Chapter 29
Pertempuran dua iblis, masih berlangsung di depan mata. Mereka hanya bisa menyaksikan tanpa berbuat apa-apa. Hantaman demi hantaman terus terjadi acap kali salah satu iblis terlempar ke dinding bangunan. Mengakibatkan sisi bangunan yang retak.
Gempa hanya bisa menatap Taufan dengan tatapan tak percaya. Manik keemasannya bergetar setiap mengingat perkataan Taufan sebelumnya.
"Aku membenci manusia."
Gempa tidak bisa menyalahkan Taufan. Taufan sendiri memang hilang ingatan. Namun kenapa Taufan bilang bahwa ia membenci manusia?
Bukankah ia ada di sini untuk menyelamatkan umat manusia?
Sebenarnya apa yang terjadi pada Taufan sebelum mereka bertemu? Apakah karena tubuh Taufan yang saat itu masih kecil jadi Gempa aman?
Kalau begitu, apa yang terjadi jika Gempa bertemu Taufan yang langsung dewasa?
Ya, Gempa tidak bisa membayangkan apa yang terjadi selanjutnya. Bisa saja ia bernasib seperti iblis yang tubuhnya hancur lebur di dekat Taufan. Ia tidak bernyawa.
Tapi bagaimana semisal ia dan Taufan tidak pernah bertemu. Entah apa yang akan terjadi pada Taufan.
"Taufan ..."
Gempa hanya manusia biasa. Dia tidak bisa melakukan apa-apa untuk membuat Taufan ingat padanya. Ia bahkan tidak bisa menghentikan pertarungan ini.
Brak!
"Uhuk! Uhuk!" Taufan terhantam di sebelah Gempa. Keluar darah dari mulutnya. Bahkan tubuhnya sudah babak belur. Reverse juga begitu, sudah compang-camping.
Jumlah energi mereka sama. Itu sebabnya mereka sama ketika berkelahi.
Gempa ingin menghampiri Taufan yang terbaring di reruntuhan. Tapi ia sadar jika hal itu justru akan membuat dirinya meregang nyawa dalam sekali hentakan.
Reverse berjalan mendekati Taufan. Ia menyeringai lebar saat Taufan hanya bisa menatapnya. "Kau ini masih belum mengerti ya? Hmm?"
Tidak ada jawaban. Reverse mengarahkan satu tangannya ke arah Taufan. Lalu mengumpulkan angin di tangannya.
"Aku akhiri ini."
"JANGAN!!"
Tahu-tahu saja Gempa sudah ada di samping Reverse. Menahan tangannya agar tidak mengenai Taufan.
Reverse memandangnya tidak suka. "Apa yang kau lakukan?"
"Jangan ..." Tangan Gempa yang memegangi tangan Reverse itu bergetar. "Jangan apa-apakan Taufan."
Reverse menyeringai mendengarnya. "Kenapa? Kalian takut tidak ada segel yang tersisa untuk menyegel dunia bawah?"
Mata Gempa membulat. "T-tidak, bukan begitu ... aku ..."
Ocho mendekat. Menatap tak suka pada Reverse. "Aku tidak mengerti apa maumu menunjukkan hal ini pada kami. Tapi kembalikan Taufan, umat manusia membutuhkannya."
Reverse tertawa terbahak-bahak. Menarik tubuh kecil Ocho hingga ia terangkat dari tanah. Ocho memberontak, menatap bengis ke Reverse.
"Tentu saja, tapi itu kalau Taufan yang mau, kan?"
Semua yang ada di sana pun melotot. Apa maksud Reverse? Bukankah Taufan kemari karena hendak mengorbankan dirinya menjadi segel?
Lantas kenapa ia berkata seolah-olah Taufan tidak mau melakukannya?
Disela-sela keributan mereka. Taufan yang bahkan sudah tidak sanggup berdiri pun hanya bergumam. "... mati."
Muncul lingkaran sihir berwarna merah yang mengelilingi dirinya. Lalu cahayanya makin terang. Reverse refleks meloncat jauh dari Taufan. Ocho dan Gempa tertinggal.
"Gempa!" teriak Halilintar berlari mendekati adiknya. Baru Gempa dan Ocho hendak lari. Muncul rantai dari lingkaran sihir yang menahan mereka. Lalu cahaya terang muncul.
Dan mereka bertiga hilang bersamaan dengan hilangnya lingkaran sihir.
Taufan, Gempa dan Ocho lenyap begitu saja.
.
.
.
"Ugh! Dimana ini?"
Cahaya terang perlahan hilang. Gempa dan Ocho menemukan mereka berada di sebuah ruangan berwarna putih. Mau melihat kemana pun, hanya ada warna putih.
"Jangan-jangan ini, di alam bawah sadar Taufan," terka Ocho. Gempa meneguk ludah kasar.
"Kemarilah, kita jangan sampai terpisah di tempat ini." Ocho meraih lengan baju Gempa dan membawanya pergi dari sana.
Ocho masuk ke satu pintu di ruangan. Lalu saat memasukinya. Mereka ada di ruangan lain dimana semuanya berwarna gelap. Dan banyak pintu-pintu berbeda warna serta bentuk.
"Apa ini? Pilih satu pintu?"
Mereka melihat satu-persatu pintu. Menerka pintu mana yang harus mereka masuki.
Gempa tersentak saat ada kupu-kupu berwarna biru yang melewatinya. "Itu!"
"Ayo kita ikuti," ajak Ocho. Gempa mengangguk dan mereka segera mengikuti kemana kupu-kupu itu pergi.
Kupu-kupu itu masuk ke dalam sebuah pintu yang familiar di mata Gempa. Sebuah pintu kayu berwarna coklat. "Itu, pintu rumahku?"
Mereka buru-buru masuk ke sana. Lalu menemukan diri mereka dalam ruangan berbeda lagi. Kali ini tanahnya dipenuhi rerumputan dan terlihat cerah. Ada banyak bola di sana.
Kupu-kupu itu hinggap pada satu bola berwarna biru. Bola yang ukurannya kecil. Gempa mengambil bola itu dan kupu-kupu itu kembali terbang melewati sebuah ring basket.
Gempa melempar bola tersebut masuk ke sana. Lalu lantai yang mereka pijak tiba-tiba saja hilang. Gempa dan Ocho masuk ke sana.
"Aaaa!!"
Bruk!
Mereka berdua mendarat di lantai keramik. Lalu ruangan yang berbeda. Kini ruangan itu terasa menyengat baunya. Dan di depan mereka, ada Taufan di dalam sebuah tabung asing.
"Taufan?"
Kupu-kupu itu hanya hinggap di dekat tabung Taufan. Taufan yang di dalam sana masih kecil. Bahkan air memenuhi tabung itu. Dan Taufan terlihat sedang tertidur panjang di dalam sana.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Gempa. Ocho memperhatikan barang-barang yang ada di meja.
"Ini sepertinya ingatan Taufan. Dia pernah jadi bahan percobaan Reverse dan dimasukkan ke dalam tabung."
"Sekejam itu." Gempa menatapi Taufan di dalam tabung. Menyentuh tabung itu dengan tangannya.
"Oh, kau kan waktu itu punya ingatan Taufan. Di tempat yang merupakan ingatannya ini, sepertinya itu di butuhkan untuk menyelesaikan kepingan yang tersisa," ujar Ocho.
"Kau benar." Gempa mengeluarkan benda bulat itu dari kantung sakunya. Tapi ia juga tidak tahu harus dikemanakan benda yang merupakan ingatan itu.
Tiba-tiba kupu-kupu tadi terbang dan hinggap di benda bulat itu. Lalu mengeluarkan cahaya di sayapnya.
Pats!
Ruangan tersebut bergetar. Taufan yang ada di dalam tabung bahkan terbangun. Manik safirnya bertatapan dengan manik keemasan Gempa. Gempa langsung saja mencari cara untuk menghancurkan tabung tersebut.
Ia mengambil kapak di sudut ruangan. Lalu menghantam tabung itu. Tidak langsung pecah, namun Gempa melakukannya berkali-kali hingga tabung itu pecah dan Taufan keluar dari sana.
"Uhuk!" Gempa melepas bajunya. Lalu memakaikannya pada Taufan yang masih kecil. Ia langsung saja menggendong Taufan dan membawanya pergi dari sana.
Ocho membuka pintu. Lalu mereka bertiga keluar dari ruangan itu. Kini ada di dalam gua yang gelap.
Namun ada sesosok perempuan asing yang berdiri di hadapan mereka. Meski begitu, Gempa pernah melihatnya di suatu tempat.
"Kau perempuan yang waktu itu bersama Taufan!"
Gempa ingat. Malam ketika ia menemukan Taufan. Dan wanita ini adalah wanita yang memeluk Taufan saat itu.
"Perkenalkan, aku Kuputeri. Pemimpin klan iblis bangsawan khusus." Ia tersenyum. "Namun seperti yang kalian lihat, hanya tersisa Taufan."
"Apa yang terjadi pada kalian?" tanya Ocho.
"Kami dibantai oleh kaum iblis. Sehingga aku pun melarikan diri membawa Taufan pergi ke dunia manusia. Iblis di bawah sana makin menggila, kami tidak bisa berbuat apa-apa," jelasnya. Ada binar kesedihan di matanya.
"Tapi kenapa kalian ikut tinggal di dunia bawah? Kenapa tidak di dunia manusia?"
"Kami tidak bisa." Kupu-kupu tadi hinggap di tangan Kuputeri. "Selain karena kami juga iblis, manusia tidak menerima kami."
Kuputeri berjalan mendekat. Mengusap kepala Taufan yang tertidur di gendongan Gempa.
"Aku berterima kasih kepadamu karena telah merawatnya dengan baik. Tapi, dia harus berpisah denganmu karena melakukan tugasnya sebagai segel baru."
Gempa tahu, malah sangat tahu. Meski Kuputeri meminta maaf sekalipun, semua tidak akan berubah. Meski Reverse bahkan menjadi baik. Taufan tetap akan menjadi segel bagaimana pun caranya.
Iblis dan manusia tidak bisa bersama.
Itu adalah garis ikatan yang telah ditentukan oleh takdir. Gempa tidak bisa melawan. Sebagaimana pun ia berusaha untuk mengubahnya. Yang bisa ia lakukan hanya berdoa dan berdoa. Meski terkadang tidak ada benar-benar doa yang terkabulkan.
"Buatlah segel baru di lautan, karena pintu yang sekarang telah dihancurkan oleh Reverse. Aku percaya pada kalian." Setelah mengatakan hal seperti itu. Cahaya menyelimuti tubuh mereka berempat. Lalu Kuputeri terpisah dari mereka.
Cahaya itu makin membesar hingga saat mereka kembali membuka mata. Ocho dan Gempa sadar bahwa mereka ada di tempat lain.
"Ini goa," gumam Ocho. Ia berdiri dan membersihkan kotoran di bajunya. Gempa berdiri, menggendong kembali tubuh Taufan yang semakin lama semakin menyusut. Seolah kehilangan energinya.
"Kita harus segera pergi ke laut."
Gempa mengangguk. Mereka buru-buru keluar dari gua dan menemukan letak mereka dekat hutan. Mereka berdua tidak pasti berada di hutan yang mana. Mau dilihat bagian manapun, semuanya terlihat sama.
"Oh kalian?"
Gempa tersentak. Lalu menemukan paman yang pernah bertemu dengannya dulu. Paman Tarung.
"Ah paman, halo." Gempa menunduk sopan.
"Ada apa kamu kemari? Bukankah sudah kembali ke kerajaanmu?" tanyanya. Ocho yang maju untuk menjelaskan, "Ada banyak hal yang terjadi, kami permisi."
Ocho buru-buru menarik Gempa untuk pergi dari pandangan paman Tarung. Namun telat, Tarung telah lebih dulu melihat Taufan.
Maksudnya, melihat Taufan dengan tanduk dan ekor. Seekor iblis yang menjadi musuh umat manusia.
"Dia iblis?"
Ocho mengumpat dalam hati. Ia melihat ke belakang dengan gerakan patah-patah.
"Uh, yah. T-tapi tenang paman, Taufan--"
Sret!
Muncul sebuah pedang entah dari mana, menggores pipi Gempa. Mengalir darah dari sana. Sedangkan Gempa menatap Tarung dengan tatapan tak percaya.
"P-paman?"
"Ternyata kalian sekutu iblis."
Inilah yang dikhawatirkan Ocho. Ia ingat betul dengan paman di hadapannya ini. Mantan pasukan khusus di kerajaan selatan.
Jika menyangkut pekerjaan, Tarung akan berubah sikap. Apalagi mengenai Iblis.
Mereka tidak bisa kabur begitu saja.
.
.
.
***tbc***
A/n:
Hadeuh ups, war sama paman Tarung dulu
Gimana? Masih OOC?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top