Chapter 26
Ten menatap Y/n. Ia menghela napas, "Jadi lo itu beneran Yomi?"
Y/n mengangguk-anggukkan kepalanya sambil nyengir.
"Don't be mad, please?"
Lelaki itu berkacak pinggang, "Kenapa gue gak boleh marah ketika tau kalau kalian berdua nyembunyiin hal sebesar ini?"
Lisa maupun Y/n sedikit manyun. Mereka tidak bermaksud untuk membohongi atau menyembunyikan sesuatu dari Ten. Hanya saja.... waktunya memang tidak tepat.
"Oke oke, gue bakal maafin kalian." Ujar Ten setelah melihat raut wajah Lisa dan Y/n.
"Eh serius??" Tanya keduanya dengan sumringah.
Ten mengangguk, membuat mereka langsung berlari dan memeluk tubuh Ten.
"Tapi ada syaratnya."
"Apa syaratnya?"
Ten tersenyum miring. "Layanin gue seharian." 🌚
-----
"Ish! Si Ten kok malah matiin teleponnya sih?! Ngeselin banget anjir!" Taeyong mendecak sebal.
"Mungkin dia abis batre, Yong. Jangan negatif mulu lu ama temen." Kata Hendery.
"Terus..... gimana dong?"
"Ya tunggu ajalah sampe mereka pulang. Mereka 'kan gakan nginep di rumah Y/n."
"Iya juga sih. Em.... yaudalah kalau gitu gue mau keluar bentar."
"Mau kemana dan mau ngapain?"
"Ke Indimirit. Beli jajan. Mau nitip?"
"Boleh. Minuman dingin sama ciki."
"Minuman apa? Neo Coffe? Cobain kuy!" Taeyong memberikan finger heart sambil senyum dan ngangkat alis yang buat Hendery berekspresi jijik.
"Najis lu anj! Sana pergi!"
Taeyong terkikik sebelum pergi dari sana.
-----
Di ruang tamu, ada Ten yang tengah duduk santai. Sementara Lisa mengipasi Ten, dan Y/n mengupas buah.
Ini maksud dari ucapan Ten barusan. Hukuman yang ia berikan kepada Y/n dan Lisa adalah untuk melayani dalam artian menjadikan babu.
Brengsek memang.
Y/n memberikan buah jeruk yang sudah ia kupas ke Ten. Bukannya diterima, ia malah membuka mulutnya, kode minta disuapi.
Jika saja Y/n tidak sayang, sudah pasti lelaki itu akan ia tendang bokongnya sampai menyon.
Dengan agak kesal, Y/n menyuapi Ten. Dari buah jeruk, apel, hingga anggur.
Ponsel Y/n bergetar singkat, ada pesan yang masuk.
Ketika dibuka, ternyata itu dari kakaknya, Seungwoo.
Kakak❤️
| Dek, kayaknya kakak bakal pulang telat
| Tiba-tiba ada urusan ngedadak lagi
| Bilangin sama Lisa sama Ten permintaan maaf kakak
| Suruh mereka tunggu sampe kakak pulang ya
| Sayang adek❤️❤️❤️
Oke kakak |
Sayang kakak juga ❤️❤️ |
| ❤️❤️
Read
Y/n mendengus sebal, berhasil buat Ten maupun Lisa kebingungan.
"Lo kenapa?" Tanya Lisa.
Y/n tidak menjawab. Ia hanya memberikan ponselnya ke Lisa yang langsung Lisa terima.
Lisa membaca pesan dari Seungwoo. Kemudian mendengus sebal.
"Iiiihhh!! Kenapa sih harus ada urusan segala?!" Kesalnya.
"Hm .. Wajar dia 'kan orang sibuk." Kata Ten, seraya menaikkan kedua kaki ke atas meja.
Y/n mendelik malas lihat kelakuan Ten. Sedangkan Lisa membalas ucapan lelaki itu.
"Bukan gitu. Kalau ada Seungwoo 'kan gue sama Y/n bisa lepas dari lo. Males tau anjir dijadiin babu gini. Anda pikir."
Mendengar itu, Y/n mengangguk. "Iya ih. Udahan dong kak. Jahat banget masa." Setelahnya memeluk tubuh Ten, diikuti oleh Lisa yang ikut memeluk dari sisi satunya.
Ingin tegas, namun nyatanya dipeluk telah menjadi kelemahannya sedari dulu. Apalagi dipeluk oleh orang tersayang seperti Lisa dan Y/n.
Iya, mereka memang kesayangannya Ten. Alasannya? Cari tau sendiri lah, kalian 'kan pintar.
Kedua tangan Ten mengusap lembut kepala Lisa dan Y/n. Ia menghela napas. Mungkin ia sudah keterlaluan menghukum kedua gadis ini. Apalagi sampai menjadikan babu. Secantik mereka dijadikan babu? Gila memang.
"Yaudah, gue minta maaf ya?" Ujar Ten.
Lisa dan Y/n mengangguk, lalu melepas pelukan.
Ten mengubah posisi jadi duduk tegak, "Sekarang kalian ceritain semuanya. Apapun yang kalian sembunyiin, gue pingin tau."
"Em.... Yaudah iya. Jadi waktu kita ke toilet tempo hari, Y/n cerita semua. Sebenernya dia....."
-----
Baru saja Taeyong keluar dari Indimirit sambil menenteng kresek putih, ia malah berpapasan dengan Dejun yang hendak masuk ke dalam.
"Eh, Dejun,"
"Oh? Hai Jun-a. Abis belanja?"
"Iya, lo mau ngapain kesini? Belanja juga?"
"Enggak, gue mau ngemis."
"Njing." Gumam Taeyong pelan.
Dejun tertawa, "Yaudah, gue masuk dulu ya."
Taeyong mengangguk, dan Dejun pun segera masuk ke dalam Indimirit.
Melihat Dejun, membuat Taeyong terpikir akan satu hal. Yaitu tentang mengajarkan Dejun bela diri agar bisa menjadi pelindung untuk Y/n ketika dirinya sedang tidak ada di dekat gadis itu.
Makanya, Taeyong duduk di kursi yang ada di samping pintu Indimirit, menunggu Dejun.
Setelah agak lama, Dejun keluar dengan menenteng kresek kecil warna putih.
"Eh Dejun," Panggil Taeyong seraya berdiri dari duduknya.
Dejun menoleh. Kening mengerut bingung, "Loh? Lo kok masih disini?"
"Iya, ada yang mau gue omongin."
"Soal apa?"
"Soal.... Em...." Taeyong bergumam, "Lo mau gak diajarin bela diri? Ya biar lo bisa ngelawan kalau Jaehyun nyerang lo."
"Serius??"
"Iya serius. Ada temen gue yang jago banget bela diri. Dia bersedia ngajarin lo. Kalau mau, lo ikut gue."
"Kemana?"
"Ke tempat dimana temen gue berada. Mau gak?"
"Boleh deh, kuy."
Mereka berjalan beriringan menjauhi Indimirit itu. Taeyong sudah memikirkan matang-matang bahwa Dejun akan diajarkan Jeno. Ia percaya kalau Dejun memang ada dipihaknya.
"Btw, lo kayak yang udah terbiasa gitu ya ngomong lo-gue." Celetuk Dejun.
"E-Eh, masa sih?"
"Iya," Dejun tertawa pelan, "Apa jangan-jangan lo bukan Taejun?"
TBC
Kayaknya next chapter itu flashback waktu Lisa ngobrol sama Y/n di toilet. Jadi.... semacam jawaban/pemecah teori🙃
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top