Chapter 4
Brak
Suara keras itu berasal dari kamar mandi yang Jennie banting dengan keras setelah berhasil mendorong Y/n hingga terjatuh ke lantai. Amarahnya kini benar-benar tersulut, sedangkan Y/n hanya bisa terisak.
"HEH!! MAKSUD LO APA TADI HAH?! LO NANTANGIN GUE??!!" Bentak Jennie.
Y/n tak menjawab, masih terus terisak. Jennie yang tak tahan akan kemarahannya, pergi ke salah satu bilik untuk mengambil air. Dan...
Byur
Jennie tanpa belas kasihan, membanjur air dari gayung di tangannya ke wajah Y/n dengan kasar. Setelahnya membanting gayung itu ke lantai hingga retak.
"MAU SOK JAGOAN?! IYA?!"
Y/n tetap bungkam. Ia tau, ia sudah salah dengan mengatakan hal itu kepada Jennie. Tapi... apakah Y/n harus diam ketika Jennie berusaha menggoda anak manis itu? Apa Y/n tak berhak menjauhkannya dari orang berbahaya seperti Jennie Kim?
"BERDIRI LO!!" Jennie masih membentak, dan Y/n tak menghiraukannya.
"GUE BILANG BERDIRI, BANGSAT!!" Kesalnya sambil menjambak rambut Y/n dan menariknya agar Y/n mau berdiri.
"Akh... Sakit." Lirih Y/n ketika Jennie mengeratkan jambakannya.
"Oh sakit ya? Kalau yang ini sakit?" Jennie menyeringai tajam. Melepaskan jambakannya. Mengambil gayung tadi, dan mengayunkan gayung itu ke pipi Y/n dengan kasar.
Prak
Perih? Tentu saja. Di tampar pakai tangan saja sudah sakit, apalagi dengan gayung. Bahkan Y/n sampai terhuyung dan berakhir menabrak dinding kamar mandi.
"Sakit~ Hikss..." Y/n berucap lirih sambil memegangi pipinya. Seluruh badannya pun mulai terasa remuk.
Jennie kemudian kembali menjambak keras rambut Y/n. Menatapnya dengan tajam, lalu berkata,
"Ini akibatnya kalau lo lancang sama gue."
-----
"Mau kemana? Urusan kita yang kemarin lusa belum selesai. Sini selesaiin dulu." Seseorang itu menyeringai tajam.
Taeyong mengerut bingung, Urusan apa?
Dilihatnya ada seseorang bertubuh tinggi semampai dengan wajah yang terkesan kalem. Di belakangnya juga ada beberapa lelaki.
Taeyong melirik name tag mereka.
Kim Jungwoo.
Kim Doyoung.
Nakamoto Yuta.
Qian Kun.
Dong Winwin.
Lelaki ber-name tag Kim Jungwoo itu langsung merangkul erat Taeyong dan membawanya pergi dari sana, diikuti oleh teman-teman di belakangnya.
Jungwoo membawa Taeyong ke halaman belakang sekolah. Ia mendorong tubuh Taeyong hingga punggungnya menabrak dinding.
"Hey, mana janji lo?"
Taeyong diam. Ia tidak paham dengan apa yang lelaki ini katakan. Janji apa? Dan.... Memangnya masalah apa yang terjadi di hari kemarin lusa?
Ah, Taeyong lupa. Tolong ingatkan Taeyong tentang Taejun. Bukankah Taejun baru saja meninggal kemarin? Jadi apa mungkin sehari sebelum Taejun meninggal, ia sempat kena masalah dan menjanjikan sesuatu pada lelaki ini?
Tapi... apa yang Taejun janjikan? Taeyong benar-benar tidak tau.
"Ck, kayaknya dia amnesia. Apa perlu gue yang ingetin lo, Lee Taejun?" Tanya Yuta.
Iya, kasih tau gue. Batin Taeyong.
"Em.... Jadi gini bray." Winwin maju. Tangannya terangkat untuk menepuk pundak Taeyong. "Lo bilang, lo bakal kasihin semua duit jajan lo selama sebulan ke gue, Jungwoo, Yuta, Kun, dan Doyoung sebagai ganti biar kita gak gangguin Y/n."
Taeyong cengo. Taejun.... sampai segitunya berkorban untuk Y/n?
"Dalam perjanjian itu, kalau lo gak bawa duitnya, muka sama badan lo harus rela jadi guling tinju buat kita latihan." Timpal Jungwoo yang kemudian tersenyum miring.
"Jadi gimana cuk? Lo bawa duitnya gak?" Tanya Kun.
"Emm..." Taeyong diam sebentar sebelum mengeluarkan selembar uang kertas dari saku seragamnya dan di berikan pada Jungwoo.
"Hah? Apaan nih? Kok cuma gocap? Kan perjanjiannya cepe, borr."
Cepe? - Taeyong
"Maaf, tapi aku cuma di kasih segitu." Alibi Taeyong. Padahal di dompetnya ada banyak sekali uang. Hanya saja.... ia memang sengaja tidak membawa dompetnya itu.
Jungwoo mendelik, "Ya kalau cuma segini sih..... berarti lo harus rela di tonjok satu kali dari kita masing-masing."
Mendengar itu, Taeyong sangat geram. Sudah di kasih, tapi masih ingin menyakiti?
"Em.... Yaudah deh. Sini coba." Jungwoo menarik Taeyong ke tengah hingga Taeyong tak lagi tersudut di dinding.
"Siap?" Tanya Jungwoo yang hanya didiamkan oleh Taeyong.
Jungwoo menyeringai, "Kalau pemanasan.... di mulai dari gue kan ya?"
Setelah itu, Jungwoo meninju keras pipi kiri Taeyong sampai Taeyong oleng dan hampir jatuh.
Bugh!
"Eh? Tumben. Biasanya lo sekali tonjok bisa langsung jatuh." Kata Jungwoo.
"Sini sini. Giliran gue."
Tanpa basa-basi lagi, Kun meninju pipi kiri Taeyong. Sukses membuat denyutan di pipinya semakin menjadi.
Bugh!
Taeyong meringis. Hidungnya mulai kembali mengeluarkan darah.
"Em.... Gue enaknya nonjok di belah mana ya?" Gumam Winwin.
"Perut kayaknya enak tuh." Gumamnya lagi.
Sesuai dengan apa yang ia katakan, ia benar-benar meninju perut Taeyong.
Bugh!
Sekarang, Taeyong dapat merasakan betapa perihnya perut yang di tonjok dalam keadaan belum terisi makan.
"Kalau gue.... nendang aja kali ya?" Kata Yuta.
Ia berjalan mundur. Kemudian berlari kencang dan menendang perut Taeyong ketika jaraknya dengan Taeyong sudah dekat.
Bugh!
Tendangannya itu tak main-main. Taeyong sampai terpental dan terjatuh ke tanah. Bahkan Taeyong belum sempat mengambil napas, tetapi mereka malah melakukan kekerasan secara bertubi-tubi tanpa memberi jeda.
"Doyoung, sekarang giliran lo. Dari tadi lo diem aja." Bingung Yuta.
"Doy," Panggil Jungwoo ketika Doyoung hanya diam saja.
Tiba-tiba, Doyoung melangkahkan kakinya mendekati Taeyong yang sudah terkapar di tanah dan terlihat sedang memekik kesakitan.
Ia tersenyum miring menatap Taeyong. Mengangkat kakinya, lalu menginjak perut Taeyong dengan keras hingga terdengar jelas jeritan Taeyong.
Bugh!
"AKH!!"
Doyoung tertawa, "Hahaha.... Kok gue seneng ya liat lo gini?"
Sial! Umpat Taeyong dalam hati.
"Besok-besok gak usah bawa duitnya sekalian. Biar gue bisa puas jadiin lo guling tinju."
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top