44:Bukan akhir
بسم الله الرحمن الرحيم
Selamat Membaca
•••
Kangen nggak sama aku?
Hampir sebulan kagak apdet❤️
_____________________________________
"Mya!!!!!!!!"
Pranggg.
Gelas yang dipegang Mya jatuh, berserakan di atas marmer putih itu. Suara yang menggelegar barusan mampu membuat pikirannya kembali ke alam nyata.
"Astagfirullahaladzim, Mya kenapa bisa jatuh gelasnya?"
Dengan panik Dinda langsung berlari ke arah Mya. "Kenapa, My?"
Mya menggeleng, lalu mengambil sapu untuk membersihkan kepingan gelas itu.
"Biar aku aja yang bersihin, kamu keliatannya enggak baik-baik aja, My?" Dinda langsung merebut sapu ditangan Mya, dan langsung membersihkan kepingan gelas itu.
Setelah selesai, Dinda duduk dimeja pantry di sebelah Mya, dipegangnya pundak Mya.
"Kenapa, My?" Tanya Dinda kesekian kalinya.
"Enggak apa-apa, tadi aku cuman kaget aja denger suara kamu teriak manggil aku," alibi Mya, jelas sekali terlihat bohong dimata Dinda.
"Really? Tapi aku menangkap sesuatu yang lain."
Mya menghela napas gusar, apapun itu tidak bisa disembunyikan dari Dinda. Dia terlalu peka dengan apapun.
"Aku denger, cerita aja."
"Ihh,, dibilangin juga enggak ada apa-apa. Kok ngeyel sih, Din."
"Silahkan."
"Oke, fine."
Seutas senyum keluar dari bibir Dinda. Dia berhasil membuat Mya kalah.
"Ini tentang Kak Ziyad..."
Senyum Dinda makin melebar mendengar itu, dirinya bersorak senang dalam hati.
"Kenapa dengan kak Ziyad? Kalian berantem?" Tanya Dinda.
"Enggak, bukan." Mya menggaruk tengkuknya yang tak gatal, pasalnya dirinya juga bingung mau cerita dari mana.
"Semenjak satu minggu ini, Kak Ziyad nggak ada kabar. Aku Wa, Line, Dm, sama aku telfonin nggak pernah di balas, apalagi mau angkat telponnya. Aku jadi khawatir, kalo kak Ziyad kenapa-napa. Terakhir ketemu, pas minggu lalu kita kasih undangan ke Kak Ziyad itu."
Dinda terus mendengar curhatan galau Mya sampai habis, dirinya tidak merespon apapun. Hanya menjadi pendengar yang Budiman.
"Terus?" Dinda buka suara.
"Maksudnya? Terus gimana, Din." Mya menyipitkan matanya menyoroti wajah Dinda yang sedari tadi biasa saja.
"Ya kan Kak Ziyad bukan siapa-siapa kamu, My. Pantas dong kalau dia nggak ngabarin kamu kalau dia mau kemana aja. Mau ke luar negeri, ke luar kota, kemana aja, itukan bukan urusan kamu, My."
Jleb.
Mya diam. Apa yang dikatakan Dinda benar. Dirinya bukan siapa-siapa Ziyad, bahkan dia sendiri yang mengatakannya pada Ziyad dulu. Kalau dia bukan siapa-siapanya.
"Iya juga, sih," sahut Mya bahkan terdengar lirih. Hatinya seakan tak terima dengan kata, bukan siapa-siapanya Ziyad. Tapi itulah kenyataannya.
'Maafin aku, My. Nggak bermaksud buat kamu sedih gini. Huaaa.... pengen nangis liat mukanya yang udah kayak gitu, nggak ada semangat hidup dalam seketika.' _batin Dinda.
"Eh, Din. Ngomong-ngomong kamu ngapain pagi-pagi banget kesini?" Tanya Mya berusaha merubah topik pembicaraan.
"Yeuu si Jubaedah.. lupa atau gimana, kita kan mau beli perlengkapan hari jadi Elo. Kemaren aja chat gue nggak ada skipnya, sampek puluhan chat kata yang sama." Mya tertawa mendengar Dinda cerocos. Bener juga, dia kemaren yang membuat janji dengan si gadis cerewet itu.
Bagaimana Mya bisa lupa?
Ini semua diakibatkan oleh pikirannya, yang di ambil alih oleh Ziyad.
"Lima hari lagi ulang tahun aku, kira-kira Kak Ziyad bakalan datang nggak ya, Din?"
"Ya elah, My. Nggak usah mikirin Kak Ziyad mulu napa sih. Kalo dia nggak datang, ya udah. Kelar cerita Lo, nggak berjodoh kalian berdua." Jawab Dinda asal, dan malah mendapat pelototan dari Mya.
"Yaudah sana cepet ganti baju, Mya. Aku nggak mau nunggu lama, menunggu itu melelahkan Mya, bahkan sangat." Ketus Dinda lagi.
Dan Mya hanya tertawa terbahak mendengar gerutuan tak jelas Dinda. Dia langsung bergegas ke kamarnya untuk mengganti baju.
🍁🍁🍁🍁🍁
Semuanya terlihat sibuk, mempersiapkan pesta ulang tahun Mya yang ke sembilan belas tahun. Acara itu akan berlangsung dua hari lagi. Semua orang sibuk dengan tugasnya masing-masing, hilir mudik kesana kemari, ada yang menata meja serta kursi di halaman belakang. Ada yang memasang pernak pernik, ada juga yang berisik tak jelas menggangu pendengaran orang-orang disana.
Tak lain, Dinda dan Rais. Sedari tadi mereka terus berkicau tak jelas, meributkan hal kecil. Beradu argumen, berebut gunting, bahkan meniup balon saja mereka permasalahkan. Mya yang berada di antara mereka menjadi sangat pusing, kepalanya berdenyut kala Dinda mengeluarkan suara anti-mainstream nya. Dan sedari tadi pula, Mya seolah diabaikan oleh kedua makhluk itu.
Pertanyaan apapun yang diajukan Mya tak satupun dijawab oleh keduanya. Mya jadi tambah pusing, apa mereka mengerjainya?
Mya menggeleng, nggak ada surprise yang modelan kayak gini.
"Kak Rais! Dinda! Udah dong ah, jangan ribut lagi kenapa sih, liat orang-orang pada liatin kalian yang nggak jelas, berisik banget." Keluh Mya yang sudah kesekian kalinya.
"Apaan sih, My. Kalo nggak berisik, kan nggak seru. Iya kan, kak?"
Rais mengangguk, mengiyakan. Mereka itu ajaib, baru saja tadi ribut dan sekarang jadi kompak tak terkalahkan. Mya tak paham dengan kedua makhluk astral, didepannya ini.
"Au ah, lanjutin aja ributnya." Jawab Mya ketus.
Rais dan Dinda saling berpandangan, mengerling satu sama lain. Lantas, tersenyum jenaka.
Sedangkan Mya, dirinya sudah cemberut, kesal tak tertahan. Hari ini, rasanya paling menyebalkan, seolah semua orang mengabaikan keberadaannya. Fadlan, Papanya juga sedari tadi tak banyak respon saat dirinya bertanya ini itu. Sekarang, Rais dan Dinda di depannya, mereka sibuk dengan dunianya. Dan lagi, Ziyad sampai sekarang masih belum ada kabar, hilang bagai ditelan bumi.
Mya frustasi.
Apa-apaan ini, dirinya tak terima. Orang-orang seakan sedang menghindarinya.
Kecuali, satu orang yang dari tadi tak mengacuhkannya yaitu_ Rafi.
Mya bingung dengan keadaan sekitar, padahal dirinya yang besok akan ulang tahun. Tapi, malah dirinya tak tau apa-apa dengan konsep pesta yang sedang di rancang ini.
Mya sudah menegaskan konsep sederhana untuk ulang tahunnya kali ini, tapi Papanya bersikeras untuk membuat pesta besar-besaran. Pestanya tetap dirumah, setidaknya itu yang berhasil Mya perdebatkan.
Papanya Minggu lalu mengusulkan untuk merayakan pestanya disalah satu ballroom hotel. Mya berdecak, ada apa dengan Papanya?
Mya semakin bingung dengan perubahan orang-orang yang disekitarnya. Biasanya apapun yang dikatakan dan kemauannya akan dituruti. Tapi, kali ini seolah kemenangan tak berpihak kepadanya.
Dilihatnya jam yang menunjukkan pukul 17.09 Wib, hari sudah sore dan sebentar lagi azan magrib akan dikumandangkan. Mya beranjak ke kamar untuk mandi, sedari tadi dirinya belum mandi.
Tak mau pamit dengan kedua orang dihadapannya, yaitu Dinda dan Rais. Mya langsung berlalu dihadapan mereka dengan wajah ditekuk.
Dan ya, setelah Mya tidak lagi terlihat dari pandangan mereka, tawa berderai. Rais dan Dinda cekikikan sambil memegangi perutnya masing-masing.
"Astagfirullah, lucu tau kak. Kita dari tadi ngerjain Mya, kesel banget kayaknya dia. Ini gara-gara kakak ya, dosa ditanggung sama kak Rais." Celetuk Dinda menghentikan tawanya.
"Eh, enak aja. Dosa kamu kok aku yang nanggung! Dosa kamu ya kamu yang nanggung sendiri."
"Elah, coba aku nanya. Siapa yang rencanain buat ngediamin dan mengabaikan Mya?"
"Ya aku."
"Nah, terus salah siapa?"
"Ya aku juga, sih"
"Ehhh... Mana bisa begitu. Siapa suruh juga kamu Din, ngikutin saran aku." Sambung Rais terlihat tidak terima. Seakan baru tersadar dari jawaban bodohnya barusan.
"Kan kak Rais yang maksa, buat turutin. Katanya biar besok ulang tahun Mya, bikin surprise." Jawab Dinda polos.
"Nggak bisa, tetap aku kamu salah. Kita sama-sama salah, dosa tanggung masing-masing."
Kalian bisa membayangkan, apa yang selanjutnya terjadi. Mereka berdua berdebat dengan tiada hentinya. Tidak ada yang mau mengalah dari mereka, baik itu Rais maupun Dinda. Mereka tetap kekeuh pada argumennya masing-masing.
•
•
•
•
Lama kita nggak bersua, ya ampun.
Kangen aku sama kalian. Lope dari aku buat para readers 💚💚💚💚
Betewe, di part lalu aku bilang endingnya di part ini, TAPII BOONGG!!!!!!!
Maafkan aku!!!
Tapi BOONGG!!!😂😂😂
Ya ampun,, apaan sih aku. Abaikan author yang gesrek ini.
Di part selanjutnya beneran ending, enggak boong lagi✌️
Part selanjutnya, kita semua berpesta di hari jadinya Mya.
Ya ampun, kenapa gue bocorin:-D
Sampai ketemu di next part...
Aceh, 31 Mei 2020.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top