39:Pasien Kritis

بسم الله الرحمن
Selamat Membaca

Sebelumnya,follow dulu akun
Saya NandaSofiani
•••

Sebulan berlalu.Tak ada perubahan di keluarga Mya.Semuanya masih sama
seperti satu bulan yang lalu.Bedanya
sekarang Mya lebih tegar lagi dan tidak mau terjerat dalam kesedihan yang mendalam.

Mengenai Rafi,dia pun masih tetap pada pendirian ego tingginya.Entah iblis sejenis apa yang selama ini bersarang pada tubuhnya!.Sehingga
dia bersikap seperti seseorang yang tidak memiliki agama.

Selama sebulan ini,Fadlan yang selalu menemani Rafi check-up.Bukan peningkatan yang didapatkan Rafi,melainkan kondisinya yang semakin memburuk.

Itu menjadi suatu ujian lagi bagi Fadlan.

Atau mungkinkah beban?.

Senantiasa Fadlan selalu menyupport
Rafi,memberinya petuah serta nasehat yang bahkan tidak didengar Rafi.Didengar atau tidaknya Fadlan selalu mengatakan kata-kata petuah itu.

Rais,laki-laki itu sudah tidak ingin peduli lagi akan Rafi.Mau dia mati atau selamanya penyakitan,dia tidak mau lagi bertatap muka dengan kakak sulungnya itu.Padahal Mya selalu mengatakan padanya,bahwa tidak baik seorang adik mengacuhkan Kakaknya dalam keadaan sakit.
Rais bahkan tidak peduli akan ocehan Mya,baginya Rafi itu tidak lebih dari seorang brengsek.Yang tega menyakiti adiknya sendiri.

Rais murka.Bahkan sangat.Tiap kali
membayangkan kejadian-kejadian masa lalu dan ucapan Rafi sebulan yang lalu dia langsung naik pitam detik itu juga.

Amarah dan kekecewaan Rais melebur menjadi satu untuk Rafi.
Tapi tak bisa dipungkiri,didalam hatinya ada sedikit rasa kasihan pada Rafi.Mau bagaimanapun mereka itu sedarah,dan terlahir di rahim yang sama.Kontak antara adik dan kakak itu sangat lumrah.

🍁🍁🍁🍁🍁

"PAPA!!!!!!."

Suara lengkingan itu bukan suara teriakan biasa.Kali ini,suaranya sangat menggelegar.Intonasi yang memburu,sarat akan sebuah makna.
Nafas Mya susah di atur,dia berlari ke arah objek yang sekarang dia lihat tumbang.Tak sadarkan diri,dia Rafi.

Tubuh yang sudah sangat kurus itu
tergeletak tak berdaya di atas dinginnya lantai.Mya langsung membawa kepala kakaknya itu dalam pangkuannya.Menepuk pipi Rafi lembut,serta melafalkan nama Rafi tak henti.Air matanya luruh,melihat Rafi yang bahkan sudah seperti manyat.

"Papa!!." Liriknya lagi tak kuasa.

"Bangun,kak.Bangun,hiks..kak Rafi hiks."

"Echa.Kenapa dengan kak Rafi?,apa yang terjadi?." Fadlan sama terkejutnya dengan Mya,nafasnya terputus-putus.

"Kak Rafi..hiks..pingsan,Pa.Cepat bawa kerumah sakit,Pa."

Mya kalut,tubuhnya bergetar menahan isak tangis.Sedangkan Fadlan memanggil sopirnya untuk membantu mengangkat tubuh Rafi.

Setelah itu,mobil melesat dengan segera ke rumah sakit.Mya yang berada didalam mobil tak henti-hentinya berdoa,agar Rafi selamat.
Uwak Minah yang turut ikut pun,
hanya bisa mengelus punggung Mya dengan lembut.Agar Mya sedikit tenang,dalam hati Uwak Minah pun turut berdoa untuk Rafi.

Tiga puluh menit berlalu,mereka sampai dirumah sakit yang biasa Rafi kunjungi.Dengan segera setelah salah seorang perawat lelaki membawa brankar,langsung dilarikan ke ruang IGD.

"Papa."

Mya menatap Papanya sendu.Setelah itu tubuh mungil Mya didekap dengan erat oleh Fadlan.Memberi
Kekuatan untuk anaknya,sekaligus
dirinya.Air mata Mya menjadi semakin luruh,saat merasa ada beberapa tetes air yang membasahi baju bagian bahunya.

Papanya menangis!.

Tidak salah,Fadlan menangis.Mya mendongak menatap Papanya.
Dilihatnya pria yang selama ini menjadi tamengnya,bahkan cinta sejatinya itu menangis.Mya mengusap air mata yang turun di wajah Fadlan.
Wajah yang sudah mempunyai beberapa kerutan,amat terlihat sangat lelah.

"Papa kenapa nangis?.Papa nggak boleh nangis."

"Tidak sayang,Papa tidak menangis."

Jelas-jelas dirinya itu menangis,tapi
dengan bodohnya Fadlan mengelak.

"Kak Rafi akan baik-baik saja,Pa.Papa
Harus percaya itu,Kak Rafi akan kembali sehat seperti dulu lagi." Optimis Mya,sedikit tersenyum agar Fadlan juga ikut tersenyum.

"Iya sayang,Papa percaya akan takdir Allah.Semoga kak Rafi bisa ditangani Dokter didalam."

Fadlan melirik pintu IGD yang masih setia tertutup.Kenapa lama sekali,batinnya.

Dia mengusir bayangan-bayangan negatif yang terlintas diotaknya.
Dalam hati tak luput merapalkan doa
agar putranya bisa selamat.

Beberapa orang yang berlalu lalang di depan IGD menatap Ayah dan anak itu pilu.Melihat Ayah dan anak berpelukan saling menyemangati,
memberi kata semangat walau air mata mengalir di pipi mereka.

"Non Mya,Pak Fadlan minum dulu.
Biar sedikit lega." Uwak Minah memberikan dua botol air mineral.

"Makasih,Wak." Mya menerima dua botol air mineral itu,satunya dia berikan pada Fadlan. "Uwak Minah duduk aja,nantik Uwak capek."

Uwak Minah tersenyum pada Mya,
anak majikannya itu sungguh luar biasa.Dalam keadaan begini,masih memperhatikan nya.

Hampir setengah jam mereka menunggu didepan IGD,pintu kaca itu belum juga terbuka.Mereka resah,
sangat mengkhawatirkan Rafi didalam sana.

"Papa,Echa."

Suara bariton khas itu,mengalihkan
Fadlan beserta Mya.Disana Rais dengan wajah datarnya.Sebenarnya
dia malas untuk kesini,tapi beberapa saat yang lalu Papanya dengan tegas menyuruhnya kesini.

"Kalian udah makan?." Tanya Rais lagi pada Mya dan Fadlan,mereka hanya menggeleng seirama. "Uwak juga belum makan?." Kini Rais mengarahkan pandangannya pada wanita renta itu.

"Belum,Den.Masih nunggu Den Rafi,
dari tadi Dokter belum keluar-keluar
dari dalam." Jelas Uwak Minah.

Rais tertawa sumbang,lalu berkata.
"Ngapain sih repot-repot,nungguin orang yang bentar lagi mau mati."

"Rais!!."

"Kak!!."

Lirih Mya dan Fadlan secara bersamaan.Rais diam mendengar lirihan orang yang amat disayanginya itu.Dia bergeming,tak mau lagi berucap dan memperkeruh suasana.

Rais memilih duduk di samping Mya.
Menarik tubuh mungil itu dalam dekapannya.Mengelus dengan lembut  kepala Mya yang ditutupi pashmina.Terakhir,dikecupnya puncak kepala Mya dengan sayang.

"Jangan menangisi orang yang bahkan tak peduli dengan kita."

Lirih Rais,bahkan terdengar seperti bisikan oleh Mya.Mya ingin menjawab,tapi ia urungkan.Mya tau sekarang bukan yang tepat untuk
membantah ucapan Rais.Mya memilih diam sambil menikmati hangatnya dekapan yang Rais berikan untuknya.

Uwak Minah menatap mereka dengan tatapan penuh arti.Wanita yang sudah berkeriput itu,berdoa dalam hati meminta keluarga ini agar menjadi keluarga yang sempurna.
Keluarga yang sudah sangat baik padanya.

Bunyi decitan pintu ditarik itu membuyarkan pikiran mereka masing-masing.Tubuh mereka semua sontak berdiri,menatap dokter yang baru saja keluar dari ruangan itu.

Dokter itu,Dokter yang selama ini menangani Rafi.Terlihat ada beban yang cukup berat diwajahnya.Sejenak
Dokter laki-laki itu menghela napas
panjang.Lantas,menggelengkan kepalanya beberapa kali.

"Pasien kritis."

🍁🍁🍁🍁🍁

"Tidak ada cara lain,untuk menyelamatkan pasien." Dokter itu sudah dari tadi menjelaskan bagaimana kondisi Rafi.Menarik nafas panjang,Dokter itu menatap Fadlan dan Rais bergantian yang sudah dari tadi menyimak pembicaraan nya.

Didalam ruangan Dokter itu,mereka diam mendengarkan dengan baik apa yang diucapkan sang Dokter.

"Hanya ada satu cara terakhir yang bisa kita lakukan,yaitu transplantasi ginjal.Dan sampai sekarang ini belum ada satupun organ ginjal yang cocok untuk Pasien."

"Dok,lakukan apa saja yang terbaik untuk anak saya.Lakukan Dok...apa saja." Fadlan tak tahu harus berkata apa lagi,dirinya termangu dalam kesedihan.Diliriknya Rais yang hanya diam saja disamping kanannya.

"Iya Pak,kami juga begitu.Apapun akan kami lakukan untuk keselamatan pasien kami.Tapi,kalau dalam beberapa hari ini organ ginjal itu masih tidak ada.Kami mohon maaf sebesar-besarnya,kemungkinan
besar pasien untuk bertahan sangat kecil." Mau tidak mau,walaupun berat Dokter itu tetap mengatakan kenyataan pahit ini.

"Saya bersedia untuk mendonorkan ginjal saya,Dok."

Deg.

Jantung Fadlan dan Rais berpacu dengan tidak normalnya.Bahkan bertalu-talu sangat kencang berkejaran.Mereka menoleh kebelakang mendapati Mya yang berdiri di ambang pintu.

Perasaan mereka tidak karuan.Antara menjawab dan juga masih mencerna ucapan yang dilontarkan Mya barusan.

Mya melangkah mendekat ke arah mereka.Langkahnya sedikit bergetar
dan juga kepalanya sedikit berat.

"Mya bersedia Pa,kak Rais.Untuk mendonorkan ginjal buat kak Rafi."
Ulang Mya,dan membuat kesadaran mereka kembali.

"Echa,jangan main-main.Papa tidak setuju." Sanggah Fadlan tak terima.

"Kakak juga nggak bakalan setuju.
Jangan korbankan apapun demi dia."
Tambah Rais lagi.

"Echa mohon,Papa.Mungkin dengan ini kak Rafi bisa sembuh seperti sedia kala." Mya memohon dengan air matanya yang sudah bergelinang.

"Tidak."

"Papa,Echa mohon." Mya mulai terduduk di atas lantai ruangan dokter itu.Memohon pada Papanya.

"Untuk kali ini,izinkan Echa.Izinkan Echa mendonorkan ginjal Echa buat kak Rafi.Mungkin,dengan cara ini kak Rafi bisa sembuh dan bisa menerima Echa,sebagai adiknya."

Sakit.Itu yang dirasa Fadlan saat Mya mengucapkan kalimat memohonnya.
Dia rela memberikan organ tubuhnya,hanya untuk dianggap oleh Rafi.

Dokter itu hanya menyaksikan keluarga didepan mereka dengan haru.

"Pokoknya kakak nggak setuju,
apapun itu." Kekeuh Rais lagi.

Dokter itu berdehem beberapa kali,
guna untuk menenangkan suasana di ruangannya. "Begini,Dek.Donor ginjal itu tak mudah seperti apa yang kita pikirkan." Dokter itu mulai bersuara.

"Apalagi umur pendonor masih terbilang sangat muda.Banyak syarat harus terpenuhi oleh si pendonor.Bahkan faktor resikonya pun sangat banyak."

"Saya siap Dok,apapun yang terjadi nantinya.Demi nyawa kakak saya,
apapun akan saya lakuin.Tolong Dok,
periksa kelengkapan saya." Ujar Mya meyakinkan Dokter tersebut.

"Saya juga mau mendonorkan ginjal saya,Dok.Tolong periksa kesehatan saja juga.Untuk anak saya."

Rais mematung dengan ucapan Papanya itu.Apa-Apaan ini.Batinnya.

"Kalau begitu saya juga harus ikut diperiksa kesehatan,Dok.Saya juga akan mendonorkan ginjal saya untuk si brengsek itu."

Dokter itu terperangah melihat ketiga orang dihadapannya.Selama ini dia tidak pernah melihat orang mengatakan memberikan organ tubuhnya dengan segampang ini.Walau itu untuk keluarganya sendiri.

"Baiklah,saya akan persiapkan semuanya.Mudah-mudahan di antara kalian ada yang cocok dan tidak memiliki kendala apa-apa."

Setelah itu dokter itu pamit meninggalkan mereka yang masih diam tanpa suara.

"Kita harus bersama berjuang untuk kesembuhan kak Rafi Pa,kak Rais."




Halllu gaess,para Maemunah,
Jubaedah dan Rabumahku😂
Ketemu lagi di chapter ini.

Maafkan part yang gaje ini ya,mereka pada nawarin permen buat Rafi,eh maksudnya ginjal buat Rafi...

Selasa,7 April 2020.Aceh.

Jangan lupa komen sama  votenya dan juga follow aku Author NandaSofiani

See you,di next part 😘

Jangan lupa juga besok puasa nisyfu sya'ban ya gaes..


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top