EPILOG
"GEMPA! LARII!!"
"KAK! KAKAAAK!!"
"Maaf ... aku ... aku ..."
"GEMPAAAAA!!"
"AAAAAAAA!!!!"
Manik keemasan itu terbelalak bangun dari tidurnya. Tubuh kecil itu berkeringat, disertai degup jantung yang cepat. Ia mengambil nafas perlahan dan mengembuskannya.
Angin sepoi-sepoi menerbangkan gorden kamar. Jendela terbuka dan sinar mentari masuk menembus kamar. Ia menoleh ke samping, tidak menemukan keberadaan dua saudaranya yang lain.
Ia memegangi leher dengan kedua tangan kecilnya. Wajahnya horor. Ia teringat dengan mimpinya semalam.
Mimpinya terasa sangat nyata. Seolah itu adalah ingatan lama yang kembali. Sensasi nyata tersebut membuat bulu kuduk Gempa berdiri.
Di mimpi yang ia jalani itu. Setelah Taufan sebagai iblis mengorbankan diri dan mereka melarikan diri dari kejaran pasukan kerajaan. Akhirnya mereka tertangkap.
Ice tidak bisa berbuat apa-apa saat tertangkap. Halilintar terus memberontak dan menyuruh Gempa melarikan diri. Namun saat itu juga, ada salah satu prajurit yang menebas kepala Gempa.
Menyadari kepalanya yang sekarang masih utuh, ia lantas mengembus nafas lega. Jantungnya masih berdebar karena kaget.
"Ingatan masa lalu," gumamnya.
Gempa langsung saja turun dari ranjangnya. Melihat jam di atas nakas, ternyata sudah jam 8 pagi. Beruntung ini hari minggu. Gempa merasa tidak nyaman karena bangun telat.
Gempa berjalan keluar dari kamarnya dan turun ke lantai bawah untuk mengambil minum. Ia menemukan sang kakak pertama, Halilintar tengah duduk di meja sembari memakan sarapannya.
"Pagi kak Hali."
Halilintar menoleh. Lalu mengangguk singkat. "Pagi."
Gempa bergegas mengambil air putih dan meminumnya. Ia lalu ke kamar mandi untuk mencuci muka.
"Gem, kamu gapapa?"
Gempa melihat sang kakak dengan bingung. "Eh? Kenapa?"
Halilintar menunjuk ke arah mata Gempa yang terlihat sembab. "Kau habis menangis."
"Uh oh." Gempa mengusap kedua matanya sambil terkekeh. "Hanya mimpi buruk."
Halilintar hanya menatap Gempa sebentar, lalu kembali fokus pada sarapannya.
"Ice dimana?" tanyanya. Halilintar menunjuk ke pintu keluar dengan dagu. "Tadi Thorn datang dan minta ditemani, karena Solar sedang sibuk."
"Oh begitu." Gempa sudah hapal soal hal itu. Tetangga mereka, Thorn dan Solar. Thorn sering memilih untuk main di sini karena Solar selalu sibuk dengan pekerjaannya. Mengajak main Ice sedangkan Ice sendiri selalu tertidur.
"Oh iya, tadi Fang menelepon, dia minta tolong kirimkan berkas dokumen kemarin ke dia karena ada beberapa yang harus diperbaiki." Halilintar selesai dengan sarapannya. Ia mengambil jaket dan pergi.
"Oke, eh Kak Hali mau kemana?"
"Cari udara segar."
.
.
.
Gempa berdiam di satu tempat karena kata adiknya, Ice, sedang menunggu seseorang. Mereka ada di taman dekat kota. Di sini cukup adem dan asri, meskipun kota, udaranya masih segar.
Gempa sudah mengantarkan berkas-berkas dokumen tadi ke Fang bersama Ice. Ice tadi yang baru pulang menawarkan diri untuk mengantar Gempa, sekalian minta temankan bertemu seseorang katanya.
"Siapa orang itu?" tanya Gempa. Ice mendengkus kecil. "Teman satu sekolah."
"Oh, Blaze yang sering kau ceritakan itu?" Ice mengangguk mengiyakan.
"Katanya dia kesini mau membawa kakaknya juga."
"Kakak?" beo Gempa. Ice mengangguk. "Makanya aku bawa kak Gempa, biar kakaknya ada teman kalau aku dan Blaze pergi."
Gempa terkekeh mendengarnya. "Astaga, kami bahkan lebih dewasa dari kalian."
"Makanya itu." Ice menggaruk kepalanya. "Kakaknya petakilan."
"Sama dong kayak Blaze nya."
Ice menggaruk dagunya. "Iya, sebelas duabelas mirip. Tapi kakaknya masih mending. Oh itu dia, Blaze!"
Gempa mengikut arah tunjuk Ice. Ada dua orang laki-laki yang menoleh begitu Ice memanggilnya. Satunya bermanik oranye sedangkan yang satunya biru safir.
"Aduh akhirnya ketemu." Blaze menghampiri Ice sambil terkekeh-kekeh. Kakak di sebelahnya memukul kepala Blaze. "Kakiku jadi capek, jangan tertawa begitu."
"Haha, maaf Kak Taufan."
"Ya udah, ayo Blaze. Kak Taufan, aku titip kakakku ya?" pinta Ice. Taufan langsung menaikkan sebelah alisnya. "Eh? Jadi aku ikut buat jadi tukang titip?"
"Ya sekali-kali daripada ngerusuh doang bisanya," ejek Blaze tanpa sadar diri. Padahal ia jelas lebih rusuh daripada Taufan.
"Kak Gem, Ice per--Eh?! Kak?!" Ice panik saat melihat si kakak yang sudah berderai air mata. Mereka bertiga shock. Langsung berusaha menenangkan lelaki bermanik emas itu.
"Maaf, aku gapapa kok, kalian bisa pergi." Gempa mengusap-usap matanya. Lalu tersenyum kepada mereka. Meski tidak yakin, akhirnya Ice mengajak Blaze pergi. Meninggalkan Taufan dan Gempa.
"Ice, kau yakin?" bisik Blaze ketika lokasi mereka cukup jauh. Ice mengangguk, "Tidak apa-apa, sepertinya Kak Gempa baru saja mendapat ingatannya."
Ice, Blaze dan Halilintar tiba-tiba mendapat ingatan mereka dari masa lalu. Namun sepertinya tidak pada Thorn, Solar, Fang maupun yang lain. Pertama kali adalah Halilintar, lalu Ice dan Blaze secara mendadak. Saat Blaze bercerita pada Ice pasal mimpi itu. Di sana Ice yakin bahwa itu adalah ingatan masa lalu.
Dan saat menceritakannya pada Halilintar. Ternyata Halilintar memiliki hal serupa.
Pagi ini, Ice bisa melihat bagaimana Gempa menangis dalam tidurnya dan sempat menggumamkan nama Taufan beberapa kali. Ice yakin, Gempa juga merasakan hal yang sama.
Dengan itu, ia meminta Blaze membawa Taufan. Berharap jika takdir mereka berdua lebih baik di dunia baru ini.
Meski Taufan sepertinya tidak mendapatkan ingatan apapun.
"Kau tidak apa-apa?" Gempa menggeleng cepat. "Aku baik-baik saja."
"Hm jadi, sekarang harus apa?"
Mereka berdua melongo karena bingung. Mereka dibawa kedua adik tanpa penjelasan apa-apa. Lalu ditinggalkan berdua seperti ini. Apalagi mereka berdua belum saling mengenal, jadi terasa sangat canggung.
"Oh, kita jalan-jalan saja. Kau mau melihat apa? Ada taman bunga loh di sekitar sini. Taman bermain agak jauh sih, tapi kurasa tidak apa-apa, aku bawa motor sendiri." Taufan mengoceh. Terlihat bersemangat.
Gempa tersenyum menanggapi. "Ya, boleh."
"Nah kalau gitu ayo~" Taufan menarik tangan Gempa. Gempa hanya bisa diam, menurut saja ditarik kemana pun oleh Taufan.
Hati Gempa menghangat. Jauh dalam lubuk hatinya, ia bahagia melihat Taufan bebas seperti ini. Berbeda dengan masa lalu. Seperti burung, kini Taufan sudah terbebas dari sangkarnya.
Gempa berhenti. Membuat Taufan yang memegangi tangannya pun ikut terhenti. Ia memandang Gempa dengan tatapan bingung.
"Ini pasti takdir."
Taufan memasang wajah bingung. "Ya?"
Gempa mengangkat kepala. Memandang wajah Taufan sembari tersenyum. "Pertemuan seperti ini."
Mendengar itu. Taufan balas tersenyum. Manik safirnya terlihat berkilau saat Gempa cukup lama memperhatikannya.
"Ya! Pertemuan kita adalah takdir yang indah."
Gempa harap di pertemuan mereka yang kedua. Adalah garis takdir yang diberikan tuhan. Yang akan membuat mereka bahagia.
Karena masa ini sangat berbeda di masa lalu.
.
.
.
***the end***
A/n:
Sudah tamat!!
Makasih udah ngikutin ceritanya sampe epilog, kalian keren 😳
Maaf ga bisa bikin feel sedihnya kerasa, karena, gatau deh
Berakhir sudah perjalanan Gempa dan kawan kawan dalam dunia periblisan. Kita doakan mereka bahagia di kehidupan selanjutnya.
Dan untuk mengenang dua pahlawan hebat kita yang berkorban demi umat manusia.
Blaze dan Taufan //tepuk tangan
Kita bertemu lagi di cerita lainnya, babay!!
.
.
.
[NEW UPDATE AUTHOR'S NOTE]
Halo, halo, hai.
Setelah pernah di un-publish dan akhirnya di publish ulang pada hari ini. Tanggal 21 Maret 2024. Karena menetapi janji publish setelah mencapai 800 folls wattpad. //walau agak terlambat.
Makasih banyak buat semuanya yang rupanya masih menunggu agar Takdir kembali di upload. Dan sekarang, Takdir selesai di re-upload.
Bagaimana kesan dan pesan kalian soal cerita ini? Mungkin cerita Takdir ini bukan cerita terbaik yang saya punya. Tentu, saya punya beberapa cerita lain yang target pembacanya pun berbeda-beda.
Alhamdulillah hampir semua book mencapai ribuan viewers. Yang tentu saja walau ada book yang cuma berjumlah 3 chapter.
Cerita 'Takdir' di akhiri dengan selesainya perjalanan Gempa yang memungut seekor iblis. Memang bukan ending yang membahagiakan. Tetapi ini adalah ending terbaik yang bisa didapat setelah perjalanan plot yang begitu naik dan turun.
Sekali lagi terima kasih kepada seluruh pembaca. Sampai jumpa lagi di book berbeda yang akan saya upload.
Akhir kata, selamat menunaikan ibadah puasa. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
[End of story]
210324
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top