43:Semestinya

بسم الله الرحمن
Selamat Membaca
•••


Sebulan berlalu.

Semuanya berubah.

Seratus delapan puluh derajat, kehidupan Mya sekarang berubah drastis.

Tepat sebulan yang lalu dia menjalani operasi transplantasi. Layaknya penantian, harapannya tak sia-sia.
Begitupun Mya, mengorbankan sesuatu untuk orang yang dicintai sekaligus amat disayanginya.

Mya Qalesya Pranaja. Gadis itu tak pernah menyesal sedikitpun mengorbankan apapun itu untuk kakaknya, Rafi. Dan dengan pengorbanan itu pula dia mendapatkan balasan yang setimpal dengan harapannya.

Rafi menyanyangi dirinya.

Bahkan, kali ini sayang tulus yang selalu memenuhi hari Mya. Perhatian yang dulu tidak didapat, kini melimpah ruah setiap detik ia rasakan.

Dulu, tak ada obrolan bahkan tegur sapa. Kini, candaan dan tawaan yang selalu memenuhi rumah mewah nan megah itu.

Dirinya bahagia.

Itu pasti,

Tak tahu berapa banyak ucapan syukur yang dipanjatkan pada ilahi Rabbi untuk semua ini.

Mya merenung, setiap langkah yang ia tapaki ada hikmah dan pelajaran. Sama halnya, dengan semua yang dilaluinya. Sesekali hatinya berandai, jika sosok sang Mama ada disisi mereka.

"Echa!"

Mya menoleh, mendapati Rafi yang berjalan ke arahnya. Keadaan Rafi sekarang sangat sehat. Operasi transplantasi waktu lalu berjalan lancar. Wajah yang dulu tirus kini sudah seperti sedia kala.

"Duduk, kak."

Senyum Rafi tak pernah luntur sedari tadi. Lalu dia mendudukkan bokongnya tepat disamping adiknya.

"Echa ngapain sendiri disini?"

Rasanya Mya ingin menangis saat Rafi menyerukan nama kecilnya itu. Sudah sebulan nama kecil itu Mya dengar dari mulut Rafi. Dulu, Mya selalu meminta pada Rafi agar dipanggil seperti itu. Tapi, dengan keras Rafi menolak.

"Enggak kok, kak. Echa cuman nikmatin angin sore aja. Sambil nungguin Papa sama kak Rais pulang kantor." Jawab Mya seceria mungkin, dia tak mau lagi terlihat sedih.

"Kakak udah mandi belom?"

"Udah dong, cium nih! Wangi loh," Rafi malah memeluk Mya.

"Ih, sesak kak. Jangan kenceng-kenceng meluknya." Mya berusaha melepas pelukan Rafi yang sangat erat.

Rafi malah mempererat pelukannya, dan terkekeh melihat wajah Mya yang sudah memerah. Sore ini, gazebo melihat kehangatan mereka dengan diam.

"Aw!!"

Mendengar rintihan Mya, Rafi langsung melepaskan pelukannya.

"Echa, kamu kenapa?" Tanya Rafi, dan Mya malah memegang pinggangnya. Luka jahitan itu sedikit ngilu.

"Maafin kakak, kakak tadi lupa sama luka jahitan itu." Ujar Rafi merasa sangat bersalah.

"Nggak apa-apa, kak. Cuman ngilu aja dikit."

"Beneran? Kamu jangan bohong," panik Rafi, jelas sekali terlihat. Dan Mya hanya mengangguk.

Rafi sedikit menggeser posisi duduknya di sofa panjang itu. Agar Mya lebih leluasa dan tidak mengenai luka jahitan itu.

"Nggak, apa-apa kok kak. Kak Rafi santuy aja, its okay ini udah nggak ngilu lagi kok." Yakin Mya, dengan wajah seriusnya.

"Maafin kakak ya Dek, demi kakak kamu rela lakuin ini. Padahal selama ini kakak selalu mengabaikan keberadaan kamu. Menganggap kamu nggak ada, maafin kakak Echa!"

Bukan pertama kalinya setelah operasi Rafi meminta maaf, bahkan sampai hari ini terhitung sudah ribuan kata maaf yang terlontar darinya.

Mya meringsut, mendekat pada Rafi. Lalu, menjatuhkan kepalanya di bahu Rafi. Memejamkan mata menikmati wangi Rafi yang selama ini dia cium dari jauh.

"Kakak nggak perlu lagi minta maaf. Semuanya udah jadi masa lalu, yang terpenting sekarang aku sama kakak udah kayak gini. Keluarga kita udah sempurna, kak. Mama pasti sangat senang liat kita sekarang." Lirih Mya, matanya berkaca. Jujur, dirinya tak sanggup menahan sesak yang menggebu di tenggorokannya.

"Satu hal yang sangat kakak sesali, dan juga dosa terbesar kakak selama ini. Mengabaikan kamu, demi ego kakak yang melambung tinggi ini."

Setelah mengucapkan sederet kalimat itu. Rafi menciumi puncak kepala Mya berulang kali.

Sesal yang dia akui saat ini, sungguh tidak berarti. Seharusnya belasan tahun yang lalu dia mengerti semua ini. Menerima takdir, menjalani kehidupan layaknya hamba Allah. Betapa bodoh dirinya selama ini, bahkan bisa dikatakan goblok.

Mya yang masih dipelukan Rafi, tak kuasa untuk menahan rasa harunya. Dulu, dia selalu bermimpi bisa seperti ini bersama Rafi. Dan sekarang dia merakasan itu.

"Kita bisa memperbaiki keluarga kita lagi, kak. Aku, kak Rafi, Papa, kak Rais kita akan bahagia kak. Kita harus menggapai kebahagiaan yang tertunda dulu."

Rafi mengangguk, membenarkan perkataan Mya. Dan kebahagiaan yang tertunda itu, disebabkan oleh sifatnya yang selama ini begitu kurang ajar.

Di ujung sana, dua pasang mata mengamati mereka sedari tadi, tanpa Mya dan Rafi sadari. Mereka adalah Fadlan, sang Papa dan Rais.

"Pa, Papa harus bilang kalau ini nyata!"

"Ini nyata Rais!" Ujar Fadlan mengusap sudut matanya yang berair.

"Keluarga kita udah sempurna, Pa. Kebahagian menanti Echa, selamanya." Rais langsung menubruk Papanya dengan pelukan.

Kalian harus tau, bahwa dibalik kelakuan absurd Rais selama ini dia adalah sosok laki-laki yang manja.

"Ya, kita akan memberi sepenuhnya buat putri Papa," dengan senyum mengembang, Fadlan berujar. Tekad dan prioritasnya sekarang adalah putri bungsunya.

🍁🍁🍁🍁🍁

Benar apa kata pepatah, bahwa penyesalan datang di akhir cerita.
Dan sekarang, Aku merasakan nya.
Aku menyesal, bahkan sangat. Karena selalu berlumur dengan keegoisan aku menyiksa adikku sendiri. Mengabaikan perhatiannya, membuat batinnya menderita. Bahkan tak terkira seberapa banyak air mata yang keluar dari matanya oleh kelakuanku.

Rafi Danish Pranaja.


Malam semakin gelap, suara jangkrik dan binatang malam kian bersuara. Udara yang begitu dingin menusuk kulit Rafi. Balkon, tempatnya sekarang berdiri menatap sendu keheningan malam. Mencerna setiap jalan yang sudah dilaluinya.

Di eratkan pegangan jaketnya, kala hawa dingin semakin menusuk. Bibirnya sedari tadi bergerak mengucap ampunan kata maaf kepada Ilahi Rabbi.

Sebulan setelah operasi transplantasi, dia masih berada dalam rasa bersalah
nya. Akibat dirinya, Mya rela mengorbankan ginjal untuknya bertahan hidup. Bahkan tanpa memikirkan dirinya sendiri bagaimana kedepannya.

Dia masih ingat betul, sebulan yang lalu saat baru saja membuka mata setelah operasi. Orang yang pertama di lihat adalah Rais. Menatapnya penuh amarah dan kebencian. Saat itu, Rafi mengabaikan itu dan tak mau meladeni sapaan dan perkataan Rais. Dan saat puncaknya Rais berbicara barulah Rafi merasa jantungnya berdetak lebih cepat.

"Eh, brengsek. Lo tau nggak siapa yang akan donorin ginjal Lo itu. Sehingga detik ini Lo bisa buka mata lagi?" Rais berdecih menatap Rafi yang hanya Diam.

"Yang donorin ginjal buat Lo itu adek gue. Adek yang selama ini nggak Lo anggap. Lo beruntung banget ya jadi manusia, padahal gue harapnya Lo mati."

Kira-kira begitulah ucapan Rais saat itu. Rafi kala itu merasa dunianya berhenti. Mencerna terlebih dahulu apa yang di kata Rais. Dan setelah Rais keluar dari ruangannya. Barulah deraian air mata keluar dari mata Rafi. Memaki dirinya, merutuki dirinya dan bahkan hampir saja mencopot selang infusnya sendiri untuk bangun mencari keberadaan Mya.

Untung saja saat itu, ada suster yang menggagalkan tindakan Rafi. Kalau tidak ginjal yang sudah didonorkan itu akan sia-sia, tak ada guna.

"Prioritas ku saat ini, dan untuk selamanya adalah Echa. Maafin Kakak, Echa. Kakak janji pada diri kakak sendiri. Tidak akan pernah lagi menyakitimu, adikku. Dan Kakak akan menjagamu dari apapun itu, selamanya!"

"Dan untuk Mama, maafkan Rafi selama ini telah mengabaikan amanah terakhir Mama. Tidak menjaga pelita hati Mama dengan kasih sayang. Maafkan Rafi, juga Ma!"

Setelah menatap bintang di langit, Rafi masuk kedalam kamarnya. Menutup pintu balkon dan merebahkan dirinya di tempat tidur.

Menoleh ke samping, Rafi mendapati bingkai foto yang sudah puluhan tahun menghiasi nakasnya.

"Rafi akan perbaiki semuanya, Promise for you, Ma."





Huaaa... Satu part lagi ending.

Endingnya udah ketebak kan ? Kayak gimana, pokoknya kalian tetap stay tune please!❤️

Buat para pembacaku, terimakasih banyak.

buat yang nungguin ceritanya tamat, baru dibaca, bentar lagi ending, Beb😂 sabar sabar aja.

Terimakasih buat yang udah baca, yang udah vote, yang udah komen, apalagi yang udah nye-mangatin. Kalian segalanya, teurimeng geunaseh beurayeuk that-that❤️❤️

Aceh, 5 Mei 2020



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top