34:Tawa Sesaat
بسم الله الرحمن
Selamat Membaca
•••
Cahaya matahari masuk melalui celah jendela.Udara pagi yang begitu segar membuat semua orang menikmatnya.Masih berada di ruangan serba putih ini,Mya melakukan aktivitas dua harinya seperti biasa.
Tapi,pagi ini dengan suasana berbeda,tegang.Aura dingin meliputi kamar inap Rafi.Setelah pembicaraan mereka semalam yang berakhir dengan perdebatan.Tidak ada yang mengeluarkan suara lagi.Mya yang seolah tau kakaknya itu tidak ingin bicara dengannya.Akhirnya ia bungkam tanpa mau memperkeruh suasana.
Dan pagi ini dia akan membalikkan suasana seperti biasa dengan Rafi.Sebelum Mya berangkat ke kampus,Mya terlebih dahulu hendak menyuapi sarapan pagi untuk kakaknya itu.Tapi,nihil penolakan yang diterimanya.
Wajah datar nan dingin itu,terpatri begitu jelas.Dengan tegas Rafi malah menyuruh adiknya itu pergi.
"Yaudah.Mya pamit dulu,kakak jangan lupa makan dan minum obatnya.Sepulang kampus Mya bakalan langsung kesini." Mya tidak bisa memaksa Rafi yang begitu keras kepala.Lebih baik dorinya mengalah, dari pada masalah semakin rumit.
"Assalamu'alaikum."
Tak ada sahutan.Mya langsung melesat keluar dari ruangan Rafi.
"Waalaikum salam."
Setelah Mya menghilang dari penglihatan matanya,barulah Rafi menjawab salam.
🍁🍁🍁🍁🍁
"Enggak usah,Pa.Papa jangan pulang.Biar Echa yang jagain kak Rafi."
"Pokoknya Papa besok bakalan pulang."
"Pa,dengerin Echa.Papa disana masih banyak masalah kantor yang belum beres.Kalo nggak Papa tangani langsung,malah bikin rumit."
Terdengar helaan napas panjang dari sebrang sana.
"Memangnya kakak kamu itu sakit apa?.Jujur sama Papa."
Kegugupan mulai menguasai wajah Mya,sudah dua kali Papanya itu menanyakan tentang kenapa dan Rafi sakit apa.
"Kak Rafi cuman..kelelahan aja kok,Pa.Besok juga udah dibolehin pulang." Jawab Mya menyakinkan Papanya itu.
"Yaudah." Akhirnya,Mya menghembuskan nafas leganya. "Papa nggak jadi pulang.Kamu jaga diri baik-baik ya,Nak.Jaga kesehatan,jangan sampai kamu juga kelelahan."
"Iya,Pa.Echa bakalan jaga diri baik-baik.Papa juga ya,jangan bergadang.Miss you Pa, assalamua'laikum."
"Miss you to,sayang.Wa'alaikum salam."
Tutt
Panggilan terputus,berkali-kali Mya menghembuskan nafas leganya.
Berbohong ternyata butuh tenaga banyak juga,ya.
"Berbohong untuk kebaikan nggak apa-apa kan ya,Din."
"Tergantung juga sih.Kebaikan seperti apa yang kamu maksud."
"Untung aja Papa nggak jadi pulang,kalo enggak.Berabe Din,berabe." Mya mengibaskan tangannya karna kepanasan.
Matahari yang sangat terik hari ini,mampu menguras seluruh energi Mya.
"Minum yang dingin-dingin,kuy." Ajak Dinda kemudian.
Tak mau jauh-jauh,Mya dan Dinda langsung saja beranjak menuju cafe didepan kampusnya.
"Jadi...sekarang kalian diem-dieman?."
"Ya,begitulah." Jawab Mya seadanya.
Dinda menatap Mya sendu, sahabatnya itu terlalu menyedihkan.
Penderitaannya begitu lengkap.Dalam hati Dinda selalu bersyukur dengan tidak diberi ujian keluarga yang seperti ini.Ini sangat berat untuk Dinda pikul.
Allah maha segala-galanya.Allah tau batas kemampuan hambanya.
"Sabar ya,Mya.Aku bakalan selalu support kamu." Hanya itu yang mampu diucapkan Dinda.
Mya tersenyum lalu menyeruput bubble tea nya.Setidaknya sekarang ada orang yang selalu mendukungnya.
"Thanks,bestie." Ucap Mya,lalu memonyongkan bibirnya tanda cium untuk Dinda.
"Iyuhh.Geli gue,dasar Maemunah bucin."
Dan keduanya tertawa bersama.
Melupakan sementara beban yang dipikulnya.
"Ekhem."
Suara bariton itu mampu membuat Mya dan Dinda terdiam seketika.Lantas,mereka menoleh kesamping melihat siapa gerangan.
"Kak Ziyad."
Tentunya itu suara Dinda yang sangat-sangat bersemangat,dan agak sedikit mendramatisir.
"Hai Mya." Sapa Ziyad
Mya tersenyum. "Hai juga,kak."
"Ya ampun,gue kayak makhluk ghaib kagak disapa." Cibir Dinda membuat mereka terkekeh.
"Hai,Dinda." Ulang Ziyad.
"Basi kak,basi."
Dinda melihat Ziyad,dan ternyata Ziyad tidak sendirian.Disampingnya ada sosok cogan yang mampu membuat Dinda enggan memindahkan matanya ke lain arah.
"Silahkan duduk,kak." Mya menyilahkan kedua pria tampan itu duduk.
"Tumben kak berdua,biasanya selalu sendiri." Celetuk Dinda tiba-tiba,matanya itu tidak lepas dari pria tampan disebelah Ziyad.
"Ah,iya.Kenalin ini teman aku.Namanya Farid." Yang disebutkan namanya itu sedikit tersenyum kearah Mya dan Dinda.
"Hai kak,Aku Dinda." Dengan gayanya Dinda memperkenalkan dirinya itu dengan percaya diri.
Yang bernama Farid itu tersenyum samar,rasa enggan terlihat kentara diwajahnya.Kelihatan bahwa pria tampan itu pendiam,auranya dingin.
"Kalian kenapa disini?." Ziyad membuka suara. "Enggak ada mata kuliah,emang?."
"Kebetulan hari ini cuman ada satu matkul,kak." Jawab Mya seadanya.
"Kalian sendiri kok disini.Kak Ziyad nyariin Mya ya!!.Hayo ada yang rindu ternyata." Sekarang giliran Dinda yang bersuara.
"Apaan,sih Dinda."
"Rindu itu kan fitrah,Dinda.Siapa aja bisa merasakannya,nggak salah dong kalo orang lagi berbunga bisa rindu." Dengan tenang Ziyad menjawab.
"Achieee.Adek baper ih,yang jomblo emang suka tersiksa begini ya." Dinda bersorak ria,menangkap guratan merah jambu di pipi Mya.
"Ish,,aku juga jomblo kali." Celetuk Mya.
"Kode tuh kak,untuk segera dijadiin pacar.Udah nggak sabar punya gandengan." Tambah Dinda makin menggebu.
"Pacaran itu enggak baik." Semua mata tertuju pada suara Farid. "Langsung aja ke pelaminan,biar halal."
Huaa..riuh lah sudah seorang Dinda.Bertepuk tangan berkali-kali mengiyakan ucapan Farid yang tenang itu tanpa menatap ke arah mereka.
"Tunggu saja undangannya,kalian yang bakalan jadi pendamping kami." Tutur Ziyad lantas mengerling jail ke arah Mya.
Obrolan mereka disiang hari itu mampu menghadirkan rona bahagia bagi Mya.Tawa mereka menghiasi cafe itu,beberapa pengunjung lain pun sesekali larut menonton keceriaan mereka.Melempar canda satu sama lain,bully yang kerab kali didapati Mya yang berakhir dengan rona merah yang menghiasi wajah cantiknya itu.
🍁🍁🍁🍁🍁
"Ya ampun Mya...sumpah ya itu si Farid ganteng banget kan,ya.Pengen dihalalin." Dinda merasa gemas sendiri membayangkan kenalan barunya itu.
"Astagfirullah.ketempelan setan gatel ini mah.Fix,perlu dirukyah.Kayak nggak pernah liat cowok ganteng aja." Mya yang sedang nyetir berhadapan dengan kemacetan disiang hari begini jadi kesal sendiri menanggapi Dinda.
"Tapi sayang..Farid itu kayaknya pendiam ya,nggak banyak ngomong.Keliatannya juga agamis banget kan?." Mya menyetujui ucapan Dinda barusan.
Teman Ziyad yang bernama Farid itu sangat agamis,terlihat dari pakaiannya dan juga sikapnya.Tidak ada kontak mata selama mereka duduk berempat di cafe tadi.Sekali pun Farid itu tidak melirik salah satu dari Mya dan Dinda.
"Cocok Din sama kamu.Satu pendiam,cool ala-ala boyband Korea.
Dan satunya cerewet nggak ketulungan,melebihi jangkrik di musim hujan."
Di akhir kalimatnya Mya tertawa.Entah perumpamaan macam apa yang diungkapkannya.Sedangkan Dinda menggerucutkan bibirnya.
"Eh,cocok.nggak salah My.Berati aku cocok dong sama abhang Farid ganteng.Uhh,,adek baper deh."
Allahu Rabbi.Apalagi ini,Mya mengelus dadanya.Menghadapi sikap Dinda tidak semudah apa yang dipikirkan.
"Cocok dari mana,kan aku cuman bilang kebalikannya.Salah ngomong nih,bisa nggak tidur si Dinda semaleman."
•
•
•
•
11 Maret 2020,Rabu.Aceh.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top