22:Dua Puluh Dua

Hari bergulir begitu cepat.Tak terasa 3 Minggu telah Mya lewati dengan suasana hati yang tidak baik.Sesudah peristiwa cemburu?,entahlah Mya tak mau mengakui hatinya.

Mya terus saja menghindar dari Ziyad.Chat dan telponnya tak pernah ia balas.Padahal Ziyad sangat berusaha untuk mendekat kearahnya.Tapi apalah daya Ziyad,yang bukan siapa-siapa Mya.

Lain halnya,dengan kakaknya Mya,Rafi.Akhir-akhir ini kakaknya itu sering mengurung diri dikamar.Tidak pernah lagi keluar rumah,bahkan Rafi sudah dua Minggu tidak ke kantornya.

Kemarin pagi Mya melihat kakaknya itu hendak pergi.Entah kemana kakaknya itu pergi,dengan pakaian casual,serta wajah pucat yang menghiasi wajah tegasnya itu.

Mya tentu saja sangat khawatir,beberapa kali Mya menanyakan Rafi,hendak kemana.Tapi nihil,hanya suara angin berlalu yang terdengar.

Dan dari kemarin pun sepulang Mya dari kampus,kakaknya tiba bersamaan dengannya.Dan sejak itu juga Rafi tak pernah lagi keluar kamar,sampai hari esoknya.
Kalau makan,setiap waktu Uwak Ijah yang mengantar ke kamar.

Mya makin khawatir dibuatnya.Papanya juga sudah capek untuk bertanya perlahan-lahan pada anak sulungnya yang keras kepala itu.

Pernah sekali Fadlan,memasuki kamar Rafi.Hal pertama yang ia dapati adalah obat-obatan diatas nakas kamar Rafi.Tentu saja Fadlan,sang papa sangat curiga.Pertanyaan-pertanyaan keluar dari mulut Fadlan,dengan tak sabaran menanti jawaban dari Rafi.

Tapi jawaban yang ia dapati itu tidak dapat memuaskan hatinya.Saat itu juga Fadlan,menatap anaknya lekat dan mendapati guratan tidak beres di aura anak sulungnya.

'Harus aku selidiki.Ada yang disembunyikan rafi,persis seperti Almarhum Mamamu,keras kepala.'__Batin sang Papa saat itu.

🔽🔽🔽🔽🔽

Teriknya matahari membuat hari ini lebih bersinar,hangat,dan entah kenapa hati Mya saat ini lebih tenang dari hari biasanya.

Saat ini Mya serta Dinda,sang sahabat sedang duduk bersantai di gazebo kampus.Baru saja beberapa menit yang lalu mereka menyelesaikan kelas terakhirnya.

"Mya."Panggil Dinda.

Yang dipanggil,hanya menoleh.Dan menaikkan alisnya,menanyakan apa.

"Gimana sama kak Rafi?.Elo kan waktu itu cerita soal gerak gerik ganjal kak Rafi."lanjut Dinda.

"Entahlah.Aku juga nggak tau Din,Papa juga lagi cari tau soal kak Rafi,nyewa orang ngitu buat mantau gerakan kak Rafi di luar rumah.Susahnya akhir-akhir ini kak Rafi kan selalu di rumah.Bahkan ngurung diri di kamar lagi."ucap Mya.Dengan wajah lesu dan sedihnya itu.

"Kayak anak perawan ya si kak Rafi."Nah kan,Dinda mulai lagi dengan sikapnya ya g sengklek.Tapi mukanya serius banget dan sekarang wajahnya kayak anak kecil yang dapat hiburan gratis,ketawa ga jelas.

"Ishhh,Kesel gue sama Lo.Dasar labil,tadi aja nanyanya serius,eh sekarang udah di becandain."Mya kalau lagi kesel,pasti mengunakan kata Lo-Gue.Dan kalau sedang bersama Dinda seringnya Lo-gue.

"Adek nggak bisa di giniin Bang.Sakit."

Dan seketika tawa Dinda tambah menjadi mendengar sederet kata yang keluar dari mulut Mya yang mendramatisir.

"Sumpah,geli gue denger kata-kata Lo barusan.Jubaedah jubaedah..dari mana Lo belajar."

"Ketawa deh Sampek kering tuh gigi."

Mya memberenggut kesal.Tingkab sahabatnya ini selalu saja sukses membuat level anjlok kekesalannya.
Tapi,inilah yang selalu ia rindukan,jika sahabatnya itu tidak berada disisinya.

Dinda adalah sosok yang sangat humoris dan ceria.Sifatnya baik tapi petakilan.Tingkah lakunya hampir sama dengan Mya,penyanyang juga.

Sejak kenal dan bersahabat dengan Dinda,hidup Mya jadi lebih lengkap dan berwarna rasanya.

Perkenalan mereka itu,berawal dari delapan tahun yang lalu.Saat mereka memasuki sekolah menengah pertama.Saat itu mereka satu kelas,sebangku.Dinda yang orangnya tidak bisa diam,langsung saja mengenalkan dirinya itu pada Mya.

Perkenalan Dinda,dulunya sedikit unik sih.Kala itu Mya tertawa setelah dinda mengenalkan namanya dan sederet lainnya.

"Hai!.Kenalkan aku adinda Safira.Panggil saja Dinda.Aku tinggal di Jakarta pusat, jln.Cempaka. Aslinya aku orang Aceh,Ayah dan bundaku asli orang Aceh.Bundaku dipindah tugaskan kesini,makanya aku dan keluargaku tinggal di Jakarta sekarang.Aku udah dua tahun netap di sini.Oh iya,nama kamu siapa?."

Seperti itulah deretan kata perkenalan si Dinda,kala itu.Sungguh Mya awalnya sedikit aneh dengan Dinda.Tapi lama kelamaan,sikapnya Dinda itu menambah warna dalam hidup Mya.

Saat itu juga mereka akrab banget,sampai di sekolah menengah atas mereka bareng dan sekelas.
Apa-apa mereka selalu bareng, kemana-mana pun bareng.Mya selalu saja berkunjung kerumahnya Dinda,begitu juga Dinda.Rumah mereka juga dekat,hanya dipisahkan oleh beberapa komplek saja.

Mya bersyukur mendapat sahabat seperti Dinda.Tulus.Dinda adalah tipe orang yang kalau tidak suka,dia akan ngomong.Apa adanya,dan sangat jujur.

"Permisi.Maaf kak,numpang nanyak."
Pecah sebuah suara yang tidak dikenal membuyarkan lamunan Mya.

Mya dan Dinda serempak menoleh pada pemilik suara yang berdiri didepan mereka.

Mya melotot seketika.

Gadis itu...

Pemilik suara itu ternyata seorang gadis remaja,terlihat jelas dari seragam SMA nya.Rambut panjang tergerai,kulit putih,dengan senyum yang menghias diwajah cantiknya tidak pudar.

'Jadi ternyata pacarnya kak Ziyad anak SMA.Astagfirullah,nggak nyangka akutu,kak Ziyad pedofil juga.Masak iya pacaran sama anak SMA.' _Batin Mya menggebu.

Ya,gadis yang berada didepan mereka sekarang adalah gadis yang beberapa Minggu yang lalu Mya lihat dengan Ziyad.

"Iya dek,mau nanyak apa ya,pakek numpang segala."Ujar Dinda berkelakar,si gadis itu pun sedikit tertawa.Sedangkan Mya sedari tadi diam saja antara shok dan cemburu.

"Kakak bisa aja.Maaf kak ganggu.Aku mau nanyak ruangannya Pak Ziyad dimana ya?."Si gadis itu langsung saja bertanya.Dinda manggut-manggut, memikirkan siapa gerangan gadis didepannya ini.

"Wahh fansnya pak Ziyad ya,adek kok kenal sih,anak SMA kenal dari mana sama pak Ziyad?.Wah memang dosen terganteng se-Jakarta kayaknya,Sampek anak SMA saja kenal." Cerocos Dinda tanpa henti.Gadis didepannya tampak sedikit bingung sambil garuk-garuk kepala.

"Maaf kak.Aku bukannya fans.Aku SEPUPUNYA."

Bukan hanya Dinda yang terkejut,Mya lebih sangat terkejut.Bagaimana tidak,berati selama ini dia salah paham,dan cemburu tak jelas.Padahal Ziyad bukan siapa-siapanya.Ingin sekali Mya nangis saat ini juga.Sia-sia dong penghindaran Mya selama ini.

'Ya Allah..Maafin Mya udah suudzon sama orang lain.Inikah karma buat Mya,maafin Mya ya Allah.hiks.'_Batin Mya menangis tak menentu.

"Dimana ya kak ruangannya?,boleh aku minta tolong buat anterin.Soalnya aku belum pernah kesini jadi takut nyasar."Pinta gadis remaja itu ramah.

"Boleh kok boleh,yuk Mya."Dinda menoleh ke arah Mya. "Heh!.Daritadi kok malah bengong,kesambet Lo ntar." Mya malah gelagapan mendengar Omelan Dinda.

"Oh iya."Potong gadis itu,sambil mengulurkan tangan kanannya ke arah Mya dan Dinda. "Kenalin kak,Nama aku Andhara,panggil aja Dhara." Dinda terlebih dulu menjabat tangan Dhara.Kemudian disusul oleh Mya,yang sampai sekarang masih sedikit kikuk.

Setelah menyebut nama mereka masing-masing.Mereka langsung meninggalkan gazebo menuju ruangan Ziyad.

Mya mengucap istighfar dalam hati,dirinya merasa bersalah pada Ziyad.Menghindari tanpa alasan,tidak fokus pada mata belajarnya.Ingin rasanya Mya bisa mengulang waktu,dia tidak akan berbuat hal konyol seperti itu.Dalam hati,Mya merutuki dirinya sendiri.Betapa bodoh dirinya selama ini.

🔽🔽🔽🔽🔽
Di sebuah ruangan,seseorang berdiri memandangi hamparan aktivitas yang ia lihat dari kaca besar didepannya.Kedua tangannya bersedekap,senyumnya dari tadi tak pernah luntur.

Hatinya berbunga-bunga, mengetahui fakta bahwa gadis yang ia sukai,tenyata cemburu melihat dirinya dengan gadis lain,yang ternyata adalah adik sepupunya.

Ya dia adalah Ziyad.

Sedari tadi Ziyad ingin melihat wajah cantik Mya.Tapi hari ini dia tidak memiliki jam matkul di kelas Mya.
Senyumnya itu terus saja berkibar,mengingat kata-kata dari kakaknya Mya,Rais.

Kemarin,saat Ziyad di restorannya,dia melihat Rais baru saja meeting dengan klien.Langsung saja Ziyad menghampiri calon kakak iparnya itu,eitts.Untuk menanyakan perihal Mya.

"Assalamualaikum bang." Sapa saat "Rais kakaknya Mya kan,masih ingat gue bang." Basa-basi Ziyad.

"Ya ingatlah,bagaimana mau lupa.Adek gue udah hampir berminggu-minggu ini galau karena elo.Gue yang jadi pelampiasannya." Ujar Rais langsung ngegas.

Pucuk dicinta ulang pun tiba.Baru saja ziyad hendak menanyakan perihal Mya.Tapi sudah duluan Rais yang nyerocos.

"Maksudnya gimana bang?,Gue nggak ngerti.Akhir-akhir ini juga Mya ngehindar." Ziyad bingung,kenapa Mya galau karena dirinya?.

"Makanya kalo jadi cowok itu peka dong."

"Peka gimana nih bang maksud Lo?.Gue beneran nggak ngerti."Ziyad menggaruk tekuknya,merasa sangat bingung.

"Mya itu cemburu sama Lo."

"Cemburu?." Ulang ziyad.

"Yaps.Lo beberapa Minggu yang lalu ke mall nggak?."Tanya Rais pada Ziyad,dan di angguki kepala.
"Nah waktu itu gue sama Mya juga di mall.Nggak sengaja Mya liat elo lagi sama cewek lain lagi makan siang,mesra gitu lah dikit." Jelas Rais yang sedari tadi santai.

"Allahu Akbar.Jadi selama ini Mya ngehindar dari gue,karna itu bang?." Tanya Ziyad shok,dalam hati ia bersorak ria.

"Iya bego." Astagfirullah,Ziyad beristighfar dalam hati mendengar umpatan dari Rais.

"Itu sepupu gue bang,seriusan adek sepupu gue." Jawab Ziyad menggebu.

"Iya,gue sih percaya sama elo.Adek gue aja yang cemburuan nggak jelas,padahal kan bukan siapa-siapa."Jawab Rais.

"Cemburu tanda cinta dong bang.Berati Mya suka sama gue bang!." Persis sama seperti orang bodoh, kata-kata Ziyad barusan membuat tawa Rais menggema.

"Eits..jangan mentang-mentang adek gue suka sama elo,gue kasih restu ya." Kata Rais,memicingkan mata tajam ke Ziyad.

"Yah kok gitu sih bang,gue nggak bakalan nyakitin adek elo.Gue sayang banget sama Mya.Gue janji bakalan bahagiain Mya kalo elo restuin." Mohon Ziyad dengan wajah memelas.

"Kalo bisa bahagiain Mya dan nggak bakalan nyakitin dia gue pertimbangkan restu gue." Rais mulai songong gaess.

"Eh btw Lo kok disini ngapain?."tanya Rais lagi.

"Kebetulan gue mau ngecek resto bang."Jawab Ziyad seadanya.

"Oh..ini restoran milik Lo?."Rais bertanya seraya manggut-manggut,ziyad menggangguk.

Sepertinya ada bumbu-bumbu keisengan diwajah Rais.

"Wah..bisa gratis nih dong gue,bentar lagi kan jadi adek ipar,kalau jadi sih." Benarkan?rais emang bisa mengambil kesempatan dalam kesempitan.

Ziyad hanya nyengir dan mengiyakan Rais.Kali aja ini langkah pertama dalam mencari restu Rais yang suka gratisan.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu itu menarik Ziyad kembali lagi dari alam lamunannya.Setelah berdehem beberapa kali,Ziyad berseru masuk.

"Andhara."

"Kak Ziyad,Dhara tadi nelpon kakak kok nggak aktif.Sengaja ya dimatiin hpnya biar nggak bisa Dhara hubungi." Baru saja Andara memasuki ruangan itu,Ziyad sudah di semprot dengan mulut pedasnya itu.Detik kemudian,dua orang gadis juga mengekori Andhara masuk.

Ziyad terkejut,melihat Mya.Bagaimana dia bisa bersama Andhara.

"Hp kakak lowbat.Kamu ini jangan nuduh-nuduh kakak sembarangan." Ucap Ziyad.Andhara langsung saja mendekati Ziyad,dan bergelayut di lengannya.Sedangkan Mya dan Dinda hanya jadi penonton mereka.

"Kak habis ini temenin Dhara ke mall yuk." Ajak Dhara dengan suara lembut,kalau ada maunya pasti Andhara akan bersikap baik terhadap Ziyad.kalau tidak Ziyad selalu saja dijedusin sama bocah SMA satu ini.

"Jangan gelayut manja sama kakak,ntar ada yang cemburu."ucap Ziyad menekankan kata 'cemburu' sambil melirik Mya.

Mya yang mendapati lirikan dari Ziyad menjadi salah tingkah dan gelagapan.Sedangkan Dinda cekikikan,pasalnya tadi saat menuju kesini Mya membisikkan bahwa remaja yang bersama mereka adalah gadis yang tempo hari Mya cemburui bersama Ziyad.

Padahal saat ini Dinda ingin tertawa sekeras-kerasnya.Namun urung saat cubitan kecil mendarat diperutnya.

"Hah.Siapa yang cemburu kak?.Kakak udah nggak jomblo lagi?.Emang siapa yang mau sih sama kakak yang modelan kayak gini?." Pertanyaan heboh Andhara membuat Mya semakin gelagapan.

'kok kayaknya kak Ziyad tau ya kalau aku cemburu sama dia.Dari mana dia tau ya?.' _Batin Mya frustasi.

"Adalah pokoknya.Kamu nggak usah kepo.Orangnya cantik banget, kayak bidadari."Mata Ziyad tak lepas dari Mya.

Mya semakin gelagapan dibuatnya.Pasti wajahnya sekarang udah merah nggak jelas.

"Kami permisi dulu Pak. Assalamualaikum." Pamit Mya,langsung saja menarik tangan Dinda keluar dari ruangan terkutuk itu.

Sesampainya di luar,Mya menetralkan nafasnya yang seolah sesak itu.Sedangkan Dinda,mukanya sudah memerah karena tertawa.

Mya yang melihat Dinda melongos dan pergi meninggalkan Dinda begitu saja.

"Eh eh..kok malah ninggalin sih.Mya,tunggu dong.Dasar Jubaedah ngambekan." Lalu Dinda langsung berlari mengejar Mya.

°
°
°
Jazaakumullah ya khair 💛

Maafkeun daku yang alurnya makin gaje.Hiks hiks🤧 makin kesini makin ancur aja ceritanya.Tapi gimana dong,udah telanjur nulis juga,kan sayang kalo  di unpublish🤦.

Salam sayang dari author.



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top