Chapter 12
"Kau juga sempurna di matanya, Juran. Selama ini Taejoonku selalu bersikap profesional. Dia akan terlihat lemah jika kau sudah marah. Putraku memang menginginkan wanita pandai dan bisa memasak, dia ingin setiap pagi istrinya memasakkan untuknya."
"Tapi aku tidak pandai, aku membenci dapur, aku membenci bumbu-bumbu dapur. Apa aku masih sempurna di mata Kak Taejoon?" Isak Juran kembali memecah, ia benar-benar takut kehilangan Taejoon karena kelemahannya itu. Seberapa keras ia berusaha belajar memasak tetap hasilnya nihil. Masakan yang dibuatnya untuk Taejoon tidak pernah sempurna, dulu sempat ia menyuruh sang mantan mencicipi masakannya. Apa yang dikatakan sang mantan? "Ini adalah masakan terenak yang pernah aku makan." Namun, tetap saja bagi Taejoon makanan itu hambar dan tidak enak. Para mantan akan mengatakan begitu jika mereka masih memendam perasaan dan terlebih jika mereka ingin membangun jalinan kembali, kan?
“Bersabarlah, Sayang. Hanya kau yang diinginkan Taejoon.” Perkataan ibu Taejoon cukup membuat hati Juran tenang.
Salah satu staff mengetuk pintu sembari membawa makanan. Wanita nan anggun itu meminta pada Juran agar segera makan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, perlahan Taejoon pasti akan berhenti menuntut banyak hal pada Juran. Ia melirik ibu Taejoon sembari tersenyum yang terkesan dipaksakan.
~~~~
Juran baru saja membuka mata dari keterlepannya semalam, ia melihat ke arah Taejoon. Embusan napas tampak terdengar seperti ia sedang ingin melepas keraguan dalam hatinya. Ia menidurkan kepala di dada Taejoon, mendekap lelaki itu dengan sangat erat. Satu tangan mengelus lembut rambutnya. Dengan mata masih tertutup Taejoon terus mengelus hingga berakhir di punggung Juran.
"Kau lelah, Suamiku? cepatlah mandi kau harus pergi ke perusahaan!"
"Ini masih terlalu pagi, Sayang," jawab Taejoon.
"Kalau begitu aku mandi dulu." Juran hendak menarik tubuh, tetapi Taejoon sudah terlebih dulu mendekapnya dengan sangat erat.
"Aku ingin segera punya anak darimu, aku ingin segera menikah denganmu." Juran mendongak, ia memandang tatapan Taejoon. Sungguh sangat tulus dan hangat. Seketika hilanglah rasa ragu dalam hati Juran. Tak dapat dipungkiri lagi jika Juran sangat ingin segera menikah, menjadi ibu bagi anak-anak Taejoon dan menjadi istri Taejoon selamanya.
"Kau ingin punya anak berapa?" tanya Juran dengan memegang kedua pipi Taejoon. Kini lelaki itu membuka mata, memandang pada Juran.
"Satu, kalaupun aku menginginkan anak banyak darimu itu tidak akan mungkin."
"Kenapa? Aah … aturan keluarga, kau pasti sangat kesepian, Kim Tae Toon. Kau adalah anak satu-satunya dan ibumu menggugurkan bayi kedua karena aturan keluarga juga, kan?"
"Eum …,” jawab Taejoon sembari mengangguk, “sudah jadi aturan anggota keluarga yang akan menikah hanya diperbolehkan memiliki satu anak."
Taejoon teringat semasa kecil, ia sangat senang ketika mendengar ibunya hamil dan akan mempunyai adik, tetapi sang kakek menyuruh ibunya untuk menggugurkan kandungan bayi kedua. Kakeknya tidak ingin jika kelak kedua anak ibunya akan berebut harta warisan. Itulah sebabnya kenapa ada aturan hanya diperbolehkan memiliki satu anak saja.
"Ya sudah, kalau begitu kita punya satu anak saja," ungkap Juran kemudian mencium lembut bibir Taejoon.
Juran sangat ingin memiliki anak kembar seperti sepupunya Soomi dan Neya. Meskipun nama mereka berbeda jauh, tetapi wajah mereka benar-benar sama bahkan sulit untuk dibedakan. Juran ingin memiliki anak laki-laki kembar. Keinginannya tidak akan diutarakan, ia takut akan membebani Taejoon. Lagian, ia tahu harapannya hanya akan menjadi angan. Seluruh keluarga inti di Kim tidak diperbolehkan memiliki anak lebih dari satu, dan tidak pula diperbokehkan memiliki anak perempuan.
“Baiklah, aku akan pergi ke dapur untuk memasakkan makanan yang aku tahu pasti tidak enak.” Taejoon tertawa melihat ekspresi di wajah Juran. “Silakan bersantai, Tuan Muda.” Dikecupnya bibir Taejoon lalu mulai menuruni ranjang. Ia melangkah keluar kamar menuju dapur.
Juran mengamati isi lemari pendingin. Ia berpikir sejenak dan berkata, “Apa yang bisa aku masak untuk Taejoon?” Ia memutuskan memasak makanan Western, meski ia tak yakin dengan hasilnya nanti.
"Suamiku, cepatlah mandi ini sudah pukul tujuh," teriak Juran dengan menyiapkan masakan yang hampir selesai.
Taejoon membawa tas juga dasi menuju meja makan, Juran pun sudah memakai baju kantornya. Wanita itu memaikan dasi di kerah dan jas di tubuh Taejoon. Ia juga menyuruh lelaki itu untuk segera duduk dan mencicipi masakan buatannya.
"Bagaimana?" tanya Juran.
Taejoon mengambil tisu kemudian mengusap mulut dengannya, ia meletakkan sendok lalu menggeleng-gelengkan kepala.
Juran mulai mencemberutkan wajah. "Tidak bisakah kau berbohong dan mengatakan bahwa masakan yang sudah aku buat itu enak?" kesal Juran.
Taejoon meraih satu tangan Juran dan menariknya, mendudukkan tubuh Juran di pangkuan. Juran merintih kesakitan, rupanya ia terkena pisau sewaktu mengiris bahan. Tangannya pun sedikit melepuh akibat kurang berhati-hati ketika mengambil panci panas.
Taejoon mencium tangan Juran, setelahnya meletakkan tangan Juran di pipinya. "Apa sakit?" tanya Taejoon khawatir.
Juran menggeleng dan berkata, "Cicipi masakanmu! Apa kau menghidangkannya tanpa mencicipi terlebih dahulu?"
Juran mengambil sendok, ia mulai mencicipi masakannya lalu mengambil tisu untuk memuntahkannya.
"Asin, kan?" Juran menunduk malu, ia terlalu banyak memasukkan garam pada masakannya. Ia menggaruk-garuk tengkuk kepala sendiri dengan merapatkan kedua bibirnya.
~~~~
Joongi berjalan menuju ruangan Taejoon, ia ingin bertanya sesuatu pada kakak sepupunya. Tanpa mengetuk pintu, ia lantas memasuki ruangan.
"Kau melibatkan bulan maduku dalam perjalanan bisnis?" tanya Joongi kesal.
Taejoon hanya memandang sepintas lalu mulai menandatangani berkas-berkas di depannya.
"Kak Taejoon!" Joongi mulai terbakar emosi melihat Taejoon sama sekali tak menanggapinya.
"Jangan seperti anak kecil, kita akan ke Jepang besok!"
“Apa?” Joongi mendengkus, lelaki di depannya itu selalu saja bertingkah sesuka hati. Hanya karena Taejoon pewaris di keluarga Kim bukan berarti ia berhak mengatu-ngatur hidup Joongi.
"Aku ingin bulan madu ke California bersama istriku!" tandas Joongi semakin kesal.
"Kak Joongi?" sapa Juran, ia baru saja memasuki ruangan. Juran memandang heran pada Joongi, lelaki itu tampak sedang menahan amarah. "Kenapa kau di sini?"
"Tanyakan pada calon suamimu itu, bisa-bisanya dia meminta pada Mama untuk bulan madu ke Jepang."
"Kita ke Jepang untuk melakukan perjalanan bisnis." Juran mengerutkan dahi, ia menuntut penjelasan pada calon suaminya kenapa mengajak Joongi dan juga Daezi ke Jepang.
"Bukan aku yang meminta, tapi Mama agar Daezi menemanimu selama di Jepang."
"Haah, kau keterlaluan. Kenapa harus istriku? Kau memang lelaki yang tak berperasaan, aku sudah menikah dan berhentilah melibatkan istriku dalam kisah cinta kalian!"
Joongi meninggalkan ruangan. Ia tahu bahwa Daezi tidak akan mau pergi ke Jepang, semasa pacaran mereka salalu menghabiskan waktu di Jepang dan kali ini mereka juga harus berbulan madu di Jepang? Menyebalkan, Joongi sangat muak. Ia tidak dapat membantah ataupun melawan Taejoon sepupunya. Meski ia merupakan keluarga inti, nyatanya ia tak memiliki wewenang apa pun.
~Tbc~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top