7 ~ Mimpi Masa Lalu
5 tahun kemudian...
"Sekian kelas hari ini, semoga materi hari ini bisa dipahami dengan baik. Apabila ada yang ingin ditanyakan, jangan sungkan untuk menghubungi saya walaupun di luar jam pelajaran. Selamat siang dan sampai jumpa lagi pekan depan,"
Ayra menutup kelas nya hari ini dengan senyum mengembang dan keluar dari kelas dengan tatapan penuh kagum dari seisi kelasnya.
Dosen muda nan cantik, putri dari rektor universitas, sangat pintar dan juga ramah. Begitulah Ayra dikenal oleh seisi kampus.
Setelah menyelesaikan pendidikan S2 nya di salah satu universitas terbaik di dunia, Ayra diterima bekerja di universitas tempat dulu dia menyelesaikan pendidikan sarjananya.
Hubungannya dengan Ardan telah kandas tepat satu tahun mereka bersama. Mereka berdua sama-sama sibuk dengan kegiatan masing-masing. Mereka berdua berpisah dengan baik-baik dan bahkan sampai saat ini silaturahmi diantara keduanya masih terjaga.
Ting
Satu pesan whatsapp membuat Ayra menghentikan langkahnya dan melihat siapa kiranya yang menghubunginya.
Ardan :
Jangan lupa dateng ke ultah anak aku ya Ay.
Ayra tersenyum, Ardan telah menikah lebih dari setahun yang lalu dan nanti malam adalah perayaan ulang tahun anaknya yang pertama. Ayra pun membalasnya dengan hanya mengirimkan emotikon jempol sebagai tanda bahwa ia menyanggupi akan hadir.
***
"Ayra cantik banget," puji Leni melihat sahabatnya yang sudah hampir setahun ini tidak bertemu,
"Emang aku selalu cantik, kan?" ucap Ayra dengan narsis sambil terkekeh.
"Iya deh iya cantik, tapi sayang masih jomblo," ledek Leni.
"Sombong amat yang udah punya suami," ujar Ayra sambil mendelik dan dibalas kekehan geli oleh Leni.
"Suami kamu gak ikut Len?" tanya Ayra.
"Dia lagi tugas ke luar kota," jawab Leni.
"Aku nyamperin dulu Ardan ya," ucap Ayra dan meninggalkan Leni yang tengah makan.
"Hai cantik, happy birthday, semoga jadi anak yang sholehah, berbakti kepada orang tua, pinter, sehat, dan jadi kebanggaan keluarga," ucap Ayra sambil menggenggam tangan mungil putri Ardan yang digendong oleh ibunya.
"Makasih tante," jawab istri Ardan.
"Ini kadonya semoga suka ya," ucap Ayra dan menyerahkan bingkisan kemudian diterima oleh Ardan.
"Makash Ay. Semoga kamu cepet nyusul biar Nadin punya temen," ucap Ardan sambil terkekeh. Nadin adalah nama putrinya.
"Aamiin, do'ain aja ya," ucap Ayra sambil mengulum senyum.
"Aku permisi dulu ya, mau nyamperin Leni lagi. Kasihan itu bumil sendirian," ucap Ayra dan diangguki oleh mereka berdua.
"Ayra!" sebuah panggilan membuat Ayra terhenti dan berbalik siapakah gerangan yang memanggilnya?
Ayra tersenyum kaku begitu mengetahui bila yang memanggilnya adalah Airin, pacar Liam dahulu.
Ahh melihat Airin membuat Ayra kembali teringat akan pria itu. Ia tidak tahu lagi kabarnya karena Liam sangat jarang pulang. Ia hanya pulang saat idul fitri dan itu selalu bertepatan ketika Ayra sedang mengunjungi neneknya.
"Hallo kak," sapa Ayra begitu Airin sudah berada di hadapannya.
"Ternyata benar kamu, aku tadinya takut salah panggil," ucap Airin dengan senyum menghiasi bibirnya.
"Apa kabar Ay?" tanya Airin.
"Kabar baik kak, kakak gimana kabarnya?" tanya Ayra. Ia sedikit penasaran apakah perempuan ini masih menjalin hubungan dengan Liam?
"Aku juga baik. Kegiatan kamu sekarang apa Ay?" tanya Airin lagi.
"Aku sibuk ngajar aja sih Kak," jawab Ayra.
"Oh ya? Ngajar di mana Ay?" tanya Airin penasaran.
"Aku ngajar di Cendekia Kak," jawab Ayra lagi.
"Wow hebat! Bau-bau nya sih ini suatu hari nanti bakalan gantiin Prof. Hadi nih," goda Airin dengan tawa jenaka.
"Wahh ... Itu masih jauh sih kak," ucap Ayra dan tersenyum.
"Oh ya kakak sendiri kesibukannya apa?" tanya Ayra.
"Aku buka butik Ay. Oh ya ini alamat butik aku, kapan-kapan kamu boleh mampir," ucap Airin dan menyerahkan kartu namanya yang ia ambil dari tas kecilnya.
"Siap kak," ucap Ayra sambil melihat alamat butiknya Airin.
"Kakak kesini sendiri?" tanya Ayra.
"Iya. Kebetulan tunangan aku gak bisa hadir, dia kerjanya di luar kota," jawab Airin.
Tunangan? Ayra berpikir keras apa mungkin itu Liam? Liam kan bekerja di luar kota. Tapi kalau mereka sudah bertunangan kok ibunya tidak heboh ya?
"Tunangan aku bukan Liam," lanjut Airin yang seperti menebak isi pikiran Ayra dan itu membuat Ayra sedikit salah tingkah.
Di usianya yang hampir 25 tahun ini Ayra merasa dirinya masih sedikit kesulitan menyembunyikan ekspresinya.
"Aku dan Liam putus setelah menjalin ldr selama setahun," ujar Airin sambil terkekeh.
"Liam gak bisa jalanin hubungan jarak jauh. Dan karena sering terjadi banyak percekcokkan akhirnya kita mutusin untuk putus aja," cerita Airin membuat Ayra sedikit terhenyak.
Berarti mereka putus sudah cukup lama.
"Eh maaf ya Ay aku malah ceritain Liam. Tapi ngomong-ngomong, Liam gimana kabarnya?" tanya Airin kemudian.
"Eng ... Aku gak tahu kak," jawab Ayra jujur.
"Setelah bang Liam kerja di Jakarta kami sama sekali gak pernah ketemu lagi," lanjut Ayra.
"Serius? Aku pikir karena kalian tetangga jadi sering ketemu," ucap Airin membuat Ayra tersenyum kecut.
"Bang Liam mungkin jarang pulang kak. Atau mungkin kebetulan aja aku gak tahu kapan bang Liam pulang," jawab Ayra.
Dalam hatinya ia sedikit meringgis pilu. Mengapa membahas pria itu masih menyisakan sebuah rasa aneh di dada nya?
***
Pagi itu terasa indah, begitu pun dengan gadis kecil yang tengah mematut dirinya di cermin. Rambut panjangnya yang diikat rapi tanpa ke kanan ke kiri bergerak sesuai irama yang diciptakan oleh gadis itu.
Ia menuruni tangga dengan riang gembira dan duduk di kursi makan yang mana papa dan mama nya tengah berbincang hangat.
"Selamat pagi sayang," sapa sang mama dengan lembut dan memberikan roti panggang coklat dengan susu vanilla kesukaan gadis itu.
"Selamat pagi Ma," ucap sang gadis dengan senyum cerianya.
"Ayra suka sekolahnya?" tanya papa pada Ayra yang baru menginjak kelas dua sekolah dasar.
"Iya suka Pa, apalagi ada bang Liam di sana," jawab gadis itu dengan senyum semakin mengembang.
Papanya mengerutkan keningnya dan sang mama menanggapi. "Liam anaknya bu Rose, tetangga kita."
"Bang Liam itu pinter Pa, dia suka bantuin Ayra ngerjain PR kalau Ayra gak bisa," ucap Ayra sambil terkikik.
"Papa seneng kalau kamu temenan sama anak pintar," ucap papa nya membuat sang mama sedikit menarik napas. Suaminya ini terlalu over protektif pada putri satu-satunya.
...
Di siang hari yang cukup cerah Gadis itu tertawa begitu lepas, menyaksikan bocah laki-laki berusia 12 tahun yang terjatuh tak jauh dari tempatnya duduk.
"Ay kamu kok malah ketawain abang?" tanya Liam sambil bersungut-sungut.
"Abisnya abang lucu. Udah gede masih aja jatoh," jawab Ayra tanpa dosa.
"Itu jalannya licin Ayra," geram Liam karena diledek oleh Ayra.
"Ini yang kamu minta, udah abang beliin ya," ucap Liam sambil menyerahkan jepitan rambut berwarna pink yang ia dapat setelah mengejar tukang aksesoris keliling.
"Yeay! Makasih abang baik," ucap Ayra dan mulai memakainya.
"Gimana bang? Ayra cantik, kan?" tanya Ayra.
"Enggak! Jelek kaya kuda pake poni!" ledek Liam sambil memeletkan lidahnya.
"Bang Liam jahat!!" ucap Ayra dengan mata berkaca-kaca.
"Eh eh, enggak dong. Ayra paling cantik se komplek," ucap Liam panik melihat gelagat Ayra yang sepertinya akan menangis.
"Gak mau se komplek!" protes Ayra.
"Se kelurahan deh," ucap Liam sambil menggaruk kepalanya bingung.
"Gak mau juga!" tolak Ayra dengan hidung yang mulai memerah pertanda dirinya akan segera menangis.
"Yaudah Ayra yang paling cantik se dunia," ucap Liam akhirnya.
"Abang bohong! Ayra gak mungkin cantik se dunia," ucap Ayra dengan air mata yang mulai turun.
"Eh Ay jangan nangis dong, ntar abang beliin lagi jepitan rambut yang lebih bagus lagi," ucap Liam menenangkan.
"Abang janji?" tanya Ayra yang mulai menghapus air matanya.
"Iya abang janji!"
...
Ayra mengulum senyum begitu mendapatkan balasan surat dari Liam. Dua hari yang lalu ia mengirimkan surat berisi pengakuan cintanya untuk Liam.
Isi dari surat balasan itu membuatnya berjingkrak riang. Liam memiliki perasaan yang sama untuknya. Gadis kecil itu tidak menyadari rasa apa itu sebenarnya. Yang ia tahu hanyalah bahwa ia menyukai pria itu.
Ia berjalan menuju balkon kamarnya dan ada Liam di sana, dengan senyum malu ia melambaikan tangan dan dibalas lambaian oleh Liam.
Hari berganti hari, hubungan keduanya hanya sebatas bertukar surat berisi curhatan dan apa yang mereka alami di hari itu. Terkadang ada Ayra yang merajuk karena Liam terlalu usil, atau ada Liam yang bucin karena menurutnya Ayra terlalu cantik.
Hingga tibalah pada suatu hari setelah dua bulan berlalu. Hubungan cinta monyet mereka berakhir.
To : Ayra
Ay, terima kasih ya karena sudah menyukai aku.
Aku harap kamu sehat dan bahagia selalu tanpa aku.
Yang rajin belajarnya biar tambah pinter.
Aku mau bilang kalau mulai hari ini kita temenan aja ya.
Aku mau fokus belajar, dan kamu pun harus fokus belajar.
Suatu hari nanti, aku bakalan temuin kamu lagi.
Liam
...
Ayra terbangun, mimpi kejadian 18 tahun yang lalu itu mengusiknya. Mimpinya begitu nyata seperti ia kembali ke masa lalu.
Mengapa mimpi itu muncul? Apakah ini pertanda bahwa dirinya belum terlepas dari masa lalu? Atau mungkin karena bayangan masa lalu itu yang ia harapkan untuk kembali hadir? Benarkah selama ini perasaannya telah baik-baik saja?
***
Semoga suka ya dengan part ini,
With Love,
Tari
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top