Bab 10 ~ Paham dan Sejalan

Sebulan telah berlalu sejak Ayra bertemu kembali dengan Liam. Untuk saat ini Ayra kembali fokus dengan kehidupannya. Sesekali Liam ada mengirim pesan padanya sekadar menanyakan kabar atau basa-basi lainnya.

Tapi Ayra tidak ingin dirinya kembali terjebak dalam masa lalu. Ia tak ingin kecewa kembali ketika menaruh rasa pada pria itu. Pria yang senang sekali datang dan pergi dalam hidupnya.

"Udah lama Ay?" tanya Dito yang baru datang dengan kemeja navy nya yang super rapi.

"Mau kondangan Dit?" alih-alih menjawab, Ayra malah melontarkan pertanyaan sambil terkekeh geli.

"Ketemu perempuan secantik kamu harus rapi dong," jawab Dito sambil mengedipkan sebelah matanya membuat Ayra bergidik ngeri.

"Kita cuman nonton loh," kata Ayra dan langsung melangkahkan kaki nya diikuti Dito.

Saat ini mereka tengah berada di salah satu mall setelah sebelumnya Dito mengajak Ayra untuk menonton film.

"Padahal aku udah tawarin buat jemput kamu. Eh kamu malah dengan sukarela berangkat sendiri dan nunggu aku disini," ucap Dito di tengah-tengah langkah mereka menuju bioskop.

"Kasihan kamu kalau harus ke rumah ku dulu Dit. Kan kita beda arah," balas Ayra.

"Kamu gak berubah ya Ay," cetus Dito membuat Ayra mengerutkan keningnya.

"Dalam hal apa nih? Kalau masalah penampilan boleh lah. Aku masih kaya anak 17 tahun, kan?" canda Ayra.

"Narsis banget kamu," ledek Dito membuat Ayra tertawa.

"Kamu gak berubah. Masih keras kepala kaya dulu," ejek Dito lagi membuat Ayra memukulnya pelan.

"Kenapa sih cewek suka mukul?" pertanyaan Dito membuat Ayra terdiam sejenak. Kata-kata itu sama dengan yang dilontarkan Liam padanya dahulu.

Hari yang sama dimana ia patah setelah mengetahui hubungan Liam dengan seorang perempuan.

"Cetak tiketnya sana Dit," kata Ayra tak menjawab pertanyaan Dito sebelumnya.

Dito pun menuruti perkataan Ayra dan bergerak untuk mencetak tiket nonton yang sebelumnya telah mereka beli secara online.

"Ay gak papa kan kalau aku jalan kaya gini sama kamu?" tanya Dito setelah mereka duduk sambil menunggu film mulai.

"Buaya banget pertanyaan mu Dit," ledek Ayra sambil tertawa.

"Jaga-jaga aja sih Ay. Aku gak mau entar tiba-tiba ada lelaki yang ninju aku," kekeh Dito membuat Ayra kembali tertawa.

"Kamu santai aja, jalan sama aku aman kok. Gak bakalan ada yang tinju kamu," ucap Ayra dengan tawa yang sudah hampir mereda.

"Ay tahu gak?" tanya Dito gak jelas.

"Ya gak tahu lah kan kamu belum ngomong," jawab Ayra membuat Dito terkekeh.

"Saat ini aku sedang berusaha mendapatkan kesempatan lagi," tutur Dito.

"Kesempatan apa?" tanya Ayra bingung.

"Kesempatan yang pernah hilang tujuh tahun yang lalu."

***

"Ay tadi Liam kesini loh. Dia nanyain kamu tapi mama bilang aja kamu lagi keluar sama Dito teman SMA mu," ucapan mama nya membuat Ayra yang tengah minum hampir tersedak.

Ini memang weekend, tapi tidak biasanya Liam pulang. Apalagi sampai mencarinya.

Tapi yang membuat Ayra hampir tersedak adalah jawaban mama nya. Apa harus dijawab se detail itu pada Liam? Bagaimana jika Liam salah paham?

Ayra menggeleng-gelengkan kepalanya atas pemikirannya barusan. Kenapa ia harus takut Liam salah paham? Seharusnya rasa itu sudah tiada bukan dari hatinya?

"Bang Liam pulang Ma?" tanya Ayra kemudian.

"Iya. Katanya nanti malam mau kesini lagi nemuin kamu," jawab mama nya membuat Ayra mengerutkan keningnya.

Ada kepentingan apa pria itu padanya?

"Sama Dito atau Liam mama setuju-setuju aja sih Ay," ujar mama nya lagi sambil terkekeh membuat Ayra mendelik.

"Dua-duanya Ayra gak ada apa-apa ya Ma," ucap Ayra dengan sumbang.

"Mama juga dulu sama papa kamu awalnya gak ada apa-apa," kata mama nya sambil terkekeh.

Ayra hanya menghela napas pelan.

"Oh ya Ay kamu gak lupa kan, kalau nanti malam harus ngehadirin acara anniversary om Aska dan tante Liana?" tanya mamanya lagi membuat Ayra menepuk jidatnya karena lupa.

Om Aska adalah adik dari mama nya dan putra bungsu nenek nya.

"Terus kata Mama tadi bang Liam mau kesini nanti malam. Kita kan mau gak ada Ma?" Ayra mulai bingung dengan situasi yang akan dihadapinya.

"Mama ajak Liam buat ikut. Jadi nanti kamu kesana bareng Liam aja ya." Ucapan mama nya sukses membuat ayra melongo dengan wajah bodohnya.

"Mama ihhh," rengek Ayra dan hanya dibalas tawa renyah mama nya.

***

"Om, Tante, happy anniversary semoga pernikahannya semakin bahagia dan selalu harmonis," ucap Ayra sambil menyalami om dan tantenya dan diikuti oleh Liam.

"Makasih Ay. Kamu semoga segera nikah. Ini calonnya udah ada, kan?" tanya om nya sambil terkekeh dan melirik Liam.

"Ih Om apa sih. By the way kenalin ini bang Liam. Anaknya tante Rose tetangga aku," ucap Ayra memperkenalkan Liam.

"Kita udah pernah ketemu kok. Ya kan Liam?" ucap om nya dan diangguki oleh Liam membuat Ayra bingung.

"Yaudah kamu nikmatin aja acaranya. Om sama tante mau nyapa tamu yang lain," ucap om nya sambil menepuk bahu Liam karena tahu keponakannya akan terus-terusan bertanya mengapa ia sudah mengenal pria yang bersama keponakannya itu.

"Abang kok bisa kenal om Aska?" tanya Ayra begitu mereka duduk di salah satu kursi.

"Om kamu kan dokter Ay. Kebetulan waktu mama sakit aku nganterin mama berobat dan dokternya itu om kamu," jelas Liam sambil meminum air yang tersedia di meja di depannya.

Ayra pun ber oh ria.

"Abang kok mau diajak mama aku kesini?" tanya Ayra kemudian.

"Biar bisa ketemu kamu," jawab Liam sambil tersenyum.

"Idih apaan so so'an pengen ketemu aku. Ngaku aja biar bisa makan gratis ya?" todong Ayra sambil tertawa menutupi kegugupannya dan jantungnya yang sudah bertalu-talu tak jelas mendengar ucapan Liam.

"Kamu ini ada-ada aja. Tapi bisa jadi sih. Kan lumayan ya malam minggu dapat makan gratis. Mana makannya ditemani perempuan cantik lagi," kekeh Liam dan membuat semburat merah muncul di pipi Ayra.

"Abang genit ih!" protes Ayra sambil mencubit lengan Liam membuat sang pemiliknya meringgis.

"Dua puluh tahun pernikahan itu bukan waktu yang sebentar ya Ay," ucap Liam tiba-tiba.

"Iyalah bang, kaya pertemanan kita ya udah lama banget," jawab Ayra membuat Liam terkekeh.

"Menurut kamu pernikahan itu apa Ay?" pertanyaan Liam membuat Ayra mengerut sejenak.

"Ujung dari pertanyaan ini apa dulu nih? Gak akan tiba-tiba ngajak nikah, kan?" tanya Ayra sambil tergelak dan membuat Liam gemas hingga mengacak rambut rapi Ayra.

"Ih nyebelin banget sih Abang! Aku gak mau jawab ah," rajuk Ayra sambil merapikan rambutnya yang sebenarnya tidak terlalu berantakan akibat ulah Liam.

"Ayo jawab dong. Kalau jawaban mu memuaskan nanti abang lamar kamu deh," kata Liam membuat Ayra yang tengah merapikan rambutnya menjadi sedikit tremor.

"Jangan becanda ya!" ucap Ayra memperingati.

"Mau diseriusin malah dibilang becanda. Kamu gimana sih Ay," kata Liam dengan tenang membuat jiwa Ayra semakin ketar-ketir.

Gak bisa dibiarkan! Jika terus demikian, agenda move on nya bakalan hancur berantakan.

"Abang nanyain tentang nikah ya, emm kalau menurut aku ya pernikahan itu menyatukan dua insan dalam satu ikatan yang sah menurut agama dan juga negara. Nikah itu bukan hanya tentang dari asing menjadi keluarga. Tapi nikah itu di mana aku dan pasangan aku harus punya visi dan misi yang sama dalam membangun rumah tangga, harus bisa saling memahami dan menerima kekurangan maupun kelebihan masing-masing. Dan yang pasti nikah itu bukan membatasi kehidupan seseorang, tapi saling mendukung untuk menjadi lebih baik lagi," papar Ayra membuat Liam tersenyum.

"Senyum mulu abang ih, nanti Ayra baper," cetus Ayra membuat Liam tertawa renyah.

"It's awesome Ay," kata Liam.

"Apanya?" tanya Ayra.

"Your answer about married," jawab Liam membuat Ayra nyengir kuda.

"itu sih yang hanya Ayra pahami dari yang selama ini Ayra lihat dari pernikahan sekitar Ayra,"

"Lalu pasangan seperti apa yang kamu inginkan?" tanya Liam.

Ayra nampak sedikit berpikir. Pertanyaan nya tidak terlalu sulit, tapi mengapa jadi terasa sulit disaat Liam yang memberinya pertanyaan?

"Ay gak muluk-muluk sih. Yang penting dia punya pemikiran yang sejalan dengan aku, karena ya Bang saat ini tuh banyak yang bisa memahami tapi tak bisa sejalan. Karena yang paham belum tentu sejalan. Kemudian Dia yang bertanggung jawab, menyayangi aku dan keluarga ku. Dia yang bisa menerima segala kekurangan dan kelebihan ku. Dan yang paling penting dia yang mau mendukung karir Ay,"

"Karena jujur saja Ay itu bukan perempuan yang bisa berdiam diri di rumah. Dan Aku harap suatu hari nanti Aku bisa bertemu pria yang mau mendukung aku untuk tetap berkarir," pungkas Ayra.

"Aku cukup tercengang dengan jawaban kamu yang semakin dewasa," puji Liam membuat Ayra terkekeh.

"Semua orang udah tahu kalau Ay itu udah dewasa. Abang aja yang telat sadarnya," cibir Ayra.

"Kalau abang sendiri gimana memaknai pernikahan?" Ayra balik bertanya.

"Kurang lebih hampir sama dengan kamu. Hanya saja sebagai pria aku punya tanggung jawab yang lebih besar. Bagiku menikah adalah aku harus bertanggung jawab atas hidup seseorang. Aku harus berusaha untuk terus membahagiakan istri aku. Karena kelak yang menjadi istri aku itu mungkin putri yang begitu diistimewakan oleh keluarganya. Dan putri yang istimewa itu telah mau menyerahkan separuh kehidupannya untuk bersama ku," tutur Liam.

"Bukannya bahagia diciptakan berdua Bang?" tanya Ayra.

"Nyatanya bukan diciptakan berdua, tapi saling menciptakan kebahagiaan itu sendiri," jawab Liam.

"Kalau kriteria pasangannya?" tanya Ayra penasaran.

"Kurang lebih yang seperti kamu lah," jawab Liam membuat Ayra memukul Liam cukup keras.

Ini sungguh dibatas wajar. Bisa-bisa sebentar lagi dia kena serangan jantung.

"So, gimana jawaban aku? Udah cukup memuaskan untuk bisa abang lamar?"









Jreng... jreng... jreng...
Ayra yang ditanya aku yang baper🥲
Dahlah sampai jumpa hari Sabtu manteman🥰

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top