ENAM

Cintailah orang yang memperlakukan kamu dengan benar, jangan mencintai orang yang memperlakukanmu dengan selayaknya. Kekuatan cinta lebih dari segalanya itu semua berkat Penguasa alam.

***

Belajar dari Edelweis tentang keabadian, ketulusan dan pengorbanan. Bunga ini memang tidak memiliki keindahan khusus di bentuknya. Namun semakin lama saat dia mulai mengering itulah keindahannya. Edelweis simbol keabadian, karena bunganya yang terus awet. Lambang ketulusan, karena menerima keadaan apa adanya tanpa menuntut kondisi yang mengenakan. Lambang pengorbanan, karena untuk mendapatkan bunga ini kita harus berjuang mendaki gunung, bunga ini hanya tumbuh dan berkembang di puncak gunung.

Prilly memandangi bunga Edelweis yang sudah mengering dan juga bunga mawar putih yang selalu Al berikan di setiap pagi. Al sengaja memberikan mawar putih itu mewakili isi hatinya, agar Prilly dapat merasakan bahwa cintanya Al kepadanya itu murni, suci dan agung. Al ingin Prilly merasa yakin bahwa dia sangat mencintai dan menyayanginya, karena mawar putih melambangkan cinta yang sejati. Mata Prilly beralih kepada kotak musik yang sudah usang, dia menyentuhnya dan membuka. Terdengar dentingan musik yang di hasilkan dari kotak musik itu, boneka balet berputar-putar menari di dalam kota musik itu. Namun saat Prilly mengingat dia, hatinya terasa nyeri dan perih. Prilly memilih menutup kotak musik itu, lalu dia simpan di lacinya. Prilly menghela nafas panjang, mengurangi rasa sesak di dadanya karena mengingat dia yang pergi tanpa pesan.

"Aku merindukanmu," bisikan lembut dan pelan tepat di telinganya.

Perasaan Prilly menghangat, dan rasa sakit di hatinya tiba-tiba menguap. Prilly tersenyum dan merasa nyaman saat seseorang itu memeluknya dari belakang. Prilly memejamkan matanya merasakan kenyamanan yang ia dapatkan dari orang yang sudah memenuhi ruang di hatinya saat ini. Siapa lagi jika bukan Al.

"Apa kita jadi jalan-jalan hari ini?" Al membalikan tubuh Prilly dan memeluk pinggangnya posesif.

"Jadi dong Honey. Aku-kan udah cantik kaya gini." Prilly meminta Al memperhatikannya.

"Setiap hari kamu selalu cantik, Sayang." Al menoel hidung Prilly. Prilly hanya memperlihatkan senyumannya yang paling indah pada mister tampan yang sudah berhasil membuatnya jatuh cinta sedalam ini.

"Bisa aja ya ngegombalin aku, hhmm ...." Prilly memicingkan matanya.

"Kamu nggak perlu digombalin juga udah cintakan sama aku." Al menerik pinggang Prilly agar lebih mendekat lagi padanya.

"Cinta mati 4 deh sama kamu." Prilly menatap Al tepat di manik mata hazel yang menenangkannya itu.

"Kok cinta mati 4 sih, aku maunya satu aja." Al tak ingin dijadikannya yang ke-4.

"Kan cinta mati 1 sampai 3 punya Ahmad Dhani, jadi kamu yang ke-4 dan itu punya aku," ucap Prilly.

"Bisa aja deh kamu, Nona cantiknya Al." Al menarik hidung Prilly dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya tetap merengkuh pinggang Prilly agar tak menjauh darinya.

"Bisa dong, Mister tampannya Prilly." Prilly hanya berdiri pasrah dalam dekapan Al.

Al memandangi Prilly dengan mata sayu yang meneduhkan hatinya. Terjadi saling pandang di antara mereka, menyalurkan tiap rasa yang mereka miliki dari tatapan mata yang tulus atas dasar cinta yang suci. Tak akan ada yang bisa menghindari takdir cinta yang mulai bersemi di dalam hati. Pertemuan singkat tak menjadi penghalang bagi mereka merajut kasih bersama. Bertukar rasa yang selalu nyata dan ada di dalam hati dan jiwa.

"Aduh, kalau kaya gini mama sama papa lebih baik cepat pulang deh." Dandy masuk ke dalam kamar Prilly yang memang tak di tutup.

Al melepaskan pelukannya dari Prilly. Ada rasa sedikit tak enak pada calon kakak iparnya itu.

"Maaf Bang, kebawa suasana," ucap Al.

"Udah sana pada keluar, nggak bagus lama-lama di kamar berduan tanpa ikatan. Abang belum mau punya keponakan sebelum waktunya."

"Apaan sih Abang!" Wajah Prilly bersemu merah.

***

Al akan membawa Prilly ke villanya yang ada di puncak. Puncak tempat yang paling sering di tuju oleh masyarakat ibu kota, dan itu pula yang akan terjadi dengan Al dan Prilly. Mereka memilih daerah puncak karena selain dekat, udara dan pemandangan di sana juga cukup baik untuk kesehatan. Apalagi Prilly yang paham sekali tentang pola hidup sehat Al yang sedang di jalaninya. Tak ada salahnyakan menikmati panorama negeri sendiri.

"Sayang bangun." Al menepuk-nepuk pipi Prilly pelan. Sepanjang jalan tadi Prilly sempat tertidur karena semalam dia harus begadang mengerjakan laporan produksi yang harus segera di selesaikan sebelum dia pergi berlibur. Dia tak mau liburannya ini terganggu dengan urusan pekerjaan yang kadang membuat kepalanya menjadi pening.

"Hhmmm ...." Prilly hanya berguman, dan membenarkan posisinya agar lebih nyaman.

Al yang melihat itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Bagi Al Prilly itu bagaikan intan permata yang sangat berharga dan patut untuk di jaga dengan baik. Prilly juga bagaikan sutra yang berhati lembut tanpa pernah berpikir buruk pada orang lain. Dan Prilly juga bagaikan baja yang kuat menghadapi apa pun yang menimpa dirinya. Al mengulum senyum saat menyadari betapa hebatnya perempuan yang berhasil meluluhkan gunung es di dalam hatinya ini.

Akhirnya Al menggendong Prilly masuk ke dalam. Al meminta mang Ujang membawakan barang-barang yang mereka bawa, masuk ke dalam. Mang Ujang orang kepercayaan Al yang di minta untuk menjaga villa miliknya ini. Mang Ujang tinggal di belakang tak jauh dari villa Al.

Al menurunkan Prilly dari gendongannya. Mereka sampai villa sudah malam karena sebelumnya mereka sempat mapir ke beberapa tempat untuk singgah sekalian berwisata. Al melepas hight heels yang di kenakan Prilly, mengganti semua pakaian Prilly setelah itu dia menyelimuti Prilly dengan bed cover sebatas dada.

"Tuhan, satukan aku dengannya. Dialah pilihanku, bukan yang lain. Aku ingin bisa membahagiakannya walau hanya sesaat saja. Senyumnya menjadi kekuatanku untuk tetap bertahan sejauh ini." Al memandang lekat wajah kekasih hatinya itu.

"Selamat tidur Nona cantiknya Al." Al mencium kening Prilly cukup lama.

Al beralih ke kamar mandi dan membersihkan diri, sebelum dia menyusul Prilly ke alam mimpi.

***

Kicauan burung menjadi nada terindah di pagi hari nan sejuk. Mentari pagi yang semalaman bersembunyi sudah mulai menyapa dengan sinarnya yang menghangatkan.

Prilly yang semalaman terlelap, mulai mengerjapkan matanya. Dia menoleh ke sisi kanan tak ada siapa-siapa, semalam dia sempat tersadar ada Al tertidur di sampingnya.

"Al ke mana?" Prilly mengusap matanya agar pandangan terasa lebih jelas.

Sebelum bangun, Prilly melihat setangkai mawar putih dan secarik kertas biru berada di atas nakas. Kebiasaan Al yang sering dilakukannya untuk Prilly.

Mentari memang berhasil menghangatkan seisi dunia ini. Tapi hanya kamu yang berhasil menghangatkan hatiku. Pagi Nona cantiknya Al. Aku menunggumu di luar.

Prilly mengulum senyum melihat tulisan tangan Al. Prilly beranjak dari tempat tidur dan beralih ke kamar mandi.

Prilly memakai pakaian santainya dan jaket, udara pagi masih terasa dingin menusuk di kulit. Prilly ke luar dari kamar dan bertemu mang Ujan. Prilly sudah beberapa kali ke sini jadi dia sudah kenal siapa mang Ujang.

"Pagi Non." Sapa mang Ujang.

"Pagi Mang. Lihat Al di mana Mang?"

"Aden ada di belakang Non. Biasanya Aden suka duduk-duduk santai Non, di belakang sambil lihat kebun teh."

"Oh iya, ya sudah saya menyusul Al dulu ya Mang."

"Iya Non."

Prilly ke luar dari villa dan memutar ke belakang villa, di sana ada gazebo yang menghadap langsung ke hamparan kebun teh yang hijau. Beberapa pekerja asyik memetik daun-daun teh untuk di olah nantinya.

Al sedang duduk di pembatas gazebo sambil memejamkan mata. Menghirup oksigen dalam-dalam untuk memenuhi paru-parunya dengan oksigen yang baru.

"Honey." Prilly memeluk Al dari belakang.

"Pagi, Nona cantik." Al memegang tangan Prilly yang melingkar di perutnya.

"Kok kamu nggak bilang sih kalau kita udah sampai. Kamu semalam tidur di mana, terus yang gantiin baju aku kamu ya?" Prilly memberondongi Al dengan pertanyaan.

"Kamu nanyanya banyak amat sih, lagi kuis ya?"

"Ih, Honey."

"Sini, duduk sini sama aku." Al menepuk ruang kosong di samping kirinya, Priily mengikuti intruksi Al.

"Pertama, aku nggak tega bangunin kamu yang pulas tidurnya, ya sudah aku angkat aja kamu ke kamar. Kedua, aku tidur di samping kamu, tapi aku yakin kamu nggak sadar. Ketiga, iya. Keempat, lihat ke depan." Al mengarahkan padangan Prilly untuk mengikuti arah tangannya.

Prok ... prok ... prok ....

Al bertempuk tangan sebanyak tiga kali. Para petani kebun teh itu tiba-tiba mengakat sebuah karton besar berwarna putih, terdapat tulisan yang dirangkai dengan daun teh yang di susun secara apik di atas karton itu.

I LOVE YOU NONA CANTIK PRILLY

Prilly diam tercengang mendapatkan perlakuan Al yang manis, sederhana tapi terkesan romantis bagi Prilly. Mata Prilly berbinar dan langsung memeluk Al.

"Ini indah Honey," ucap Prilly yang masih nyaman berada dalam dekapan Al.

"Kamu lebih indah sayang."

Dan kau hadir, merubah segalanya.
Menjadi lebih indah,
Kau bawa cintaku setinggi angkasa.
Membuatku merasa sempurna
Dan membuatku utuh, tuk menjalani hidup
Berdua denganmu selama-lamanya
Kaulah yang terbaik untukku

Lagu Adera - Lebih Indah, bisa mewakili perasaan mereka berdua. Rasa yang awalnya hanya biasa saja berubah menjadi cinta yang luar biasa indah. Hanya dengan cinta yang sederhana membuat hidup mereka menjadi lebih berwarna.

"Ibu-ibu terima kasih ya buat bantuannya," teriak Al pada petani teh yang membantunya tadi.

"Sami-sami A'," jawab para petani itu.

Al beralih mengeratkan dekapannya di bahu Prilly yang masih asyik bersandar padanya. Al meletakkan pipi kirinya di pucuk kepala Prilly.

"Kamu tahu Sayang?" Al menahan ucapannya.

"Apa, Honey?" Prilly menadahkan kepalanya ke atas.

"Aku laki-laki beruntung bisa bertemu kamu. Setiap kali melihat senyum kamu, energiku bertambah berkali-kali lipat. Bahkan semangat hidup aku bertambah dari biasanya. Kamu sumber kekuatan dan kamu alasan aku untuk terus bertahan sampai saat ini," ucap Al dengan memandang lurus ke dapan, membayangkan harapannya tentang masa depan yang akan di rajutnya bersama Prilly.

"Dan aku perempuan beruntung yang menemukan laki-laki hebat kaya kamu."

Semilir angin pagi berhembus menerpa wajah keduanya. Hamparan dedaunan hijau menjadi suguhan yang paling indah, pikiran yang lelah di manjakan langsung dengan goresan tangan Tuhan yang paling indah. Menjadikan tempat ini sebagai saksi semakin eratnya tali cinta yang mereka ciptakan.

Bukan ego saat mulai melepaskan diri dari kelamnya masa lalu, bukan juga kejam saat meninggalkan cinta yang pernah membuatnya jatuh. Tapi, kesadaran diri betapa berharganya hati untuk tidak terus di kotori dengan rasa sakit yang di alami selama ini.

Tuhan menciptakan seseorang untuk datang mengobati luka kelam masa lalu dengan cinta yang baru. Cinta yang lebih berarti tanpa adanya rasa sakit di hati.

"Nanti malam kamu dandan yang cantik ya, aku ada sesuatu lagi buat kamu." Al menegakkan tubuhnya.

"Apa itu Honey."

"Dandan saja yang cantik, aku akan mengajakmu ke suatu tempat yang indah."

"Baiklah."

***

Prilly sudah siap dengan dress putih gading selutut, rambutnya yang panjang di biarkannya tergerai indah di bahu kirinya. Polosan make up yang natural tetap membuatnya semakin cantik. Prilly keluar dari kamarnya mendapati Al berdiri di ruang tamu dengan setelan jas berwarna senada. Al sempat tercengang mendapati gadisnya begitu cantik dan anggun.

"Kau cantik sekali malam ini sayang," ucap Al yang tak henti manatap takjub gadisnya.

"Jadi selama ini aku nggak cantik ya?"

"Kamu selalu cantik, Nona cantinya Al. Udah ayo kita berangkat nanti kemalaman."

Al meletakan tangan Prilly dilengan kirinya, mambawanya ke arah mobil yang terparkir di halaman depan. Al membukakan pintu untuk Prilly dan dia memutar beralih ke pintu kemudi.

"Siap Nona?" tanya Al dengan tangan sudah siap di atas kemudi.

"Siap sekali Mister."

Al dan Prilly menyusuri jalanan malam di Puncak. Masih banyak kendaraan yang memang berlalu lalang di malam hari. Al menepikan mobilnya.

"Kita sudah sampai?" tanya Prilly.

"Belum, sebentar lagi. Tapi, aku minta kamu tutup mata sampai nanti kita tiba di tempat yang aku maksud, ya?"

"Kamu mau kasih aku surprise apa sih Honey."

"Surprise indah pokoknya buat kamu. Maaf ya aku tutup mata kamu dulu."

Al menutup mata Prilly dengan saputangan yang memang di bawanya. Al kembali melanjutkan laju mobilnya, hanya selang lima menit Al sampai di tempat tujuan. Al membantu Prilly keluar dari mobil dan berjalan lebih kedepan lagi.

"Sekarang kita sudah benar-benar sampai. Kamu siapkan, aku buka penutup matanya." Al melepaskan saputangan yang menutup mata Prilly. Prilly mulai menyesuaikan matanya untuk melihat dalam gelap.

"Ini indah sekali Honey."

Prilly memandang takjub lautan bintang dari atas bukit. Benda langit berkerlap kerlip memancarkan cahayanya yang paling indah, di tambah lampu-lampu yang menyala dari rumah penduduk membuatnya semakin menawan.

"Terima kasih sudah memperlakukanku seistimewa ini Al."

"Kamu memang istimewa di hidup aku Sayang. Kamu seperti lentera dalam sebuah kegelapan, dan kebahagiaanmu itu cahaya buat aku. Aku akan kehilangan arah dalam gelap jika cahayaku ini meredup." Al memegang kedua tangan Prilly dan meletakkannya di dadanya.

"Terima kasih sudah menyanggahku dan tidak membiarkanku terjatuh lebih lama lagi." Prilly berhambur ke dalam pelukan Al. Pelukan ternyaman yang dia miliki setelah keluarganya.

Al dan Prilly menikmati pemandangan yang indah di temani penerangan yang alam ciptakan.

Kebahagiaan sederhana, saat hati mulai merasa nyaman dengan kehadiran seseorang, maka dengan sendirinya bahagia akan tercipta. Kabahagiaan itu kita yang cipta, bukan orang lain yang tentukan. Berbahagialah kamu saat berhasil membuat hidupmu sendiri bahagia.

***

Melonnya Mami

Terimakasih vote dan komennya.
Yang masih tanya Ali, sabar ya?
Ali masih aman di bawah ketek aku. Nanti dia muncul kok. Tapi sabar. Hihihihihi

Miss you and love you.
Muaaaahhhhhh

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top