Chapter 17
Juran dibawa ke rumah kakek Taejoon, saat ini ia sedang diperiksa oleh dokter pribadi keluarga kaya itu. Tak ada satu pun orang yang berada dalam rumah tak khawatir terlebih lagi lelaki bernama Taejoon. Rautnya sangat gelisah, ia takut terjadi apa-apa pada calon istrinya.
"Nona Juran sedang mengandung, usia kandungannya baru satu minggu." Semua terkejut termasuk Taejoon.
Bagaimana bisa seorang wanita yang belum menikah sudah memiliki janin di perutnya? Taejoon dan Juran baru akan menikah beberapa minggu lagi. Semua menatap tajam pada Taejoon, menuntut penjelasan.
"Jelaskan pada mama, Taejoon!" tuntut ibu Taejoon.
Sesaat lelaki tampan itu hanya diam, ia menatap pada calon istrinya kemudian tersenyum. Mereka sudah melakukannya dalam tiga tahun terakhir ini. Sebelumnya Juran tak pernah memperbolehkan Taejoon membuat dirinya hamil. Hanya saja beberapa minggu lalu Juran mengatakan bahwa mereka akan segera menikah jadi tak ada yang perlu dikhawatirkan. Lagian Taejoon tak akan meninggalkan Juran, bukankah lelaki itu sudah mengajak Juran menikah jauh-jauh hari? Wanita itu saja yang menolak dengan alasan belum siap, juga masih ingin belajar banyak hal sebelum menjadi istri Taejoon.
"Bagaimana keadaanya, Dok?" tanya Taejoon sembari memegang tangan Juran.
Dokter menjelaskan bahwa wanita yang saat ini terbaring lemah itu hanya kelelahan saja. Tak ada yang perlu dikhawatirkan, Juran akan baik-baik saja. Efek kehamilan di minggu pertama memang sering membuat mood berubah, mual dan pusing bahkan sampai pingsan.
"Jadi aku akan segera punya cicit?" ungkap kakek senang.
"Papa! Ini tidak benar." Nada wanita yang serba penuh dengan keanggunan itu terdengar memohon. Ibu Taejoon masih mandang tak percaya. Apa yang sudah dilakukan Juran dan Taejoon adalah hal yang tak benar. Tak seharusnya mereka melakukan hubungan terlarang sebelum menikah.
"Lalu kau akan menyuruh Juran untuk menggugurkan anaknya? Seminggu lagi mereka akan menikah, jadi tak apa-apa." Kakek menatap tajam, sungguh lelaki tua itu sangat senang. Tak hentinya ia memandangi Juran, berharap agar wanita itu segera membuka mata.
"Taejoon, kau ini benar-benar tidak sabaran." Ayah Taejoon menepuk bahunya yang juga tengah memandang pada calon istrinya dengan menggeleng-gelengkan kepala. "Percepat pernikahan kalian! Jangan mengurusi perusahaan lagi! Kau sudah mencari gaun untuk calon istrimu?"
Saking sibuknya Taejoon sampai lupa mencari gaun pengantin, ia memang tak begitu mengawatirkan hal itu karena ibunya sudah mengatur segala hal untuk pernikahannya. Termasuk memesankan satu set pakaian pengantin, tetapi sampai saat ini Taejoon dan Juran belum juga melihat baju pengantin yang akan mereka kenakan.
~~~~
Daezi tak tahu harus bagaimana lagi, ia masih berusaha membujuk Joongi agar mau makan. Setelah semua sibuk mencari Juran yang menghilang kemarin, lelaki itu semakin membulatkan tekad untuk berdiri tanpa bantuan keluarga. Pikirannya terganggu, jika saja istrinya yang menghilang, apa keluarganya juga akan melakukan hal yang sama? Apa kakeknya juga akan sepanik kemarin?
"Sayang, kau harus makan!" Daezi meletakkan nampan di atas nakas, ia mulai memeluk suaminya yang terlihat kecewa dan bersedih.
"Aku akan meninggalkan rumah dan semuanya, kau masih tetap akan mencintaiku, kan?" tanya Joongi.
Daezi melepas pelukannya, bisa-bisanya Joongi mengatakan hal itu padanya. Memangnya ia menikah dengan Joongi hanya karena harta? Ia sangat kesal pada suaminya.
"Aku bukan wanita yang mencintaimu karena uang," ucap Daezi.
Min Joon Gi adalah cucu sekaligus anak konglomerat kaya raya. Ia adalah keluarga inti, merupakan sepupu Taejoon. Gemar mendengarkan lagu dan menghambur-hamburkan uang. Setiap harinya ia hanya bermain-main bersama wanita cantik.
"Kak! Kenapa kau keluar dari rumah?" tanya Joongi pada Taejoon.
Saat ini ia masih kelas dua SMA dan Taejoon tiga tahun di atasnya, sudah kuliah Jurusan Bisnis. "Suatu saat kau akan mengerti kenapa aku harus sukses dengan hasilku sendiri." Taejoon tersenyum, memang lelaki ini sangat menyayangi Joongi.
"Kak Taejoon, hidup itu hanya perlu dinimkati. Karena apa? Karena kita anak orang kaya." Taejoon menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia memukul kepala Joongi agar lelaki itu berpikir lebih dewasa.
Joongi sudah berkuliah semester akhir, tetapi sikapnya masih kekanak-kanakan. Masih sering ke bar, mabuk-mabukan dan selalu menghambur-hamburkan uang. Suatu ketika ia berada di kedai minuman bersama teman-temannya. Ia melihat kekasihnya sedang bermesraan dengan lelaki lain.
"Apa yang kau lakukan?" Joongi menarik tangan kekasihnya dengan kasar, jelas jika ia sedang terbakar api kecemburuan.
Daezi baru saja memasuki kedai, ia berniat mengistirahatkan otaknya yang akhir-akhir ini sibuk mengurusi skripsi. Ia melihat pertengkaran sepasang kekasih, bukankah itu lelaki yang bertemu dengannya di perusahaan waktu itu? Tanpa sengaja Joongi melihat ke arah Daezi yang juga melihat ke arahnya. Ia meninggalkan kekasihnya kemudian menatap tajam pada Daezi dan berlalu pergi.
Semenjak kejadian itu keduanya sering bertemu, membuat Daezi sedikit terganggu. Bagaimana tidak, Joongi selalu mengacaukan hidupnya. Ternyata mereka seangkatan, hanya saja lelaki itu harus mengulang banyak mata pelajaran akibat terlalu sering bolos kuliah. Daezi diminta untuk memperbaiki nilai seorang Joongi yang notabanenya adalah lelaki pemalas, manja, dan menyebalkan.
"Aku mencintaimu!" ungkap Joongi.
"Aaah … benarkah? Hei, Min Joon Gi! Berhentilah bersikap kekanak-kanakan!"
"Aku benar-benar mencintaimu."
"Tunjukan! Jangan pernah mengatakan cinta jika kau tidak tahu apa arti dari cinta!"
"Kau mau apa? Uang? Aku bisa memberikannya padamu."
Sebuah tamparan mendarat dengan mulus di pipi lelaki itu. "Haah, apa hanya uang yang kau punya? Kau itu bukan apa-apa tanpa keluargamu, Min Joon Gi." Daezi meninggalkan Joongi, mulai sekarang ia tidak akan mau meluangkan waktu untuk membantu lelaki manja seperti Joongi.
Bukan Joongi jika menyerah begitu saja. Tampaknya lelaki itu sudah melupakan sang mantan, si penyelingkuh. Saat ini ia berusaha mati-matian untuk mendapatkan hati Daezi dengan berbagai cara. Ia rela belajar giat demi lulus kuliah, ia juga rela melakukan apa pun kecuali bekerja.
Tak terasa hampir dua tahun ia mengejar Daezi, akhirnya gadis itu pun luluh. Mereka berdua saling mencintai dan menikah setelah tiga tahun lamanya menjalin kasih.
~~~~
Juran belum juga membuka mata, dokter mengatakan jika wanita itu sedang tidur karena efek obat. Di sampingnya ada Taejoon sedang setia menunggu. Lelaki itu mengamati Juran dengan lamat, kemudian tersenyum senang.
"Aku akan menjadi seorang ayah." ungkapnya girang.
Pada pukul delapan malam Juran membuka mata, ia tersenyum setelah mendapati calon suaminya duduk di sebelahnya. Begitu benar-benar tersadar, seketika dengan panik ia memegangi petur. Khawatir jika terjadi apa-apa pada janin dalam perut.
"Kenapa kau tidak bilang padaku?" Taejoon memegang tangan Juran, menempelkannya di pipi.
Juran mendudukkan diri, ia tidak berani memandang Taejoon. Lelaki itu melepas tangan Juran lalu memegang kedua pipinya. "Apa?" tanya Juran, yang kemudian merapatkan bibirnya. Ia berpura-pura tak tahu dengan apa yang dimaksudkan oleh Taejoon. Ia menelen ludahnya sebelum berkata, "Aaah ... kau ingat malam itu? Sebenarnya aku ingin memberitahumu, tapi aku sudah terlanjur marah." Juran kembali memasang wajah kekesalannya, tampaknya Taejoon mengingatkan malam di mana ia benar-benar kesal dan marah.
"Aku hanya bercanda, tapi kau malah menganggapnya serius."
"Cah, kau bilang bercanda? Mr. Perfect sepertimu tidak bisa bercanda, Kim Tae Joon!" Juran mengarahkan telunjuk ke bibir Taejoon, seolah sudah tahu jika lelaki itu pasti akan melarangnya memanggil dengan sebutan Mr. Perfect. Jadi, daripada nanti Taejoon mengoceh lebih baik membungkamnya terlebih dahulu.
~Tbc~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top