapun jarak itu akan baik-baik aja," jawab Liam.

"Komitmen seperti apa yang abang maksud?" tanya Ayra.

"Komitmen untuk bisa saling menjaga dan memberi kepercayaan satu sama lain," jawab Liam.

"Buat apa kita menjaga kepercayaan kalau kita tidak bisa memberi kepercayaan? Dua sisi ini tidak boleh hilang salah satunya kalau ingin hubungan kita baik-baik aja," lanjut Liam.

"Jadi Ayra, kamu mau saling menjaga dan memberi kepercayaan bersama ku?"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top