LIMA
Hidup adalah kegelapan jika tanpa hasrat dan keinginan. Dan semua hasrat, keinginan adalah buta, jika tidak disertai pengetahuan . Dan pengetahuan adalah hampa jika tidak diikuti pelajaran. Dan setiap pelajaran akan sia-sia jika tidak disertai cinta.
Khalil Gibran
***
Yang namanya cinta itu tidak perlu dikejar, gaya gravitasi bumi akan sendirinya mendekatkan dengan orang yang dicintai. There someone for someone, karena Tuhan menciptakan manusia itu berpasangan, jadi jika memang gagal dengan orang yang salah, pasti Tuhan sudah menyiapkan orang yang lebih baik lagi.
Prilly membuka matanya perlahan setelah dia memejamkan matanya sesaat untuk melepas lelah dan penat. Senyum tersungging di bibirnya, saat melihat seseorang sudah berdiri di depannya. Prilly berdiri dari kursi kebesarannya lalu menghampiri orang itu.
"I miss you Mister tampanku," seru Prilly mencium pipi Al dan bergelayut manja di lengannya.
"I miss you too Nona cantikku," balas Al mencium singkat pucuk kepala Prilly.
"Kamu jahat ninggalin aku sendiri satu minggu. Mana oleh-oleh buat aku?" Prilly terlihat manja sekali karena memang satu minggu yang lalu Al harus pergi ke Aussie untuk mengurus bisnisnya di sana.
"Nanti ya? Sekarang kita makan dulu. Aku sudah lapar." Al mengacak rambut Prilly pelan.
"Aku hari ini tidak masak untuk kamu. Kamu juga nggak bilang kalau mau pulang hari ini." Prilly memakai blazer-nya dan mengambil tas jinjing bermerk lalu menggandeng tangan Al manja.
"Kita makan di restoran biasanya saja ya?" ajak Al lalu mereka keluar dari ruangan Prilly.
Saat sampai di depan pintu, Prilly melihat Hanny sedang serius menatap laptopnya.
"Hanny ...."
"Iya, Nona." Hanny mendongakkan kepalanya.
"Saya mau makan siang dulu. Kalau pekerjaan kamu sudah selesai, kamu bisa istirahat." Prilly berpesan kepada Hanny sangat lembut dengan senyuman yang selalu terukir di bibirnya.
"Baik Nona," jawab Hanny sopan.
Prilly dan Al segera berlalu pergi meninggalkan Hanny yang masih sibuk dengan laptopnya. Mereka masuk ke dalam lift menuju lantai dasar. Sampai di tempat parkir kebiasaan Al dari dulu hingga sekarang, perhatian kecil namun selalu membuat Prilly merasa menjadi yang spesial. Al membukakan pintu mobil untuk Prilly. Setelah mereka berada di dalam mobil, Al segera melajukan mobilnya ke restoran favorit mereka. Sesampainya di restoran Al dan Prilly segera mencari tempat duduk. Al menarik kursi untuk Prilly.
"Terimakasih," ucap Prilly tersenyum sangat manis dibalas Al dengan senyuman rahasia yang hanya diperuntukan Prilly seorang. Al duduk di depan Prilly.
"Kamu mau makan apa Honey?" tanya Prilly lembut sambil membuka menu makanan.
"Kamu lebih tahu Sayang." Al menatap Prilly tak berkedip mata.
Prilly tersenyum melihat Al. Sudah delapan bulan mereka menjalin kasih, Al sudah mempercayakan menu makanan yang akan dia makan kepada Prilly. Prilly melambaikan tangan memanggil seorang waitress.
"Mbak, saya pesan healty soup satu tanpa mecin, garamnya sedikit saja. Jangan banyak-banyak kuahnya. Grill kakap filet, cukup kasih bumbu garam sedikit saja, ya? Jangan di kasih lada dan jangan tersentuh minyak. Minumnya jus tomat, tolong diambil sarinya saja, Okey?"
Al mengulum senyumannya dan membuang wajah menatap ke luar jendela, saat melihat kerewelan Prilly memesankan makanan untuknya. Ini salah satu perhatian Prilly yang Al suka, dia selalu ingin melakukan sesuatu yang sempurna untuk Al. Selesai Prilly memesan kini waktunya mereka menunggu.
"Honey, kata Bang Dandy kemarin waktu di Aussie kamu menemui mama dan papa di sana. Memangnya ada urusan apa?" tanya Prilly yang sudah sangat penasaran.
"Ada sesuatu yang harus aku bicarakan dengan orangtua kamu, Sayang." Al mengusap pipi Prilly lembut.
"Sesuatu apa itu? Bisnis?"
"Salah satunya itu. Tapi ada yang lebih penting lagi menyangkut hidup dan matiku."
"Ish ... kamu berlebihan." Prilly menyangkal tidak percaya dengan apa yang Al katakan.
Pesanan mereka pun datang, mereka bercengkrama dan mengobrol ringan di sela makan siang itu. Selesai makan siang Al dan Prilly kembali ke kantor.
"Sayang," panggil Al lembut sebelum Prilly masuk ke ruangannya.
"Iya," jawab Prilly menoleh.
"Aku nanti lembur. Jika pekerjaan kamu sudah selesai, bisa minta bantuan?"
"Iya, nanti aku bantu." Prilly tersenyum manis.
"Terimakasih," ucap Al lalu mereka masuk ke dalam ruang kerja masing-masing.
Al melepas jasnya dan duduk di kursi kebesarannya. Saat Al ingin membuka laptopnya, suara dentingan pesan dari BBM terdengar. Al mengambil smartphone dari saku celananya. Dia membuka pesan itu.
Ira
Besok pagi aku tunggu jam 7 di ruangan aku
Al menghela nafas panjang, lalu membalas BBM itu.
Iya bawel. Aku akan menemui kamu sebelum jam 7 pagi.
Balas Al lalu meletakan smartphone itu di meja. Al segera membuka laptop dan mulai mengecek semua pekerjaannya. Satu minggu dia tinggalkan, membuat pekerjaannya menumpuk. Al sangat serius mengerjakan itu semua, hingga tidak terasa ternyata jam yang berada di mejanya menunjukan pukul 17.00 WIB. Decitan pintu terdengar, Al melihat siapa yang beraninya masuk tanpa mengetok pintu terlebih dulu. Al tersenyum saat melihat Prilly, yang ternyata masuk. Prilly meletakan tas jinjingnya di atas meja set sofa dan melepas blazer. Dia menghampiri Al, lalu duduk dipangkuannya. Al tersenyum melihat tingkah manja Prilly selama ini kepadanya.
"Kamu lagi ngerjain apa?" tanya Prilly mengecek laptop Al.
Al memeluk Prilly dari belakang. Jantungnya lagi-lagi berdetak lebih cepat saat berdekatan dengan Prilly. Padahal sudah hampir satu tahun mereka menjalin kasih, tapi getaran itu selalu ada dan justru semakin besar. Al menyandarkan kepalanya manja di punggung Prilly, matanya menatap laptop di depannya.
"Mengecek hasil produksi minggu ini," jawab Al lesu, karena mungkin dia lelah.
"Aku bantuin kamu apa?"
"Cukup begini, karena kamu yang membuatku nyaman." Prilly membalikan tubuhnya lalu mengalungkan kedua tangannya di leher Al.
Al menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi. Prilly meletakan kepalanya di dada bidang Al. Mereka sama-sama memejamkan mata. Al merasakan kenyamanan yang luar biasa saat Prilly bergelayut manja seperti itu. Sedangkan Prilly mendengarkan detak jantung Al yang berdegup kencang. Detakan itu bagaikan alunan merdu yang tidak ingin Prilly hentikan. Dari detakan jantung Al, dia dapat merasakan kekuatan cinta Al yang luar biasa untuknya.
"Honey ...." Prilly memanggil sangat lirih masih mendengar detak jantung Al.
"Hmmmm." Al menjawab hanya bergumam.
"Jangan pernah berhenti mencintaiku. Karena aku tidak sanggup bila tanpa kamu," ucap Prilly memeluk tubuh Al erat, seakan dia tidak ingin merasakan kehilangan lagi.
"Mencintai kamu bagaikan bernafas buat aku, bagaimana mungkin aku mampu berhenti," jawab Al tulus dari hatinya.
Al membalas pelukan Prilly, hati mereka sama-sama menghangat merasakan cinta yang luar biasa.
Duarrrrr!!!
Suara guntur menggelegar hingga terdengar keras di ruangan Al. Prilly yang terkejut, langsung mengeratkan pelukannya kepada Al. Al sudah tahu pasti kekasihnya ini sedang ketakutan. Al membalas pelukan Prilly. Masih saja Prilly menutup matanya, kali ini matanya terpejam sangat rapat. Al tersenyum tipis, tangannya mengusap lembut punggung Prilly.
Duarrrrr!!!
Hujan lebat terdengar, kilauan kilat terlihat dari kaca jendela di ruangan Al. Al merasakan nafas Prilly sudah teratur. Dia tersenyum menyadari jika Prilly sudah tertidur. Ini selalu terjadi saat Prilly sedang bermanjaan dengan Al. Dia selalu tertidur saat dipelukannya. Al selalu bisa memberikan kenyamanan untuk Prilly. Al mengangkat tubuh Prilly dan membawanya masuk ke dalam sebuah kamar yang memang sengaja ada di ruangan itu. Karena Al dulu sering sekali lembur hingga tengah malam, akhirnya dia menginap di kantor. Al menidurkan Prilly di atas King size yang cukup luas, Al melepas hight heels Prilly lalu menutupi tubuhnya dengan bed cover. Al mengusap rambut Prilly lembut dan mencium keningnya.
"Aku akan selalu mencintaimu, hingga akhir hayatku. Hingga maut memisahkan kita. Aku berjanji cuma kamu yang aku cintai. Tidak ada cinta selain dirimu di hatiku." Al menatap wajah Prilly lekat.
"Bagaimana bisa aku berhenti mencintaimu, karena kamu salah satu alasan aku tetap bertahan," sambung Al dalam hati.
Al melonggarkan dasinya, dan berjalan ke luar kamar namun pintu tetap dibiarkan terbuka. Al duduk di kursi kebesarannya, melanjutkan pekerjaannya. Deringan telepon terdengar. Al melihat ternyata dari Dandy. Al menggeser tombol hijau lalu menempelkan layar flat itu di telinganya.
"Hallo Bang," sahut Al dari ujung telepon.
"Al, apa Prilly bersama kamu?" tanya Dandy terdengar mencemaskan.
"Iya Bang. Kami masih di kantor. Dia sekarang sedang tidur."
"Oh, aku cuma mengkhawatirkannya. Aku pikir dia di jalan. Soalnya hujannya deras sekali. Okey, kalau begitu."
"Iya Bang."
Panggilan terputus.
Al menaruh smartphone-nya di sebelah laptop lalu dia kembali fokus pada pekerjaannya. Saat pertengahan mengecek pekerjaannya, kilatan petir terlihat terang dari jendela kacanya.
Duarrrrr!!!
"Al ...!!!" Prilly berteriak seiring lampu padam. Al yang merasa terkejut memegangi dadanya.
"Al!!! Kamu di mana?" teriakan Prilly terdengar sudah menangis.
Al menggapai smartphone-nya lalu menyalakan lampu led di smartphone itu. Al berjalan gontai menghampiri Prilly yang sudah menangis sesegukan di bawah bed cover. Al melepas sepatu kerjanya, lalu naik di samping Prilly, meletakan smartphone di atas nakas. Al memeluk Prilly yang sudah gemetar.
"Ssssttttt ... aku di sini." Al perlahan membuka bed cover yang menutupi seluruh tubuh Prilly.
Dia ikut menyelusup di balik bed cover. Prilly langsung memeluk erat tubuh Al dan menangis sesegukan dalam pelukannya. Di ruangan itu Al merasa pengap, pasokan oksigen Al rasakan semakin tipis. Debaran jantungnya kembali berjalan tidak normal. Prilly yang menangis di depan dada Al tidak menyadari itu karena dia terlalu takut dengan gelap.
"Aku takut," ucap Prilly sesegukan.
"Jangan pernah takut akan kegelapan. Karena aku yang akan menjadi sinar kecil untuk menunjukan jalan untukmu." Al memeluk tubuh Prilly semakin erat.
Dia menahan sesuatu hingga keringat dingin keluar dari tubuhnya. Al mencium pucuk kepala Prilly.
"Tuhan, jadikan dia milikku segera." Al berdoa dalam hati, dia lalu memejamkan mata menahan itu.
Prilly yang sudah merasa tenang dan aman dalam pelukan Al. Dia kembali tertidur di dalam dekapan seseorang yang mampu membuatnya nyaman.
***
Mentari dengan percaya diri menampakan sinarnya. Cahayanya menembus kaca transparan dan membias di mata indah Prilly. Perlahan Prilly membuka matanya, hangatnya bergulat di bawah bed cover membuatnya malas ingin bangun. Dia merasakan ada sesuatu yang beda. Tangannya meraba belakang tubuhnya, namun kosong. Dia membalikan badan. Al tidak ada.
"Honey ...?" Prilly memanggil sambil menyibak bed cover.
Baju kantor yang kemarin dia pakai sudah tergantikan hem putih kebesaran milik Al. Prilly menghela nafas, pasti Al yang menggantikannya. Walau begitu Al tidak pernah berbuat macam-macam, justru dia sangat melindungi Prilly. Mata Prilly tertuju pada secarik kertas yang di tinggalkan Al di atas nakas, bersama setangkai mawar putih, segelas susu putih dan sepotong roti bakar dengan selai coklat di dalamnya.
Selamat pagi Nona cantikku?
Aku ada urusan di luar. Kamu sarapan dulu ya? Aku sudah siapkan baju ganti kamu. Aku akan segera kembali sebelum jam kantor. I love you so much.
Isi pesan Al pagi itu membuat hati Prilly menghangat. Ini kebiasaan Al setiap pagi, jika mereka menginap di kantor. Al juga tidak pernah absen mengirimkannya mawar putih setiap pagi hari, walau pun Prilly di rumah, mawar putih itu selalu hadir saat dia membuka matanya. Tidak lupa Al juga selalu menuliskan goresan tangan di sebuah kertas untuk penyemangat Prilly di awal hari.
***
Al duduk di hadapan wanita cantik memakai kacamata minus dan berjas putih. Al melihat selembar kertas, membacanya serius.
"Makasih ya Ra ... kamu sudah baik denganku," kata Al lalu menghela nafasnya dalam.
"Segera menikahlah. Aku ingin sekali melihat keturunan CEO tampan sepertimu. Gadis itu baik dan cantik," bujuk Ira.
"Doakan saja Ra. Aku akan segera mempersuntingnya." Al tersenyum tipis mengingat senyum Prilly yang tidak pernah pudar saat berdekatan dengannya.
"Kapan kamu akan mengenalkanku padanya?" Ira berdiri dari tempat duduknya mengambil sesuatu dari dalam lemari kaca.
"Nanti juga ada waktu yang tepat untuk kamu memperkenalkan dirimu sendiri padanya."
"Jahat sekali kau Al padaku. Aku sudah setia menemanimu selama ini. Tapi kamu tidak ingin berbagi kebahagiaan denganku," cerca Ira yang tidak terima dengan perkataan Al tadi.
"Iya, nanti kalau ada momen yang pas, aku akan perkenalkan kamu dengannya." Al menerima benda yang Ira berikan.
"Kamu ini hanya menunjukan dia dari jarak jauh padaku. Kapan aku bisa berdekatan dengannya dan mengobrol banyak hal dengan kekasih tercintamu itu." Ira kembali duduk di depan Al dan menulis sesuatu di atas kertas.
Al tidak menjawab, deringan telepon bergetar di saku celananya. Al merogoh dan melihat tulisan ....
Nona cantiku calling
Al mengisyaratkan Ira untuk diam dan Al menggeser tombol hijau.
"Ada apa cintaku?" sahut Al pada Prilly yang berada di seberang.
"Kamu di mana? Lama sekali," rengekan manja Prilly.
"Iya, sebentar lagi aku pulang. Ini masih di jalan. Tunggu ya? I love you." Ira yang mendengar itu mengulum senyumnya dan menggelengkan kepala.
"I love you too. Buruan! Aku sudah kangen." Prilly berkata sambil malu-malu membuat Al terkekeh mendengarnya.
"Iya Sayang ... aku akan segera datang. 15 menit aku sudah ada di depan mata kamu." Al memutuskan panggilannya.
"Sudah tidak sabar dia?" tanya Ira memberikan Al selembar kertas.
"Iya. Aku langsung pulang ya Ra. Dia tahunya aku sudah di jalan." Al berdiri dari duduknya di ikuti Ira.
Ira mengantar Al sampai di depan pintu. Ira yang melihat Al lebih bersemangat dan bahagia semenjak kehadiran Prilly dalam hidupnya Al, dia ikut merasa bahagia.
"Semoga dia menjadi alasan kuat untukmu bertahan Al." Ira tersenyum melihat punggung Al hilang di tikungan.
#############
Maminya Melon
Terimakasih vote dan komennya.
Apa pun dan bagaimana pun cerita ini, kalian memiliki prediksi sendiri. Saya tidak melarang kalian untuk menebak atau menerka. Terimakasih.
Love you and Miss you so much
Muuuuaaaahhhhhh
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top