NAFAS TERAKHIR SAJANGNIM (TRUTH I)
bonus chapter terakhir untuk story ini
keep support please...
.
.
.
putri duduk di kursi besar di ruangannya sambil memejamkan matanya sesaat. dia menghembuskan nafas panjang sambil menatap layar komputernya yang menampilkan banyak daftar nama disana.
"hahh... bahkan di detik detik terakhir ku berada di sini. aku harus melakukan hal yang paling aku benci di sepanjang usia ku"
.
.
--Skiipp--
seorang anak perempuan yang berusia 9 tahun berlari di sebuah gang sempit, dia terus berlari agar segera sampai ke rumah nya. ada sebuah kertas yang dibawa oleh tangan kecilnya yang sedikit kusam karena di genggam erat olehnya selama berlari.
"ayaaahhhh... ayaahhh...ibuuu...."
"iya nak? ada apa?"
"ayah, ibu... ada surat dari sekolah tentang biaya sekolahku"
degg...
pasangan suami istri itu nampak pucat sesaat setelah putri kecilnya mengatakan tentang biaya sekolahnya. semenjak suami yang sekaligus kepala keluarga itu diberhentikan dari pekerjaannya. dia hanya menjadi seorang supir taksi yang memiliki banyak hutang. karena cara hidup keluarganya yang sebelumnya sangat hedonis dan suka menghamburkan uang membuat mereka akhirnya terlilit banyak hutang dan pinjaman berbunga lainnya.
biaya pendidikan putri kecil mereka pun terancam karena sang kepala keluarga harus merelakan harta kekayaannya diambil alih kembali oleh perusahaan untuk mengganti kerugian dari perbuatannya menggelapkan dana perusahaan saat itu. mereka harus kehilangan segalanya dan sekarang tak bisa lagi berbuat banyak terhadap biaya pendidikan yang semakin naik.
"ayah... ibu.. ada apa?"
"ahh... tidak sayang, tak apa..."
"mana suratnya. biar ibu lihat, kau masuklah ke kamar dulu ya"
"iya ibu..."
drap drap drap
"apa yang harus kita lakukan sekarang? kita bahkan tak memiliki cukup uang untuk makan sehari hari sekarang. dan ini... bagaimana kita akan menjelaskan pada putri kita, jika orang tuanya sudah tak mampu membiayai sekolahnya lagi?"
lelaki itu terdiam.
"bukalah dulu suratnya. kita lihat berapa jumlah biaya yang harus kita bayar"
sang istri pun menurut dan mulai membuka perlahan amplop surat itu dengan perasaan tak menentu. segala asa khawatir, cemas, takut dan sedih berubah menjadi satu.
sreett
'BIAYA SEKOLAH TELAH LUNAS'
"a-apa?"
"ada apa?"
"sayang, lihat ini... ini, apa ini benar? ataukah anak kita salah menerima suratnya?"
lelaki itu dan istrinya memeriksa kembali surat tersebut dan memastikan bahwa memang benar nama anak mereka dan juga fotonya ada di surat itu. tapi, biayanya... bagaimana mungkin biayanya bisa lunas? mereka bahkan belum menyelesaikan tunggakan pembayaran sebelumnya dari biaya sekolah putri mereka.
"apa... mereka salah menulisnya?"
"m-mungkin..."
.
.
putri mengulas sebuah senyuman melihat data terakhir yang ada di meja kerjanya.
"anda sudah selesai sajangnim?"
"hmm.. sudah semuanya. tinggal yang terakhir"
"sajangnim, maafkan saya sebelumnya. tapi, ada seseorang diluar yang bersikeras ingin menemui anda"
"siapa?"
"tuan choi. dia dulu adalah kepala proyek yang memegang pekerjaan proyek di Busan sajangnim"
"tuan choi?"
putri hampir tidak ingat dengan nama itu. dia sering ingat wajah seseorang dan melupakan namanya, entah karena apa.
"suruh dia masuk kalau begitu"
"baik sajangnim"
.
.
--Skiipp--
"selamat siang sajangnim"
"oh.. ahjussi..."
ucap putri tiba - tiba begitu melihat sosok yang ada di hadapannya saat ini. tepat seperti biasa, putri langsung mengenali wajah pria yang berdiri sambil sedikit menundukkan kepalanya itu walaupun dia tak ingat persis nama nya.
"silahkan duduk dulu ahjussi, mau minum apa?"
"ah, terima kasih tapi tidak perlu sajangnim"
"mck, tunggu sebentar"
putri menghubungi asisten nya dan meminta di hantarkan dua cangkir teh hangat ke ruangan nya saat itu juga. dia lalu kembali duduk dan menatap pria itu.
"ada apa ahjussi? apa yang membuat ahjussi datang kemari dan mau menemui ku?"
"i-itu..."
"ada apa? katakan saja"
pria itu akhirnya menjelaskan tentang yang di alami olehnya kemarin dan kenapa dia bisa berada di sini sekarang. dia baru saja dari sekolah putrinya untuk mengkonfirmasi biaya sekolah putri nya yang dinyatakan lunas, dan ternyata seluruh biaya itu berasal dari yayasan yang dimiliki oleh putri. dia hampir tak bisa mempercayai semua itu setelah segala yang terjadi dan bagaimana putri memberhentikan nya saat itu. dia bahkan masih ingat persis, bagaimana kemarahan dan kekecewaan putri kala itu pada dirinya. tapi, ini?
"memang aku yang menanggung semua biayanya selama ini ahjussi"
"tapi, kenapa? anda bahkan mengambil harta saya waktu itu"
"aku mengambil kembali apa yang seharusnya bukan menjadi hak mu. apa kamu mau membiarkan putri kecil mu tumbuh besar dari hasil korupsi?"
"tapi-"
"aku memang marah dan sangat kecewa padamu tuan choi, tapi aku tak punya hak untuk membenci putrimu dan membiarkan dia berhenti sekolah karena aku memecat ayahnya. yang bersalah adalah anda, ayahnya. bukan putrimu. paling tidak, aku harus memastikan bahwa dia masih bisa mendapatkan pendidikannya sementara anda memikirkan untuk kehidupan sehari hari. benar kan?"
"sajangnim..."
"ahjussi lihat kursi itu?"
ucap putri sambil menunjuk kursi yang ada di sana. kursi dimana dia bertahat selama ini menjadi seorang sajangnim.
"terlihat sangat nyaman dan menyenangkan jika seseorang seperti diriku duduk disana kan? semuanya terlihat begitu mudah, jika tak sesuai keinginanku. aku bisa dengan mudah menyingkirkan siapapun hanya dengan jentikan jari. tapi, banyak orang termasuk ahjussi sendiri yang melupakan satu hal.."
"..."
"ahjussi lupa sebuah fakta bahwa setelah duduk disana. akan ada sebuah tanggung jawab yang luar biasa besar yang harus di bawa di pundak pemiliknya. orang yang duduk disana, harus bertanggung jawab atas kelangsungan hidup ribuan orang yang bekerja bersama di perusahaannya dan ratusan ribu keluarganya yang menjadi tanggung jawab pekerja nya."
"ahjussi, bisa merasakan bahwa aku sangat kejam karena membuat hidup ahjussi seperti ini. hancur dan miskin. tapi, bukan aku yang membuat ahjussi seperti ini. melainkan diri ahjussi sendiri. tanpa sadar, ahjussi sudah mencuri sesuatu yang bukan menjadi hak ahjussi. menggunakannya untuk kepentingan pribadi tanpa memikirkan orang lain yang mungkin lebih membutuhkan dari ahjussi."
"uang dan segala harta yang ahjussi ambil itu adalah hak dari puluhan bahkan ratusan karyawan lain yang ada di bawah ahjussi saat itu. benar kan? coba, ahjussi bayangkan bagaimana perasaan ahjussi jika ahjussi tahu hak ahjussi di rampas orang lain? seandainya ahjussi bisa lebih mengendalikan diri dan tidak mudah terbujuk oleh ajakan orang lain tentang kebahagiaan sesaat. mungkin sekarang ahjussi sudah menjadi kepala utama dari semua proyek di sini. ahjussi tak perlu pusing tentang sekolah atau hidup sehari hari. ahjussi bisa merintis pekerjaan dari bawah dan menikmati hasil akhirnya dengan bahagia bersama keluarga ahjussi. bukan seperti sekarang"
air mata tuan choi menetes, ucapan sajangnim nya benar. andai dia tak terbujuk ajakan mantan direktur saat itu untuk menggelapkan dana pembangunan proyek, hal ini pasti tak akan terjadi pada dirinya dan keluarganya.
"aku hanya ingin ahjussi tahu, bahwa aku masih menghargai ahjussi sampai saat ini. aku akan tetap membiayai sekolah putri ahjussi sampai ahjussi mampu untuk membiayai nya sendiri. carilah rejeki yang baik untuk putri ahjussi. biarkan dia tumbuh menjadi seorang gadis yang cerdas dan membanggakan untuk ahjussi. ajarkan dia pentingnya kejujuran dan arti dari sebuah kerja keras"
tuan choi menunduk lemas, dia menangis terisak mendengar ucapan gadis di hadapannya. putri, yang bahkan pantas menjadi keponakan nya itu justru memberikan sebuah hal yang selama ini tak pernah terpikirkan oleh tuan choi sebelumnya.
"maafkan saya sajangnim, saya minta maaf"
"aku sudah memaafkan ahjussi jauh sebelum ini."
putri mendekat dan memeluk tuan choi layaknya ayah nya sendiri, dia sebenarnya sangat mengagumi sosok tuan choi selama ini. hanya sebuah kesalahan kecil yang membuat seluruh kebanggaan itu hancur seketika.
.
.
"sajangnim... saya tahu jika anda sedang mempersiapkan peperangan sekarang. sebuah perang besar yang akan menghancurkan semua orang"
"kenapa ahjussi bisa bicara seperti itu?"
"suasana nya dan kondisinya, aura yang ada disini menyiratkan hal itu sajangnim"
"ya ahjussi benar"
"apa... saya bisa membantu anda sajangnim?"
"membantu? maksudnya?"
"mungkin sajangnim tahu, kalau saya dulu adalah bagian dari mereka. jadi saya tahu persis dimana dan siapa saja mata mata mereka yang sangat berbahaya. sajangnim mungkin bingung kenapa selalu ada lagi yang seperti ini di perusahaan. semua itu, saya tahu jawaban semuanya sajangnim."
"apa ahjussi menawarkan kerja sama denganku sekarang?"
"benar sajangnim"
"ada imbalan nya?"
"saya harus membayar kesalahan saya dulu pada anda dan juga... biaya sekolah putri saya"
"aku bisa mempercayai mu?"
"sajangnim tahu, anda bisa menghancurkan saya kapanpun jika saya kembali berkhianat kali ini. saya yang menjamin semuanya."
putri nampak berpikir keras, dia tahu ini tawaran yang bagus. tapi... mempercayai pengkhianat? apa bisa? terlebih kali ini dia benar benar ingin menghancurkan semua orang yang menjadi benalu di perusahaannya tanpa ampun. putri bahkan sudah siap jika harus kehilangan beberapa anak perusahaannya jika dia sampai salah langkah kali ini.
"saya tidak akan mendesak anda. anda tahu dimana mencari saya saat anda berubah pikiran sajangnim. saya permisi dulu"
tuan choi membungkuk dan memberi hormat pada putri sebelum akhirnya meninggalkan putri sendirian yang tenggelam dalam pikirannya sendiri.
.
.
.
LANJUT?
VOMMENT JUSEYO
sisa 1 part karena aku baru hapus 1 part lagi
keep support please...
NB :
ADAKAH YANG SETUJU KALAU STORY TAKDIR INI AKU BUAT PART 2?
BEDA DENGAN SEQUEL YANG MENCERITAKAN TENTANG KEHIDUPANN RUMAH TANGGA CHANYEOL DAN PUTRI. DI STORY INI LEBIH KE ARAH BONCHAPT DAN TENTANG POSISI PUTRI SAAT MASIH JADI SAJANGNIM.
SETUJU?
GAK SETUJU?
VOMMENT JUSEYO
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top