51. Kikuk
Bintang tidak tahu kenapa debarannya yang biasa ia rasakan hanya saat bersama Rasi, bisa ia rasakan pula saat dirinya bersama Kejora.
•••
Bintang berjalan lesu melewati koridor sekolahnya yang tampak masih sangat lengang dan sepi. Sebelum akhirnya ia berbelok masuk ke dalam kelasnya.
Bruk!
"Hoammm!" Sambil menguap, Bintang melempar tasnya yang langsung mendarat tepat di atas mejanya. Duduk, lalu meletakkan kepalanya di atas meja, dengan tas-nya sendiri yang ia jadikan sebagai bantalan untuk melanjutkan tidurnya lagi.
Namun rasanya belum terlalu lama Bintang memejamkan mata, tiba-tiba suara riuh sudah mengusik telinganya. Mata Bintang terbuka perlahan. Samar-samar terlihat sudah ada begitu banyak orang di kelasnya yang mengisi kursi masing-masing. Tertawa-tawa, bercanda, beberapa ada pula yang tengah menyalin tugas. Untung saja dari jauh-jauh hari Bintang sudah meminta Oskar untuk mengerjakannya. Walau tidak yakin akan jawabannya, setidaknya yang terpenting ia sudah mengerjakan tugas itu hari ini.
Hm. Sepertinya memang perasaan Bintang saja yang mengatakan belum terlalu lama. Karena nyatanya ia sudah tertidur hampir mau satu jam terhitung sejak kedatangannya tadi, pukul 5.35. Bintang sudah melipat kembali tangannya, bersiap untuk kembali tidur. Masih ada sepuluh menit sebelum bel masuk berdering.
"Eeeeeee.... Aaaaaahh. Eeeeeee... Aaahh!"
Belum sampai Bintang menutup mata, tiba-tiba saja sumber dari segala sumber kegaduhan tiba. Oskar kalau sudah diketemukan oleh Yogi, Gino, dan Astro, ributnya bisa beribu-ribu kali lipat lebih berisik daripada biasanya. Bahkan boleh jadi berisiknya mereka bisa berpotensi merusak gendang telinga anak-anak.
Melalui jendela kelas yang tidak tertutup gorden, terlihat mereka berempat datang berbarengan. Seperti sedang memimpin pasukan dangdut, Oskar berjalan sambil joget-joget tanpa tahu malu.
Sampai seketika Astro menyela, "Nyebut aahh-nya biasa aja dong. Jan ambigu gitu."
"Babi! Lo aja otaknya ngeres pagi-pagi gini. Gue, dah, disalahin!" elak Oskar.
"Emang elo ege, Kar." Gino ikut menimpali. "Kayak mendesah gitu. Kita kan lagi nyanyi. Ngapain lo desah-desah?"
"Tau!" Yogi menoyor kepala Oskar. "Lo pikir lagi naena!"
"Lo pada aja yang mesum, kampret!"
Mesum?
Mendengar kata itu tidak tahu kenapa membuat Bintang jadi malu pada dirinya sendiri. Terlebih ketika mengingat kejadian kemarin saat di dalam ruang teka-teki itu. Karena untuk pertama kalinya dalam seumur hidup Bintang, tidak pernah ia semesum ini. Apa sifat mesum dapat menular? Karena biasanya kan gadis itu yang mesum. Bukan dirinya!
Selain malu pada diri sendiri, belum lagi malu pada Mas-Mbak yang membuka pintu dan mendapati dirinya bersama Kejora sedang berposisi yang... Ah, tahulah! Bintang tidak mau mengingatnya. Lagi pula tanpa perlu ia perjelas semua orang juga pasti sudah pada tahu.
"Bangke! Keajaiban dunia macam apaan, nih, bisa-bisanya Si Bintang udah sampe duluan?!!" pekik Oskar yang terkaget-kaget, tidak menyangka melihat keberadaan Bintang saat ini.
"Ini beneran elo, Bi?!" Yogi mencoba untuk memastikan.
Sementara Astro menepuk-nepuk pipi Bintang, demi meyakinkan dirinya bahwa seseorang yang sudah duduk manis di dalam kelas sepagi ini memanglah Bintang.
Bintang yang malas menanggapi, tidak menggubris sama sekali ocehan-ocehan mereka. Karena hari ini ia memang sengaja berangkat pagi-pagi sekali. Biar apa? Biar tidak berpapasan dengan Kejora seperti biasanya ketika tiap kali ia keluar kamar mau pun ketika menuju meja makan untuk sarapan. Syukur saja mamanya belum pulang dinas kerja. Jadi tidak ada yang memaksanya untuk sarapan bersama. Tidak tahu besok akan seperti apa nasibnya. Akankah Dewa Fortuna berpihak padanya?
Sedangkan kejadian itu saja rasanya sulit sekali untuk dilupakan. Sudah malu pada banyak orang⸻termasuk dirinya, ditambah kecanggungan yang menyiksa, yang terjadi di antara dirinya dan Kejora tepat setelah mereka keluar dari Rumah Teka-Teki sialan itu!
Tahu, suasana seperti apa yang tercipta di antara Bintang dan Kejora setelahnya? Selama menonton, dan makan, tiap kali tanpa sengaja mereka bersentuhan, tiap kali itu pula keduanya langsung menjauh. Atau lebih tepatnya menjaga jarak. Bahkan saat di motor pun, Kejora sama sekali tidak mau berpegangan pada Bintang, dan malah lebih memilih berpegangan pada besi bagian belakang jok.
"Ada maksud dan tujuan apa lo jam segini udah di sekolah?" curiga Gino, yang seketika benar-benar membuat Bintang mengira ada baiknya ia mengubur diri hidup-hidup sekarang juga ketimbang harus menjalani hidup semenyedihkan ini.
"Ah, tahu, ah, gue mau bolos aja!" Usai menyembunyikan tasnya di laci meja agar tidak ketahuan kalau dirinya membolos mata pelajaran, Bintang keluar kelas dan menjadikan ruang musik sebagai tempat persinggahannya. Memang hanya tempat itu saja satu-satunya yang paling nyaman untuk Bintang.
"Huft!" Meskipun di sana tetap saja ia mengembuskan napas yang berat.
🌩
"Mohon maaf, Dik, untuk saat ini kami belum membuka pendaftaran mahasiswa baru." Kedatangan Rasi di Universitas Bangsa siang itu langsung disambut oleh salah satu satpam yang berjaga di depan gerbang.
"Oh, nggak, Pak. Saya ke sini bukan mau daftar. Tapi mau ketemu teman saya," terang Rasi, yang setelahnya barulah ia dipersilakan masuk oleh satpam tersebut.
Mata bulat itu berkeliaran ke segala penjuru area kampus yang begitu luas. Mencari seseorang yang ingin ia temui secepatnya. Sampai cukup lama berselang, barulah ia menemukannya.
Leon, seseorang itu tampak sedang bersama teman-temannya yang kemudian langsung memisahkan diri tepat ketika melihat Rasi berdiri lurus beberapa meter di depannya. Sejujurnya Leon agak terkejut dengan keberadaan gadis SMA itu di kampusnya.
"Biru nggak ngampus," tutur Leon, memberitahu.
Yang kemudian dijawab oleh Rasi, "Aku ke sini mau bicara sama kamu."
🌩
"HAH?! BINTANG MAU CIUM LO?! NGGAK KEBALIK?!!" tukas Naomi kencang, yang hampir memancing perhatian orang-orang yang berada di kantin saat itu.
Kejora mendengus. "Kan, mulai kan. Terus aja lo bully gue tiap gue cerita. Giliran nggak diceritain, marah."
"Tapi emang beneran? Kok, bisa? Terus kenapa juga nggak langsung lo sambar aja, tuh, bibirnya? Kalau dia aja udah sampe semesum itu, seharusnya lo pasti udah lebih mesum!" Sambil menikmati kuah bakso dikarenakan baksonya sudah habis, Naomi menandas seakan memang sudah tahu betul bagaimana tabiat Kejora.
Tidak ada sahutan apa-apa dari Kejora. Sampai ketika Naomi menoleh dan berhenti sejenak menyeruput kuah gurih di mangkuknya menggunakan sendok, terlihat gadis itu yang ternyata malah sedang asyik senyum-senyum sendiri, malahan sampai nasi goreng di hadapannya saja diabaikan.
"Iya, ya! Kenapa nggak langsung gue sambar aja bibirnya. Mana cipok-able banget, lagi! Ah, sayang," sesal Kejora tanpa sadar.
Lantas saat melihat Naomi yang sedang memerhatikannya entah sejak kapan itu, barulah ia segera membekap mulutnya. Ngomong apa, sih, Kejora!
"Heh, lo mikir yang macem-macem, ya? Ngaku!"
Kejora menggeleng cepat. "Nggak. Udah, ah, gue nggak laper. Mau balik kelas aja."
Baru beberapa meter Kejora bergerak dari kantin, namun langkahnya mendadak kaku, saat tiba-tiba melihat Bintang yang berjalan dari arah berlawanan, dan kebetulan mata mereka sempat bertemu satu sama lain. Tidak hanya Kejora, Bintang pun sama kikuknya. Bintang ingin langsung berbalik, akan tetapi di sisi lain ia juga tidak ingin kelihatan jelas kalau dirinya menghindar. Sehingga membuat langkah ambigu yang ke sana-ke mari tidak jelas, menghabiskan waktu mereka sekian menit.
Entah kenapa di saat Bintang hendak melewati sisi kiri, di detik yang sama Kejora juga begitu. Dan giliran Kejora yang hendak mengalah mengambil sisi kanan, tiba-tiba saja Bintang malah ingin mengalah juga ke sisi kanan. Membuat ke mana pun mereka ingin melangkah, ada saja alasan yang membuat mereka bertabrakan.
Kemudian selepasnya, yang terjadi malah membuat mereka berakhir memutuskan untuk berbalik lagi ke arah mereka berasal sebelumnya. Kejora kembali ke kantin, sedangkan Bintang kembali ke ruang musik.
Berjalan memunggungi Bintang, dada Kejora berdebar tidak keruan walaupun tadi ia sama sekali tidak saling bertukar kata dengan Bintang. Bayang-bayang 'hampir ciuman' itu terus saja membuatnya semakin menggila tiap kali terputar ulang di kepalanya. Meskipun sebagian sisinya sangat menyayangkan karena memang 'tinggal sedikit lagi', akan tetapi tetap saja sebagian sisinya yang lain sangat melarang keras dirinya untuk memikirkan yang tidak-tidak tentang kejadian tersebut.
Hal itu memanglah akan menjadi biasa ketika Kejora yang merasakannya. Namun sangatlah menjadi luar biasa ketika Bintang yang merasakannya!
Nyatanya Bintang pun merasakan hal yang serupa. Malah debaran Bintang dapat dikatakan jauh lebih tidak keruan dibanding Kejora, lantaran ini adalah pertama kali ia merasakannya untuk Kejora. Debaran yang sebelumnya tidak pernah bisa ia rasakan untuk gadis mana pun, terkecuali Rasi.
Bintang tidak tahu kenapa debarannya yang biasa ia rasakan hanya saat bersama Rasi, bisa ia rasakan pula saat dirinya bersama Kejora. Apa mungkin semuanya terjadi karena ia yang terlalu sibuk memedulikan Rasi, membuatnya menjadi sama sekali tidak mampu menyadari perasaannya pada gadis mana pun selain Rasi? Juga menyadari perasaan gadis mana pun terhadapnya, selain perasaan Rasi yang tidak pernah jatuh untuknya? Sehingga akhirnya Kejora datang dan mampu menyadarkannya?
Tetapi di samping persetan dengan kecanggungan di antara dirinya dengan Kejora, benar-benar tidak terbayang oleh Bintang bagaimana dan apa yang terjadi kalau pulang nanti, di saat mamanya sudah kembali dari kerja dinas luar kotanya? Lalu menciptakan keadaaan yang sama seperti tempo hari, yang dengan tega mengurungnya bersama Kejora di dalam gudang selama semalaman, hanya demi mendamaikannya dengan gadis mesum itu?
"Argh!" frustrasi Bintang, yang langsung mempercepat langkahnya.
Tbc...
KOMENTAR YG BANYAK YAA. DITUNGGU:) SELAMAT SAHUR^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top